Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KOASISTENSI

PATOLOGI VETERINER
NEKROPSI PADA MAMALIA
KELOMPOK F2

OLEH :
YOHANES N. PIO LEMA S.KH
1409010039

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2018
PENDAHULUAN

 Nekropsi (pembedahan post mortem) :

GEJALA
KLINIS

GAMBARAN
ANAMNESA PATOLOGI
ANATOMI

DISGNOSA
GAMBARAN UMUM PASIEN

 Riwayat Pasien :
 Jenis mamalia : anjing
 Signalemen : Lokal, ♀, 1 tahun, putih.
 Nama pemilik : Nova
 Alamat pemilik : Oesapa
 Anamnesa :
 Belum pernah divaksin,
 napsu makan menurun sampai tidak mau makan(±2
minggu),
 terdapatnya leleran dari mulut dan hidung,
 batuk-batuk,
 tampak lemas dan jalannya agak lambat.
 Gejala Klinis:
 Batuk-batuk
 Terdapatnya leleran berdarah dari daerah mulut dan hidung
 Tampak lemas dan sering tertidur
 Napsu makan menurun
 Memiliki tubuh yang kurus
 Bulu kusam
 Mata berair
 CRT <2
HASIL

 Setelah dilakukan nekropsi pada anjing tersebut,


maka ditemukan gambaran patologi anatomi sebagai
berikut:
Diagnosa

 Berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi, didapatkan


diagnosa tentatif berupa Canine Parvo Virus (CPV).
 Canine Parvo Virus menyerang saluran pencernaan pada anjing
(Purnamasari, 2015).
 Perubahan patologi anatomis yang signifikan ditemukan pada
usus halus dengan lesi berupa edema dan hiperemia pada
mukosa, selain itu nekrosis dan foci hemoragis juga dapat
ditemukan (Winaya, dkk. 2014).
 Virus CPV memilih cryptus Lieberkuhn dan organ limfoid untuk
tempat bereplikasi, namun juga dapat menyebar ke semua
jaringan (Pollock, 1982).
 Setelah penetrasi melalui rongga hidung, virus bereplikasi pada
mukosa assciated limfoid tissue dan disebarkan oleh leukosit
terinfeksi menuju epitel kripta usus halus dan menyebabkan
klinis diare (Pollock, 1982).
PATOGENESIS

1. Virus masuk melalui kontak langsung dan tak


langsung.
2. Viraemia terjadi 3–4 hari setelah infeksi
3. Infeksi pada anjing melalui jaringan limfoid
oronasal dan menyebar melalui sistem limfoid ke
organ lainnya yang pembelahan selnya cepat,
seperti kripta epitel usus, jantung dan sumsum
tulang (Steiner, 2008).
 Anjing berumur 3–4 minggu → tipe miokarditis
 Anjing berumur > 6 minggu → tipe enteritis
DIFERENSIAL DIAGNOSA

 Canine distemper dan Koksidiosis


 Hal yang membedakannya dengan kasus ini yaitu,
pada kasus distemper, terjadi gangguan syaraf serta
ditandai dengan hard pad disease. Sedangkan pada
koksidiosis dibedakan dengan kasus ini yaitu
penyakit parasit yang perubahan patologi
anatominya hanya terjadi pada saluran pencernaan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai