Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH WAKTU IRADIASI

TERHADAP KERJA ENZIM


PAPAIN PADA KITIN, KITOSAN,
DAN KITOSAN BEADS SEBAGAI
SEDIAAN INDUSTRI FARMASI
VARIASI WAKTU 10 JAM

Disusun oleh :
Mega Istiqomah (16231015)
Latar Belakang
TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :


• Mengetahui nilai kadar abu dan kadar air pada kitin dan kitosan yang
diperoleh dari cangkang udang.
• Menentukan nilai derajat deasetilisasi kitin dan kitosan yang dibuat
dari limbah kulit udang berdasarkan spectra IR.
MANFAAT
Manfaat pada penelitian ini adalah :
• Meminimalisasi limbah udang yang dihasilkan.
• Memanfaatkan bahan yang tersedia dialam dengan harga terjangkau
yaitu limbah udang untuk bernilai ekonomis lebih tinggi dan
mempunyai daya guna yang tinggi.
• Menghasikan kitin, kitosan, dan kitosan bead yang dapat dimanfaatkan
dalam beberapa bidang
METODOLOGI
Bahan
Alat
1. Cangkang udang
1. Blender
2. Serbuk enzim papain
2. Corong buchner
3. Natrium klorida (NaCl)
3. Magnetic stirrer
4. Natrium dihidrogen fosfat (NaH2PO4.2H2O)
4. Seperangkat alat refluks
5. Dinatrium hidrogen fosfat
5. Penangas listrik
((Na2HPO4.2H2O)
6. pH universal
6. Asam klorida 1 M (HCl)
7. Spektrofotometer inframerah
7. Natrium hidroksida (NaOH) 1 N
8. Ayakan
8. Asam sulfat (H2SO4)
9. Oven
9. Litium klorida (LiCl2)
10. Neraca analitik
10. Akuades
11. Desikator, stopwatch
11. Kertas whatman No. 42
12. Peralatan gelas laboratorium
12. Larutan buffer standar pH 7 dan pH 4
1. Preparasi Kitin dengan Enzim Papain
1) Demineralisasi
Sampel Cangkang Udang

Direndam dengan kaporit 45%

Dikeringkan, dihaluskan, dan disaring

Ditimbang 50 gram serbuk cangkang udang

Ditambah larutan HCL 150 mL, distirer selama 3 jam

Disaring

Dinetralkan dengan akuades

Dikeringkan dan ditimbang

Sampel Cangkang Udang


2) Deproteinasi
Hasil demineralisasi

Dilarutkan dengan enzim papain 20%

Didiamkan selama 10 jam pada suhu 50oC

Setelah distirrer, suhu dinaikkan menjadi 70oC selama 30 menit

Disaring

Dinetralkan dengan akuades

Dikeringkan pada suhu 60oC selama 6 jam

Kitin bebas mineral dan bebas protein


2. Preparasi Kitosan
10 gram serbuk kitin

Ditambahkan 300mL larutan NaOH 60% b/b

Direfluks selama 3jam pada suhu 95°C

Dicuci dengan akuades dan disimpan

Kitosan
3. Preparasi Kitosan Beads

1 gram serbuk kitosan

Dilarutkan dalam 50mL asam asetat glacial


5%

Distirer selama 24 jam hingga dihasilkan


kitosan bead dalam bentuk gel

Hasil kitosan bead diteteskan NaOH 20%


dengan syiringe

Dicuci dengan akuades, dikeringkan dalam


oven 5jam pada suhu 60°C

Dikeluarkan dari oven lalu di desikator 15


menit

Ditentukan derajat destilasi

Kitosan bead
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kitin merupakan bahan organik utama yang terdapat pada kelompok hewan
crustaceae. Sifat lain dari kitin adalah mampu mengikat logam seperti besi, tembaga,
kadmium, dan merkuri, serta mempunyai sifat adsorbs. Kitin diperoleh dengan
melakukan sejumlah proses pemurnian. Proses isolasi kitin terdiri dari 2 tahap utama,
yaitu deproteinasi dan demineralisasi. Tahap deproteinasi dilakukan bertujuan untuk
menghilangka protein yang terdapat didalam cangkang. Tahap demineralisasi bertujuan
untuk menghilangkan senyawa anorganik yang terdapat pada limbah udang, misalnya
CaCO3 dan Ca2(PO)4. Tahap demineralisasi dilakukan dengan menambahkan HCl 1 M
150 mL untuk memurnikan kitin darimineral-mineral yang terkandung dalam cangkang.
Kitin yang diperoleh setelah proses deproteinasi untuk variasi waktu 10 jam sebanyak
37,1221 gram.Tahap deproteinasi dilakukan dengan Hasil demineralisasi dilarutkan
dengan enzim papain 20% dan didiamkan selama 10 jam pada suhu 50oC (distrirer), lalu
difiltrasi dan dibilas atau dinetralkan dengan akuades. Residu dari proses filtrasi
dikeringkan dalam oven selama 6 jam pada suhu 60oC dan diperoleh kitin bebas mineral
dan bebas protein. Kitosan yang diperoleh dari proses deasetilasi untuk variasi waktu
sebesar 6,8791 gram.
Kitosan adalah produk deasetialsi kitin. Kitosan memiliki gugus fungsional yaitu gugus
amina, sehingga mempunyai derajat reaksi kimia yang tinggi. Kitosan akan bermuatan positif dalam larutan
karena adanya gugus amina, tidak seperti polisakarida lain yang pada umumnya bermuatan negatif atau netral.
Kitosan termasuk polisakarida yang bersifat basa. Kitosan diperoleh dengan deasetilasi kitin dengan
larutan basa konsetrasi tinggi. Tahap deasetilasi kitin menjadi kitosan dimaksudkan untuk memutus ikatan
antara gugus asetil (-COCH3) dengan atom nitrogen, sehingga berubah mejadi gugus amina (-NH2 )
Kitosan bead diperoleh melalui proses deasetilasi pada kitosan. Kitosan bead yang diperoleh
diteteskan menggunakan syiringe NaOH 20% lalu dicuci menggunakan akuades dan dikeringkan dalam oven
(ditimbang) selama 5 jam pada suhu 60oC. Kitosan dalam bentuk beads adalah salah satu cara untuk
memperluas permukaan. Kitosan beads memiliki afinitas yang lebih tinggi dibanding kitosan. Afinitas yang
dimiliki kitosan beads menyebabkan meningkatnya kemampuan kitosan beads dalam mengadsorbsi logam
berat
Spektrofotometri inframerah merupakan merupakan salah satu analisa kualitatif yang digunakan
untuk menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik serta untuk mengetahui informasi struktur suatu
senyawa organic. Prinsip analisis FTIR adalah bila sinar inframerah dilewatkan melalui cuplikan senyawa-
senyawa organik, maka sejumlah frekuensi diserap sedanggkan frekuensi yang lain diteruskan atau
ditransmisikan tanpa diserap.
Penentuan Derajat Deasetilasi Kitin

Gambar 1. Spektra IR Kitin Gambar 2. Metode Baseline Spektra IR Kitin


Perbandingan nilai absorbansi pita serapa dari spectrum inframerah antara kitin dan kitosan m
enjadi sangat perlu diperhatikan. Spectra inframerah Kitin memiliki pita serapan pada panjang gelombang
3441,38 cm-1 dan 1661,72 cm-1. Pita serapan yang didapat dari spectra tersebut kemudian ditentukan deraj
at deasetilasi kitin dengan menggunakan metode baseline Baxter dengan membandingkan absorbansi pada
3441,38 cm-1 dan 1661,72 cm-1 sehingga diperoleh derajat deasetilasi kitin sebesar 19,8957%
Penentuan Derajat Deasetilasi Kitosan

Gambar 3. Spektra IR Kitosan Gambar 4. Metode Baseline Spektra IR Kitosan


Perbandingan nilai absorbansi pita serapa dari spectrum inframerah antara kitin dan kitosan m
enjadi sangat perlu diperhatikan. Spectra inframerah Kitosan memiliki pita serapan pada panjang gelomba
ng 3428,25 cm-1 dan 1649,00 cm-1. Pita serapan yang didapat dari spectra tersebut kemudian ditentukan de
rajat deasetilasi kitosan dengan menggunakan metode baseline Baxter dengan membandingkan absorbansi
pada 3428,25 cm-1 dan 1649,00 cm-1 sehingga diperoleh derajat deasetilasi kitosan sebesar 64,345%
Penentuan Derajat Deasetilasi Kitosan Bead

