Anda di halaman 1dari 27

PENGELOLAAN AIR TANAH

DI JAWA BARAT
SISTEMATIKA

1. DASAR HUKUM
2. PERKEMBANGAN PERATURAN SEKTOR AIR TANAH
3. KONSEP PENGELOLAAN AIR TANAH
4. PRINSIP AIR TANAH
5. PERMASALAHAN AIR TANAH
6. UPAYA KONSERVASI AIR TANAH
7. EVALUASI PENGELOLAAN AIR TANAH
8. KETENTUAN DALAM PERIZINAN AIR TANAH
9. PENUTUP
1. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
2. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak
Daerah;
10. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1451.K/10/MEM Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Tugas Pemerintahan di bidang Pengelolaan Air Tanah;
11. Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2017 tentang Cekungan Air Tanah Indonesia;
12. Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pedoman Penetapan Nilai Perolehan Air;
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Air Tanah;
14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan
Terpadu; dan
15. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 31 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Propinsi Daerah Jawa Barat Nomor 07 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu.
2. PERKEMBANGAN PERATURAN SEKTOR AIR TANAH

PUTUSAN MK
UU 11/1974 UU 7/2004 /2014
PP 121/2015

TENTANG TENTANG PEMBATALAN UU TENTANG PENGUSAHAAN


TENTANG PENGAIRAN 7/2004 SUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIR

1. PP 43/2008
TENTANG AIR TANAH
1. PP 22/1982
TENTANG TATA
2. KEPPRES 26/2011
PENGATURAN AIR
TENTANG PENETAPAN
BATAS CEKUNGAN AIR 1. PERMEN 2/2017
2. KEPMEN 1451/2000
TANAH TENTANG CEKUNGAN AIR
TENTANG
PENYELENGGARAAN TANAH INDONESIA
3. PERPRES 88/2012
PENGELOLAAN AIR TANAH
TENTANG KEBIJAKAN 2. PERMEN 20/2017
PENGELOLAAN SIH3 TENTANG PEDOMAN
3. KEPMEN 716/2003
TENTANG BATAS PENETAPAN NPA
2. PERMEN 15/2012
HORIZONTAL CEKUNGAN
TENTANG PENGHEMATAN 3. PERDA 1/2017
AIR TANAH
AIR TANAH 4. PERGUB …/2017
4. PERDA 16/2001
3. PERDA 5/2008
5. PERGUB 31/2006
4. PERGUB 41/2008
5. PERDA 8/2012
3. KONSEP
 Air Tanah adalah air yang terdapat di dalam
PENGELOLAAN AIR TANAH lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan
tanah.
PERENCANAAN  Pengelolaan Air Tanah adalah upaya
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi air
tanah, pendayagunaan air tanah, dan
1. Konservasi pengendalian daya rusak air tanah.
2. Penggunaan
PEMANTAUAN  Konservasi Air Tanah adalah upaya memelihara
PELAKSANAAN 3. Pengendalian DAN EVALUASI
keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat,
dan fungsi Air Tanah agar senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup,
baik pada waktu sekarang maupun yang akan
datang.
 Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang
dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua
kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan Air
Tanah berlangsung.
Sumber : Permen ESDM No. 2 Tahun 2017
PETA ZONA KONSERVASI AIR TANAH JAWA BARAT
4. PRINSIP AIR TANAH
A. Pengelolaan Air Tanah
1. Keterpaduan antara air permukaan dan air tanah dengan mengutamakan
penggunaan air permukaan; dan
2. Keseimbangan antara konservasi lingkungan dan pendayagunaan air tanah.

B. Pengusahaan Air Tanah diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip :


1. tidak mengganggu, mengesampingkan, dan meniadakan hak rakyat atas air;
2. perlindungan negara terhadap hak rakyat atas air;
3. kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia;
4. pengawasan dan pengendalian oleh negara atas air bersifat mutlak;
5. prioritas utama pengusahaan atas air diberikan kepada badan usaha milik
daerah (BUMD) atau badan usaha milik negara (BUMN); dan
6. pemberian Izin Pengusahaan Air Tanah kepada usaha swasta dapat dilakukan
dengan syarat tertentu dan ketat setelah prinsip sebagaimana dimaksud pada
angka ‘1’ sampai dengan angka ‘5’ dipenuhi dan masih terdapat ketersediaan
air.
C. Penggunaan Air Tanah
1. Penggunaan air tanah diselenggarakan dalam hal air permukaan tidak mencukupi kebutuhan;
2. Pemakaian air tanah dilakukan dalam hal memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari rumah tangga,
irigasi untuk pertanian rakyat, dan kegiatan bukan usaha; dan
3. Pengusahaan air tanah dapat dilakukan dalam hal pemenuhan air tanah untuk kebutuhan pokok
sehari-hari dan irigasi untuk pertanian rakyat telah terpenuhi, air permukaan tidak mencukupi,
serta masih terdapat ketersediaan air tanah untuk diusahakan.

