Anda di halaman 1dari 25

FLORA NORMAL

Oleh kelompok 5 :
Amanda Arisanti Dewi
Fatin Nursalam
Muthia Fadhlinatunisa
Posma Andry Fernando
Septiani Pujiaditya
Pengertian Flora Normal Pada Tubuh
Manusia

Flora normal atau mikrobiota adalah kumpulan


mikroorganisme yang umum ditemukan secara alamiah
pada orang sehat dan hidup rukun berdampingan dalam
hubungan yang seimbang dengan host-nya (inangnya).
Flora normal ada 2 jenis, yaitu :
1. Mikroorganisme metetap / normal ( resident flora /
indigenous)
Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap,
baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan
kembali seperti semula. Flora normal/tetap yang terdapat
pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal
yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan
mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk
buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin
atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini
umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari
lingkungannya. Contohnya : Streptococcus viridans, S.
faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.
2. Mikroorganisme sementara (transient flora)

Mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang


berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu
beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini
ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh
lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora
sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika
flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi,
berbiak dan menimbulkan penyakit.
Penyebaran Flora Normal Dalam Tubuh
Manusia
1. Hidung
Flora utama di hidung terdiri dari korinebakteria,
stafilococcus (S.epidermis, S.aureus) dan streptococcus. Di
dalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri
Branhamella catarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan
Haemophillus Influenzae (suatu batang gram negatif).
Stafilococcus epidermis hidup pada daerah yang bersuhu 370 C,
pH 5-7 berperan dalam menyaring udara, bersifat aerob.
2. Mulut
Adanya makanan terlarut secara konstan dan juga
partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan
lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Air liur terdiri dari
air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-
senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya
serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien
bagi mikroba pada berbagai situs di dalam mulut.
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah
mikroorganisme sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa
hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi
mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces, dan
Lactobacillus. Jumlah dan macam spesies ada hubungannya
dengan nutrisi bayi serta hubungan antara bayi tersebut dengan
bayinya, pengasuhnya, dan benda-benda seperti handuk serta
botol-botol susunya. Spesies satu-satunya yang selalu diperoleh
dari rongga mulut, bahkan sedini hari kedua setelah air, ialah
Streptococcus salivarius.
3. Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari)
Mengandung beberapa bakteri. Di antara yang ada,
sebagian besar adalah kokus dan basilus gram positif. Di dalam
jejunum atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil, di
antara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus gelung)
kadang kala dijumpai spesies-spesies Enterokokus, Laktobasilus,
dan Difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai
pada bagian usus kecil ini.
4. Usus besar
Usus besar mengandung populasi mikroba yang
terbanyak. Diperkirakan jumlah mikroorganisme di dalam
spesimen tinja adalah ± 1012-13 organisme per gram. meliputi
bakteri anaerob : Bacteroides sp, Clostridium sp
dan Lactobacillus. Dan anerob fakultatif ( E.coli). Basilus gram
negatif anaerobik yang ada meliputi spesies Bacteroides (B.
fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium.
Basilus gram positif diwakili oleh spesies-spesies
Clostridium(serta spesies-spesies Lactobacillus.
5. Kulit
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang
seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk
koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini
adalah spesies Staphylococcus (kebanyakan S. epidermidis dan
S. aureus) dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di
dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik
lipofilik, seperti Propionibacterium acnes, penyebab jerawat.
Flora normal di kulit dan mukosa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
• Flora menetap (residents flora)
• Flora sementara (trancients flora)
Perbedaan antara flora tetap dan flora sementara pada kulit dapat dilihat pada tabel dibwah ini :

No. Flora Menetap Flora Tidak Menetap


1. Komensal (penting bagi tubuh) Tidak patogen atau cenderung
patogen

2. Memegang peranan tertentu Hanya dalam waktu tertentu


dalam mempertahankan
kesehatan dan fungsi normal.

3. Bila terganggu dari tempatnya, Kurang berarti selama flora


maka flora akan segera tumbuh penghuni normal utuh, bila flora
kembali penghuni terganggu, flora
sementara dapat berploriferasi
menimbulkan sakit.
6. Mata
Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid
(Coynebacterium xerosis), S. epidermidis dan Streptokukus non
hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang menyerupai
spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora
konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air
mata, yang mengandung lisozim.
7. Telinga
Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran
flora kulit. Dapat dijumpai Streptococcus pneumonia, batang
gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Mycobacterias
aprofit. Telinga bagian tengah dan dalam biasanya steril.
8. Vagina
Penghuni utama vagina dewasa adalah lactobacilus yang
toleran terhadap asam. Sebelum pubertas, flora dominan
Staphylococcus, Streptococus, Diphtheroid, dan Escherichia
coli. Setelah pubertas, aerophillus Lactobacillus mendominasi ,
dan fermentasi glikogen oleh bakteri berperanan untuk menjaga
pH asam, yang mencegah pertumbuhan berlebih dari organisme
vagina lainnya. Beberapa jamur, termasuk Candida albicans.
dapat berkembang biak menyebabkan kandidiasis jika pH
vagina meningkat dan menurunkan daya bersaing. Bakteri
Protozoa: Trichomonas vaginalis dapat ditemukan pada wanita
yang sehat.
Dampak Positif dan Negatif Flora Normal Pada Tubuh
Manusia