Gambar 4. Spektra IR Kitosan Beads Gambar 5. Metode Baseline Spektra IR Kitosan


Spectra inframerah Kitosan bead memiliki pita serapan pada panjang gelombang 3431,14 cm-1
dan 1657,68 cm-1. Pita serapan yang didapat dari spectra tersebut kemudian ditentukan derajat deasetilasi
kitosan bead dengan menggunakan metode baseline Baxter dengan membandingkan absorbansi pada 3431
,14 cm-1 dan 1657,68 cm-1 sehingga diperoleh derajat deasetilasi kitosan bead sebesar 63,3539%
Analisa Data
1. Perhitungan Kadar air
• Kitin
𝑊𝑆 −𝑊𝐷𝑆
Kadar Air (%) = × 100%
𝑊𝑆
0,1005 𝑔𝑟𝑎𝑚−0,0995 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100%
0,1005 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,99%

• Kitosan 10 Jam
𝑊𝑆 −𝑊𝐷𝑆
Kadar Air (%) = × 100%
𝑊𝑆
0,1003 𝑔𝑟𝑎𝑚−0,0962 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100%
0,1003 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 4,08%
2. Perhitungan Kadar Abu
• Kitin
𝑊𝑆 −𝑊𝐷𝑆
Kadar Abu (%) = 𝑊𝑆
× 100%
0,1004 𝑔𝑟𝑎𝑚−0,0546 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100%
0,1004 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 45,61%

• Kitosan
𝑊𝑆 −𝑊𝐷𝑆
Kadar Abu (%) = × 100%
𝑊𝑆
0,1007 𝑔𝑟𝑎𝑚−0,0265 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100%
0,1007 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 73,68%
3. Perhitungan Derajat Deasetilisasi (DD)
• Derajat Deasetilisasi Kitin
• Derajat Deasetilisasi Kitosan 10 jam

𝐴
𝐴1649,00 = 𝑙𝑜𝑔
𝐵
45
= 𝑙𝑜𝑔
32,063
= 0,1472
𝐴
𝐴3428,25 = 𝑙𝑜𝑔
𝐵
51
= 𝑙𝑜𝑔
17,092
= 0,4748
𝐴1649,00
𝐷𝐷 = 100 − × 115
𝐴3428 ,25
0,1472
= 100 − × 115
0,4748
= 64,345
• Derajat Deasetilisasi Kitosan Bead 10 Jam

1. Pengulangan 1
𝐴
A1657,68 = 𝑙𝑜𝑔 𝐵
51,9
= 𝑙𝑜𝑔 49,770

=0,0181

𝐴
B3431,14 = 𝑙𝑜𝑔
𝐵
49,9
= 𝑙𝑜𝑔 43,779

=0,0568

B₁₆₅₇,₆₈
DD = 100 − A₃₄₃₁,₁₄
x 115
0,0181
= 100 − 0,0568
x 115

=63,3539
4. Perhitungan Presisi
• Kitosan Beads
penulangan x (𝑥 − 𝑥)ҧ (𝑥 − 𝑥)ҧ 2
1 63.3539 -2.41194 5.817454564
2 57.0737 -8.69214 75.55329778
3 72.05 6.28416 39.49066691
4 71.0958 5.32996 28.4084736
5 65.4067 -0.35914 0.12898154
6 65.3902 -0.37564 0.14110541
7 77.7699 12.00406 144.0974565
8 59.98 -5.78584 33.47594451
9 61.3997 -4.36614 19.0631785
10 64.1385 -1.62734 2.648235476
x rata-rata 65.76584 jumlah 348.8247948
𝑠𝑑
(𝑥 − 𝑥ҧ )2 %𝑅𝑆𝐷 = × 100%
𝑠𝑑 =
𝑛−1
𝑥ҧ

= 6.225617281 6,225617281
= × 100%
65,76584

= 9,47%
5. Penentuan Ketidakpastian
1) Ketidakpastian Kadar Air Kitin
0,10036 − 0,09956
Kadar Air Kitin % = × 100%
0,10036
= 0,79%
• Diagram Tulang Ikan

Kalibrasi Neraca Kadar Air

Kitin

Kalibrasi Neraca

WDS
• Ketidakpastian Baku

𝑠 0,0002
µ 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎 = = = ± 1,1547 × 10−4
𝑘 √3
• Ketidakpastian Baku Sampel Kering

𝑠 0,0002
µ 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎 = = = ± 1,1547 × 10−4
𝑘 √3

• Ketidakpastian Gabungan

𝑈𝐺 µ 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎 2 µ 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎 2
= +
𝐶 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑊𝑆 ) 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑊𝐷𝑆 )

2 2
𝑈𝐺 1,1547 × 10−4 1,1547 × 10−4
= +
𝐶 0,10036 𝑔 0,09956
𝑈𝐺
= 1,3238 × 10−6 + 1,3451 × 10−6
𝐶
𝑈𝐺
= 1,6337 × 10−3
0,79
= 0,00129
• Ketidakpastian Diperluas
Tingkat kepercayaan 95%, k=2
𝑢 = 𝑈𝐺 × 𝑘
𝑢 = 0,00129 × 2
𝑢 = 0,00258

• Tabel Kontribusi Ketidakpastian

Sumber Nilai (x Satuan Ketidakpastian Ketidakpastian B


) Baku (µx) aku Relatif (µx/x)
1,1513 x 10−3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑊𝑆 ) = × 100 = 49,9263
Massa ( 0,1003 Gram 1,1547 x 10-4 1,1513 x 10-3 2,306 x 10−3
Ws) 1,1547 x 10−3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑊𝐷𝑆 ) = −3
× 100 = 50,0737
Neraca
2,306 x 10
Massa ( 0,1 Gram 1,1547 x 10-4 1,1547 x 10-3
WDS)

Neraca
=2,306 x 10-3
2) Ketidakpastian Kadar Air Kitosan

0,1003 − 0,09624
Kadar Air Kitosan (%) = × 100%
0,1003

= 4,05%

• Diagram Tulang Ikan

Kalibrasi Neraca Kadar Air

Kitosan

Kalibrasi Neraca

WDS
Ketidakpastian Baku
Ketidakpastian Baku Sampel Basah
𝑠 0,0002
µ 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎 = = = ± 1,1547 × 10−4
𝑘 √3

Ketidakpastian Baku Sampel Kering

𝑠 0,0002
µ 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎 = = = ± 1,1547 × 10−4
𝑘 √3
Ketidakpastian Gabungan
𝑈𝐺 µ 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎 2 µ 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑐𝑎 2
= +
𝐶 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑊𝑆 ) 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑊𝐷𝑆 )

2 2
𝑈𝐺 1,1547 × 10−4 1,1547 × 10−4
= +
𝐶 0,1003 𝑔 0,09624
𝑈𝐺
= 1,3254 × 10−6 + 1,4395 × 10−6
𝐶
𝑈𝐺
= 1,6628 × 10−3
4,05
= 0,00673
Ketidakpastian Diperluas
Tingkat kepercayaan 95%, k=2
𝑢 = 𝑈𝐺 × 𝑘
𝑢 = 0,00673 × 2
𝑢 = 0,0135
Tabel Kontribusi Ketidakpastian

Sumber Nilai ( Satuan Ketidakpasti Ketidakpastian 1,1513 x 10−3


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑊𝑆 = × 100 = 49,9263
x) an Baku (µx) Baku Relatif (µ 2,306 x 10−3
x/x)
1,1547 x 10−3
Massa ( 0,1003 Gram 1,1547 x 10-4 1,1513 x 10-3 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑊𝐷𝑆 = × 100 = 50,0737
2,306 x 10−3
Ws)

Neraca
Massa ( 0,1 Gram 1,1547 x 10-4 1,1547 x 10-3
WDS)

Neraca
-3
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagai
berikut :
• Kadar air kitosan lebih besar dari kadar air kitin, dikarenakan kitosan bersifat higrosk
opis yang mampu mengikat air, sedangkan kadar abu kitosan lebih besar dari kitin.
Hal ini menujukkan bahwa didalam kitosan masih terdapat mineral-mineral yang ada
.
• Derajat deasetilisasi pada kitin variasi waktu 10 jam sebesar 19,89%. Derajat deaset
ilisasi kitosan variasi waktu 10 jam sebesar 64,34%. Rata-rata derajat deasetilisasi ki
tosan beads untuk variasi waktu 10 jam sebesar 65,76%.

Anda mungkin juga menyukai