D. Urutan prioritas alokasi air tanah :


1. air baku untuk pemenuhan kebutuhan pokok minimal sehari-hari;
2. air baku untuk pemenuhan kebutuhan pokok minimal sehari-hari yang diperoleh tanpa
memerlukan izin;
3. air baku untuk pemenuhan kebutuhan pokok minimal sehari-hari yang telah ditetapkan izinnya;
4. air untuk irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada;
5. air untuk irigasi bagi pertanian rakyat yang telah ditetapkan izinnya;
6. air bagi pengusahaan air baku untuk sistem penyediaan air minum yang telah ditetapkan izinnya;
7. air untuk kegiatan bukan usaha yang telah ditetapkan izinnya;
8. air bagi kebutuhan usaha air minum oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah
yang telah ditetapkan izinnya;
9. air bagi pemenuhan kebutuhan usaha selain air minum oleh badan usaha milik negara/badan
usaha milik daerah yang telah ditetapkan izinnya;
10. air bagi pemenuhan kebutuhan usaha air minum oleh badan usaha swasta yang telah ditetapkan
izinnya; dan
11. air bagi pemenuhan kebutuhan usaha selain air minum oleh badan usaha swasta yang telah
ditetapkan izinnya.
5. PERMASALAHAN AIR TANAH
1. Air permukaan belum berperan sebagai sumber utama kebutuhan air, sehingga permohonan
pengambilan air tanah terus meningkat;
2. Masih rendah kesadaran pengguna air tanah dalam konservasi air tanah;
3. Terjadinya perubahan fungsi lahan di daerah hulu ( fungsi resapan /imbuhan air tanah);
4. Belum seimbang antara pengambilan dan imbuhan /resapan air tanah, dengan pengambilan
air tanah terus meningkat yang terkonsentrasi pada kawasan industri, sehingga berdampak :
 turunnya muka air tanah;
 turunnya kualitas air tanah;
 turunnya muka tanah setempat; dan
 intrusi air laut di wilayah pantai.
5. Masih banyak pengambilan air tanah yang dilakukan tanpa izin;
6. Tidak semua pelaku usaha/pengguna air tanah melaksanakan kewajibannya, seperti :
 melaporkan menyampaikan laporan debit pengusahaan Air Tanah dan muka air tanah setiap
bulan.
 membangun sumur resapan /imbuhan di lokasi yang ditetapkan.
 membangun sumur pantau Air Tanah.
6. UPAYA KONSERVASI AIR TANAH

1. Menjaga /mengembalikan fungsi lahan di daerah hulu /rehabilitasi hutan


dan lahan (fungsi resapan /imbuhan air tanah), melalui vegetatif dan
sipil teknis.
2. Perlindungan kawasan mata air;
3. Melaksanakan resapan /imbuhan dan pemantauan air tanah, melalui
sumur resapan /imbuhan dan sumur pantau.
4. Pengendalian penggunaan air tanah, melalui evaluasi terhadap
ketentuan /aturan (kewajiban, konservasi);
5. Evaluasi terhadap NPA (pajak merupakan fungsi konservasi);
6. Penerapan Kuota Air Tanah;
7. Penghematan air tanah secara efektif dan efisien, melalui audit air; dan
8. Pemanfaatan air hujan.
7. EVALUASI PENGELOLAAN AIR TANAH

1. Akan dilakukan evaluasi terhadap pengusahaan air tanah di Jawa Barat;


2. Izin air tanah akan diberikan setelah mendapat rekomendasi dari PDAM
dan /atau pengelola air permukaan;
3. Pelaksanaan izin air tanah akan diberikan berdasarkan kuota air tanah;
4. Nilai air tanah akan segera disesuaikan dengan prinsip-prinsip air tanah;
5. Perusahaan pengguna air tanah agar melakukan langkah sebagai berikut :
a. Melakukan evaluasi terhadap penggunaan air tanah;
b. Melaksanakan kewajiban yang ditetapkan sesuai peraturan perundangan
yang berlaku;
c. Melakukan penghematan dalam penggunaan air tanah (Reduce, Reuse,
Recycle, dan Recharge);
d. Melakukan upaya konservasi air tanah;
e. Melakukan pemanenan air hujan (rain harvesting);
SIKLUS HIDROLOGI (HYDROLOGY CYCLE)
daerah imbuhan
BEFORE

AFTER
KETENTUAN, KONSERVASI DAN LARANGAN PENGUSAHAAN AIR TANAH
A. KETENTUAN
1. Melaksanakan arahan pengambilan air tanah yang tercantum dalam izin pengusahaan air
tanah;
2. Membayar pajak air tanah;
3. Menyampaikan salinan bukti pembayaran pajak air tanah terhadap setiap sumur produksi
setiap bulan ke Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat;
4. Memasang meter air pada setiap sumur produksi untuk pengusahaan air tanah;
5. Menyampaikan laporan debit pengusahaan air tanah pada setiap sumur produksi setiap
bulan ke Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat;
6. Memasang pipa piezometer pada setiap sumur produksi sesuai kedalaman muka air tanah;
7. Mengukur, mencatat, dan menyampaikan data muka air tanah pada setiap sumur produksi
setiap bulan kali ke Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat;
8. Mencegah terjadinya pencemaran air tanah akibat pelaksanaan pengusahaan air tanah;
9. Melaporkan apabila dalam pelaksanaan pengusahaan air tanah ada kejadian luar biasa atau
perubahan yang tidak umum dan ditemukan hal-hal yang dapat membahayakan lingkungan;
10. Bertanggung jawab atas segala kejadian yang akan menimbulkan kerusakan kualitas
lingkungan, kerugian dan bencana yang diakibatkan pelaksanaan pengusahaan air tanah;.
11. Melakukan perbaikan dan memulihkan apabila dalam pelaksanaan pengusahaan air tanah
terjadi kerusakan lingkungan hidup;
12. Memberikan tanggapan positif dalam hal timbul gejolak sosial masyarakat yang diakibatkan
pelaksanaan pengusahaan air tanah;
13.Memberikan ganti kerugian yang ditimbulkan, dalam hal pelaksanaan pengusahaan air tanah
menimbulkan kerugian pada masyarakat;
14.Melaksanakan operasi dan /atau pemeliharaan terhadap prasarana dan /atau sarana yang
dibangun;
15.Memeriksa kualitas air tanah ke laboratorium yang terakreditasi;
16.Melakukan pemeliharaan prasarana, terdiri atas kegiatan pencegahan dan /atau perbaikan
kerusakan akifer dan air tanah yang menyebabkan penurunan fungsi prasarana air tanah;
17.Memberikan 15% (lima belas persen) dari batasan debit pengusahaan air tanah yang
ditetapkan dalam izin bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat setempat; dan
18.Memasang papan identitas terhadap setiap sumur produksi yang telah terbangun.
19.Dalam hal pemegang izin tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam izin, dapat
dikenakan pengurangan debit izin pada perpanjangan izin berikutnya;
20.Pemegang izin pengusahaan air tanah dapat mengajukan permohonan perpanjangan izin
paling cepat 3 (tiga) bulan dan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum jangka waktu izin
berakhir;
B. KONSERVASI
1. Membangun sumur imbuhan di lokasi yang telah ditetapkan sesuai ketentuan dan pedoman teknis dari
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat;
2. Membangun sumur pantau di lokasi yang telah ditetapkan sesuai ketentuan dan pedoman teknis dari
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat;
3. Dalam hal permohonan perpanjangan izin berikutnya belum terbangun sumur imbuhan, dapat dikenakan
pengurangan debit izin;
4. Memasang meter air pada setiap sumur imbuhan air tanah;
5. Melakukan imbuhan air tanah pada akifer yang dieksploitasi untuk menjaga penurunan kondisi muka air
tanah alami;
6. Dalam hal kondisi muka air tanah masih mengalami penurunan, akan menjadi pertimbangan dalam
permohonan perpanjangan izin berikutnya;
7. Menyampaikan laporan debit imbuhan air tanah pada setiap sumur imbuhan setiap bulan ke Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat;
8. Memasang pipa piezometer pada setiap sumur imbuhan sesuai kedalaman muka air tanah;
9. Mengukur, mencatat, dan menyampaikan data muka air tanah pada setiap sumur imbuhan setiap bulan ke
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat;
10. Mencegah terjadinya pencemaran air tanah akibat pelaksanaan imbuhan air tanah;
11. Melaporkan apabila dalam pelaksanaan imbuhan air tanah ada kejadian luar biasa atau perubahan yang
tidak umum dan ditemukan hal-hal yang dapat membahayakan lingkungan;
12. Bertanggung jawab atas segala kejadian yang akan menimbulkan kerusakan kualitas lingkungan, kerugian
dan bencana yang diakibatkan pelaksanaan imbuhan air tanah;
13. Melakukan perbaikan dan memulihkan apabila dalam pelaksanaan imbuhan air tanah terjadi kerusakan
lingkungan hidup;
14. Memeriksa kualitas air tanah pada sumur imbuhan ke laboratorium yang
terakreditasi;
15. Melakukan pemeliharaan prasarana, terdiri atas kegiatan pencegahan dan /atau
perbaikan kerusakan akifer dan imbuhan air tanah yang menyebabkan penurunan
fungsi prasarana air tanah;
16. Berperan serta dalam menjaga kawasan imbuhan air tanah;
17. Melakukan upaya penyimpanan air hujan pada kolam /embung resapan air tanah;
18. Melakukan penghematan air tanah dengan pemakaian yang efisien dan efektif;
19. Berperan serta dalam penyediaan sumur pantau air tanah;
20. Melakukan registrasi ke Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat terhadap setiap sumur imbuhan dan sumur pantau yang telah terbangun;
21. Melaksanakan operasi dan /atau pemeliharaan terhadap prasarana dan /atau
sarana sumur imbuhan dan sumur pantau yang telah dibangun; dan
22. Memasang papan identitas terhadap setiap sumur imbuhan dan sumur pantau
yang telah terbangun
C. LARANGAN
1. Melakukan pengambilan air tanah sebelum izin pengusahaan air tanah terbit.
2. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya air tanah dan prasarananya, mengganggu upaya
pengawetan air tanah, dan/atau mengakibatkan pencemaran air tanah;
3. Merusak, melepas, menghilangkan, dan memindahkan meter air atau alat ukur debit air dan/atau
merusak segel tera dan segel instalansi teknis terkait pada meter air atau alat ukur debit air;
4. Mengambil air dari pipa sebelum meter air;
5. Mengambil air melebihi debit yang ditentukan dalam izin;
6. Menyembunyikan titik air atau lokasi pengambilan air;
7. Memindahkan letak titik air atau lokasi pengambilan air;
8. Merusak dan mencemari lingkungan akifer di sekitar sumur;
9. Tidak menyampaikan laporan pengambilan air atau melaporkan tidak sesuai dengan kenyataan;
10. Tidak melaporkan kedudukan muka air tanah pada sumur produksi dan sumur resapan atau
melaporkan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya;
11. Tidak menyampaikan laporan hasil pengujian kualitas kimia air tanah atau melaporkan tidak sesuai
dengan kondisi sebenarnya;
12. Membuang limbah padat dan limbah cair di sembarang tempat, terutama di daerah resapan air
tanah atau imbuhan air tanah yang menyebabkan terjadinya kerusakan kualitas air tanah, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
13. Menggunakan air tanah dengan debit tertentu di daerah pantai yang dapat menyebabkan intrusi air
laut ke air tanah;
14. Memperjualbelikan, menyewakan, dan meminjamkan izin pengusahaan air tanah kepada pihak
lain;
15. Menyalahgunakan wewenang atas izin pengusahaan air tanah yang telah diberikan; dan
16. Tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam izin.
PENUTUP
1. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat
mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit
dilakukan .
2. Pendayagunaan sumber daya air didasarkan pada
keterkaitan antara air hujan, air permukaan, dan air tanah
dengan mengutamakan pendayagunaan air permukaan .
3. Pemanfaatan air tanah merupakan alternatif terakhir setelah
pemanfaatan sumber lain tidak memungkinkan.
4. Pemanfaatan air tanah diprioritaskan untuk memenuhi
kebutuhan air minum dan domestik rumah tangga.
TERIMA KASIH
CATATAN RAPAT & KONSULTASI
• Prosedur Perijinan :
– Normal
– Penertiban
– KPK
Proses perpanjangan ijin 3 bln sebelum expired
Lama Proses perijinan 1 bulan
– Kewajiban setelah ijin Operasi ( diklausul Perijinan ) :
• PAD ( Pajak )
• 15% Air dialirkan Ke Masyarakat
• Membuat sumur Imbuhan yg berijin dan ditetntukan oleh dinas ESDM

– Arsip yang harus ada :


• Laporan Pengambilan Air Tanah
• Laporan Hasil Uji Kualitas Air Tanah
• Pengukuran Meter Air ( Tera )
• Syarat Dokumentasi Perpanjangan :
– Ijin terakhir
– Laporan Pengambilan Air
– Laporan Hasil Uji
– BAP:
– Uji Fungsi
– Pavin Test
– Pompa Test
– Tera Meter Air
– Surat Permohonan Kepada Gubernur, Bermaterai

Anda mungkin juga menyukai