1. Dampak Positif Flora Normal Manusia


Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia
mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan
dan hidup secara normal.
2. Dampak Negatif Flora Normal Manusia
Flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada
kondisi tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-
invasive) karena hambatan-hambatan yang diperankan oleh
lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan
masuk ke dalam aliran darah atau jaringan, organisme ini
menjadi patogen.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Flora
Normal pada manusia

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehadiran


flora normal pada tubuh manusia adalah :
 Nutrisi
 Kebersihan seseorang
 Kondisi hidup
 Penerapan prinsip-prinsip kesehatan
Pneumocystis pneumonia (PCP)

Pneumocystis pneumonia (PCP) adalah suatu bentuk


pneumonia yang disebabkan oleh ragi (yeast) Pneumocystis
jirovecii. Jenis jamur ini adalah khusus untuk manusia dan tidak
terlihat menginfeksi hewan lainnya. Sementara jenis
Pneumocystis lainnya menjadi parasit bagi hewan (mamalia)
yang belum terlihat menjangkiti manusia.
Kondisi penyakit PCP yang disebabkan oleh P. jirovecii
ini relatif jarang terjadi pada masyarakat dengan sistem
kekebalan normal, tetapi umum terjadi di kalangan orang-orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah , seperti bayi
prematur, anak-anak yang tidak terpelihara dengan baik, orang
yang sangat tua, dan penderita AIDS. PCP juga dapat
berkembang pada pasien yang mengambil obat
immunosuppressant (misalnya pasien yang telah mengalami
transplantasi organ) dan pada pasien yang telah mengalami
transplantasi sumsum tulang.
Gejala

Gejala PCP yaitu demam, batuk tidak produktif (karena


dahak terlalu kental), sesak nafas (perlu pengerahan tenaga
untuk bernapas dibanding biasanya), kehilangan berat badan,
dan sering berkeringat malam. Biasanya tidak terdapat dahak
dalam jumlah besar pada pasien PCP kecuali pasien yang
memiliki tambahan infeksi bakteri. Jamur dapat menginfeksi
organ dalam seperti hati, limpa dan ginjal.
Pathophysiology

Risiko radang paru-paru karena Pneumocystis jirovecii


meningkat bila tingkat sel CD4 positif kurang dari 200 sel / μl.
Pada individu yang immunosuppressed (imun tertekan)
manifestasi dari infeksi sangat variatif. Penyakit menyerang
usus kecil, dan jaringan serat paru-paru (sehingga oksigen
kurang mampu membaur ke dalam darah, yang mengarah ke
Hypoxia –karbon dioksida (CO2) terikat sehingga menyebabkan
kesulitan bernafas).
Diagnosis

Diagnosis dapat dikonfirmasi oleh karakteristik tampilan


pada x-ray dada yang menunjukkan luasan invasi PCP pada
paru-paru (pulmonary infiltrates), dan tingkat oksigen arterial
(pO2). Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui identifikasi
histologik dari organisme kausatif di dahak atau bronchio-
alveolar lavage (pencucian paru-paru). Noda yang
terlihat dengan biru toluidine, perak atau noda logam
immunofluorescence, akan menunjukkan karakteristik cysta
jamur ini.
Infeksi Pneumocystis juga dapat didiagnosis melalui
immunofluorescent atau penandaaan histochemical dari
specimen (sampel), dan metode lain yang terbaru adalah dengan
analisis molekular pada produk reaksi polymerase chain yaitu
dengan membandingkan sampel DNA. Sebagai catatan, deteksi
molekuler sederhana Pneumocystis jirovecii dengan cairan paru-
paru tidak bisa menunjukkan seseorang itu telah menderita
Pneumocystis pneumonia atau infeksi HIV. Jamur yang tampak
juga hadir pada individu sehat di masyarakat umum.
Penularan

Siklus hidup lengkap dari salah satu jenis Pneumocystis


masih belum diketahui sampai saat ini, namun melihat
banyaknya kasus penyakit ini yang menginfeksi paru-paru
memungkinkan bahwa penularan kebanyakan melalui
pernafasan.
Perawatan
Obat-obatan Antipneumocystic sering digunakan
bersamaan dengan obat steroid untuk menghindari peradangan.
Obat yang paling umum digunakan adalah obat kombinasi
trimethoprim dan sulfamethoxazole (co-trimoxazole, dengan
nama dagang Bactrim, Septrin, atau Septra), tetapi beberapa
pasien tidak dapat mentolerir perlakuan ini karena alergi. Obat
lain yang digunakan tersendiri atau dikombinasikan yaitu
pentamidine, trimetrexate, dapsone, atovaquone, primaquine,
pafuramidine meleate (dalam penyelidikan), dan clindamycin.
Pengobatan biasanya untuk jangka waktu sekitar 21 hari.
Pentamidine jarang digunakan karena tingginya
frekuensi efek samping (pancreatitis akut, gagal ginjal,
hepatotoxicity, leukopenia, ruam, demam dan hypoglycaemia).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai