Anda di halaman 1dari 50

+

MORBUS HANSEN
Morbus Hansen

Disusun oleh:
Siska Sarwana, S.Ked
71 2015 035

Pembimbing Klinik:
dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK
+
Latar Belakang

Lepra, atau kusta, atau Morbus Hansen adalah penyakit


infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae
terutama mengenai saraf perifer, namun dapat juga
mengenai kulit dan kadang jaringan lain

Di dunia
Masa inkubasi
249.007 (2008)
yang lama
213.036 (2009)

Perjalanan penyakit Satu-satunya


sangat lambat penyakit bakteri
menimbulkan kelainan dengan predileksi
saraf
+

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
+
Definisi

Kusta merupakan penyakit infeksi kronik, dan


penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat
intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat.
+
Epidemiologi
Di dunia
KUSTA 249.007 (2008)
213.036 (2009

PR=LK
Frek Tertingi usia 25-
35 tahun

SUMSEL
2013
2012 (2,49%)
2011 (0,87%)
(3,9%)
Indonesia
249.007 kasus (2008)
21.538 kasus (2009)
+
Etiologi
 Kuman penyebab adalah Mycobacteruym leprae yang
berbentuk kuman dengan ukuran 3-8 um x 0,5 um, tahan
asam dan alkohol serta positif-Gram.2

 Masa tunas sangat bervariasi, antara 40 hari sampai 40 tahun


umumnya beberapa tahun, rata-rata 3-5 tahun

Kontak kulit langsung


yang lama dan erat
Cara Penularan

Inhalasi
+
Patogenesis
 Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat
penyakit, tidak lain disebabkan oleh respon imun yang
berbeda yang menggugah timbulnya reaksi granuloma
setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau
progresif.

 Basil ini bersifat obligat intraseluler (hidup dalam sel)


terutama sel makrofag dan sel Schwann. Organ yang
diserang terutama saraf dan kulit.
+
+
Gambaran Klinis

 Bentuk tipe klinis tergantung Sistem Imunitas Selular (SIS)

SIS baik  SIS rendah 


gambaran klinis ke gambaran klinis ke
arah tuberkuloid arah lepromatosa
+
+
+
+
Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemukan 2 dari 3 tanda
kardinal pertama atau ditemukan BTA. Tanda kardinal lepra
meliputi:

 Anestesia

 Pembesaran saraf

 Lesi kulit

 Pemeriksaan laboratorium pada lesi lepra ditemukan BTA


+
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan
Serologi

Pemeriksaan
Histopatologi

Pemeriksaan
Bakterioskopik
(kerokan jaringan
kulit)
+
Reaksi Kusta

 Reaksi tipe I (reaksi reversal dan downgrading) 


hipersensitivitas seluler disebabkan oleh peningkatan
aktivitas sistem imun tubuh dalam melawan basil lepra
termasuk basil yang mati.

 Reaksi tipe 2 (ENL)  terjadi akibat reaksi antigen-antibodi


disertai pembentukan kompleks imun pada tempat depot
antigen di berbagai jaringan.

 Reaksi tipe 3 (Lucio phenomenon) bentuk murni dari tipe


LL, merupakan reaksi paling berat
+
Tatalaksana

Obat antikusta yang paling banyak dipakai pada saat ini


adalah DDS (diamniodifenil sulfon) kemudian
klofazimin, dan rifampisin. WHO menambahkan 3 obat
antibiotik lain untuk pengobatan alternatif yaitu ofloksasin,
minosiklin dan klaritromisin

MDT untuk MB : MDT untuk PB :


• Rifampisin 600 mg • Rifampisin 600 mg
setiap bulan setiap bulan
• DDS 100 mg setiap hari • DDS 100 mg setiap
• Klofazimin: 300 mg hari
setiap bulan, diteruskan
50 mg sehari / 100 mg
selama sehari /3 kali 100
mg setiap minggu.
+
Masa pengobatan :

 MB menjadi 12 dosis dalam 12-18 bulan

 PB menjadi 6 dosis dalam 6-9 bulan

 Kortikosteroid

Pada reaksi reversal dapat diberikan prednisolon dengan dosis


awal 40 mg/hari kemudian diturunkan perlahan. Pengobatan yang
secepatnya dan dosis adekuat dapat mengurangi terjadinya
kerusakan saraf secara mendadak
+
Erupsi Obat Alergi
Erupsi obat alergik (EOA) atau adverse cutaneous drug
eruption adalah reaksi hipersensitivitas terhadap obat dengan
manifestasi pada kulit yang dapat disertai maupun tidak
keterlibatan mukosa

Urtikaria dan • Penisilin, asam asetil salisilat


angioderma dan NSAID

Erupsi • ampisilin, NSAID, sulfonamid,


makulopapular fenitoin, serta carbamazepin

Fixed drug • tetrasiklin, metronidazole,


eruption anti-inflammatory agents
+

BAB III
LAPORAN KASUS
+
Identitas Pasien

 Nama : Ny. R

 Usia : 58 tahun (27 April 1959)

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Agama : Islam

 Bangsa : Indonesia

 Alamat : Limbang Jaya, OI

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Tanggal Periksa : 05 September 2017


+
Anamnesis

 Keluhan Utama (Autoanamnesis pada 05 September 2017,


pukul 11:00)

Timbul bintil dan bercak kemerahan di wajah sejak ± 12


bulan yang lalu.

 Keluhan Tambahan

Jari manis dan kelingking tangan kanan, jari tengah tangan


kiri dan telapak kaki mati rasa dan lemah.
+
Riwayat Perjalanan Penyakit

18 bulan 12 bulan 5 bulan 2 bulan


yll yll yll yll

TTimbul bintil Sering latihan


Kontak dengan - Warna kulit
bercak merah di pipi menggenggam
pasien kusta 2 dirasakan
 tangan, punggung, tangan  keluhan
kali menjadi hitam
paha  berobat  kebas/mati rasa
lesi semakin banyak berkurang kecoklatan
+ mati rasa pada jari - Keluhan kebas
tangan dan telapak tidak
kaki  berobat  dirasakan lagi
rujuk  RSUD Bari
+
Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat Hipertensi sejak ± 10 tahun yang lalu (terkontrol)

 Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal

 Riwayat alergi obat disangkal

 Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga


disangkal.
+
Status Generalis

Keadaan Umum

 Keadaan Umum : Baik

 Kesadaran : Compos Mentis

 Nadi : 84x / menit,

 Suhu : 36,7 °C

 Pernapasan : 22x / menit, reguler, thoracal


+ Status
Generalisa Kepala :
Normocephali, distribusi rambut merata,
warna rambut hitam dan putih

Mata :
THT :
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Dalam Batas Normal
pupil isokor+/+

Leher :
Dalam Batas Normal
Thorax : Dalam Batas Normal

Abdomen :
Dalam Batas Normal

Extremitas :
Genitalia :
Status Dermatologikus
Tidak diperiksa
+

Pemeriksaan Sensorik

 Kekuatan otot : baik

 Fungsi sensorik (raba dan nyeri) : dalam batas normal


+
Status Dermatologikus

Pada regio ante-brachii dextra et sinistra terdapat makula sampai


patch hiperpigmentasi, multipel, ireguler, ukuran miliar sampai
plakat, diskret, dengan sebagian hipopigmentasi di tengah lesi
+

Pada regio palmaris dextra terdapat Pada regio truncus terdapat makula
makula sampai patch sampai patch eritem, multipel,ireguler,
hiperpigmentasi,ireguler, ukuran ukuran miliar sampai plakat, diskret
miliar sampai plakat, diskret
+

Pada regio femoralis dan cruris dextra et sinistra terdapat


makula sampai patch hiperpigmentasi, multipel, ireguler,
ukuran miliar sampai plakat, diskret disertai dengan
gambaran kulit kering (xerosis)
+
Pemeriksaan Bakterioskopik
+

Diagnosis Banding

 Morbus Hansen Multibasiler Tipe Borderline Lepromatosa


(BL)

 Morbus Hansen Multibasiler Tipe Mid Borderline (BB)

 Morbus Hansen Multibasiler Tipe Lepromatosa (LL)

Diagnosis Kerja

Morbus Hansen Multibasiler Tipe Borderline Lepromatosa (BL)


+
Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

1. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan


rencana pengobatan yang berkepanjangan

2. Menganjurkan untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan


tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.

3. Menjaga kebersihan (hygiene) seperti rutin mengganti baju dan


mandi.
+
4. Menjaga selalu daya tahan tubuh sepeti mengkonsumsi
vitamin, istirahat yang cukup dan konsumsi makanan yang
mengandung banyak nutrisi.

5. Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untuk tidak


menggunakan piring makan, sendok dan gelas yang sama
dengan anggota keluarga yang lain.

6. Menyarankan pasien untuk menggunakan sabun mandi


yang mengandung banyak pelembab seperti sabun bayi.

7. Memberitahukan pada pasien perubahan warna kulit dapat


disebabkan karena efek samping obat dan bersifat
reversibel dan menghilangnya lambat sejak obat
dihentikan.
+
8. Menganjurkan pasien menggunakan sepatu untuk
melindungi kaki dari risiko cidera/luka, memakai sarung
tangan bila bekerja dengan benda tajam atau panas, dan
memakai kacamata untuk melindungi matanya.

9. Mengajarkan pasien untuk selalu melatih pergerakan


tangan dan menggerakkan jari-jari secara rutin untuk
menghindari risiko cacat/kekakuan.
+
Medikamentosa

1. MDT untuk multibasilar (minum obat selama 12 bulan)

- Rifampisin 600 mg setiap bulan

- DDS 100 mg setiap hari

- klofamizin 300 mg setiap bulan, diteruskan 50 mg sehari

2. Obat topikal

Urea 10% krim 2x1 dipakai setelah mandi

3. Anti Histamin

Cetirizine 1x10 mg
+

Prognosis

 Quo ad vitam : bonam

 Quo ad functionam : bonam

 Quo ad sanationam : bonam

 Quo ad cosmetica : dubia


+
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien mengaku lesi awalnya timbul di
wajah namun dirasakan menyebar hampir pada seluruh tubuh
menandakan banyaknya lesi pada kasus ini > 5.

Pasien mengaku jari kelingking dan jari manis tangan


kanan dirasakan kebas (gejala kerusakan N.ulnaris), jari
tengah tangan kiri seperti mati rasa (gejala kerusakan
N.medianus), dan merasa mati rasa pada kedua telapak kaki
sampai os mengaku sering tidak merasa jika sandalnya
terlepas (gejala kerusakan N.tibialis posterior).

Pasien mengaku ± 6 bulan sebelum timbulnya gejala,


pasien pernah kontak langsung dengan pasien kusta sebanyak
2 kali yang dapat menjadi cara penularan pada pasien ini.
+
 Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat
dibandingkan lepra pada kasus ini lebih mengarah pada
multibasilar (MB)
+

Kusta Multibasilar terdiri dari Mid Borderline (BB),


Borderline Lepromatous (BL), dan Lepromatosa Polar (LL) yang
merupakan diagnosis banding pada kasus ini.

Diagnosis kerja pada kasus ini ditegakkan


berdasarkan perbandingan gambaran klinis dan gejala
kerusakan saraf yang terlibat. Pada kasus ini diagnosis kerja
nya adalah Morbus Hansen tipe Borderline Lepromatous
(BL)
+
+
Pasien mengeluh semakin hari badannya terasa
semakin cokelat kehitaman yang kemungkinan pada kasus ini
dapat disebabkan karena terjadinya erupsi obat alergi (EOA).
Manifestasi dari EOA salah satunya adalah Fixed Drug Eruption
(FDE). Lesi berupa makula atau plak eritema-keunguaan
kemudian meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang lama
hilang bahkan sering menetap. Pada pasien ini mengaku
awalnya beberapa lesi yang awalnya kemerahan kemudian
menjadi hitam kecoklatan (bercak hiperpigmentasi).

.
+

Salah satu penyebab FDE adalah obat anti-inflamasi,


dimana pada kasus ini pasien diberikan obat kortikosteroid yang
merupakan obat anti-inflamasi steroid kerja sedang. Selain itu
pada kasus ini perubahan warna kulit dapat disebabkan karena
drug induced pigmentation oleh klofazimin yang memiliki efek
samping kulit menjadi gelap/pigmentasi yang disebabkan
karena klofazimin adalah zat warna dan dideposit terutama pada
sel sistem retikuloendotelial, mukosa dan kulit
+

Tatalaksana pada kasus ini berupa


medikamentosa dan non
medikamentosa.

Medikamentosa :
- MDT multibasilar
Non Medikamentosa
- Anti histamin
:
- Obat topikal  Urea
Edukasi
10% krim
+
MDT multibasilar

Rifampisin 600 mg setiap bulan dalam pengawasan,


DDS 100 mg setiap hari, klofamizin 300 mg setiap bulan,
diteruskan 50 mg sehari atau 100 mg selama sehari atau 3 kali
100 mg setiap minggu. Umumnya pengobatan lepra MB ini
selama 12-18 bulan.
+
Obat topikal

Pemberian obat topikal pada kasus ini berupa urea


10% krim dipakai 2 kali sehari setelah mandi. Urea dengan
konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai
emolien, dapat dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada
pasien ini didapatkan kulit kering (xerosis kutis) yang
merupakan kulit kering yang mengandung air kurang dari
10% yang sering ditemukan pada usia lanjut karena
berkurangnya natural moisturizing factor (NMF) dan sintesa
lipid epidermal.
+
Anti-histamin

Antihistamin diberikan pada kasus dengan indikasi


adanya keluhan gatal yang kadang timbul pada pasien.
Antihistamin yang diberikan adalah cetirizine 1x10 mg.
cetirizine merupakan antihistamin H1 generasi kedua.
Antihistamin H1 adalah inverse agonist yang berikatan secara
reversibel dan menstabilkan bentuk inaktif reseptor. AH2
dengan efek sedasi minimal atau tidak ada karena tidak dapat
menembus sawar darah otak.
+

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam,


karena keadaan umum pasien baik serta telah ada perbaikan
klinis dari penyakit pasien dan belum terjadi kecacatan yang
ditimbulkan oleh penyakit Morbus Hansen.
+
KESIMPULAN

1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis


kerja pada kasus ini adalah Morbus Hansen Multibasiler
Tipe Borderline Lepromatosa (BL)

2. Kusta atau Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi


kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae
yang bersifat intraseluler obligat dengan saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus
respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.
+

3. Pemeriksaan penunjang pada kasus berupa pemeriksaan


bakterioskopik pada lesi lepra dan ditemukan BTA positif.

4. Tatalaksana pada kasus berupa non medikmentosa


(edukasi) dan medikamentosa yaitu pengobatan dengan
MDT, obat topikal, dan antihistamin.
+

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai