Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan.
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi, moneter, sosial,
politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang
lingkup keperawatan keluarga.
Perubahan Bidang Profesi Keperawatan
Perubahan ekonomi
• Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan berbagai
anggaran untuk pelayanan kesehatan, sehingga berdampak terhadap
orientasi manajemen kesehatan atau keperawatan dari lembaga sosial
ke orientasi bisnis.
Kependudukan
• Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dan
bertambahnya umur harapan hidup, maka akan membawa dampak
terhadap lingkup dari praktik keperawatan. Pergeseran tersebut terjadi
yang dulunya lebih menekankan pada pemberian pelayanan kesehatan
atau perawatan pada “hospital-based” ke “comunity based”.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Atau Keperawatan
• Era kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat di tuntut untuk menguasai
teknolgi komputer di daam melaksanakan MIS (Manajemen Information System) baik di tatanan
pelayanan maupun pendidikan keperawatan
Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei pada sekolah
keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan terkait cakupan
keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat perkembangan pemaduan
muatan keperawatan keluarga dan ketrampilan klinis kedalam program
keperawatan pascasarjana dan sarjana.
Isu Penelitian
Bunga Salsabilla R.
1610711101
Masa Balita (golden period) merupakan masa emas yang sangat
peka terhadap lingkungan dan masa ini berlansung sangat
pendek serta tidak dapat diulang lagi. Pada masa kritis ini, otak
Balita lebih plastis. Plastisitas otak pada Balita mempunyai sisi
positif dan negative.
Sisi positifnya, otak Balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran
dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak Balita lebih peka terhadap
lingkungan yang tidak mendukung seperti masukan gizi yang tidak
adekuat ( Depkes RI, 2005). Asupan gizi yang tidak adekuat
disebabkan karena pada anak Balita terjadi kesulitan makan berupa
berkurangnya nafsu makan yang berkaitan dengan makin
meningkatnya interaksi dengan lingkungan. Balita lebih mudah
terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun
yang menahun, infeksi cacing dan dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan gizi kurang atau gizi buruk (Sunarjo, 2011).
Banyak orang tua yang kesulitan dalam menghadapi masalah
kurangnya nafsu makan pada anak. Obat-obatan selalu saja
menjadi pilihan utama untuk kondisi ini. Obat penambah nafsu
makan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan penyakit
kronis yang lain. Pilihan lain yang dapat di ambil adalah dengan
mengkonsumsi multivitamin non farmakologis. Multivitamin
berupa buah- buahan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi,
rasanya manis, dengan harga murah dan mudah didapatkan
adalah Carica Papaya (Indra, 2010).
Penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri dengan melibatkan
kader untuk menunjukkan alamat responden, pemberian
perlakuan (intervensi) dengan memberikan buah pepaya seberat
100 gr perhari juga dilakukan oleh peneliti sendiri yang
didampingi oleh orang tua Balita.Pengukuran berat badan selama
penelitian dilakukan sebanyak 2 kali yakni, pada saat
pertengahan ( 2 minggu intervensi) dan pada akhir intervensi (4
minggu).
Asuhan Keperawatan
Putri Ayniyah 1610711085
Lisa Septiani 1610711103
Nida Aulya 1610711104
Idham Topik 1610711090
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN BALITA SAKIT
Keluarga dengan Balita Perawat T mempunyai keluarga binaan yaitu keluarga Bp. Rs (30 th) dengan anak
pertama, An R berusia 3 tahun. Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga Bp Rs terdapat beberapa
masalah kesehatan yang dialami. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, berat badan (BB) An R 10 kg, tinggi
badan (TB) 89 cm. Menurut hasil perhitungan BB/ TB anak perempuan usia 2- 5 tahun Depkes RI, An R
dikategorikan memiliki gizi kurang. An. R tidak menentu pola makannya. Terkadang An R tidak makan nasi
dalam sehari, hanya minum susu saja. Kalau An. R sedang mau makan biasanya 2 x per hari, pagi dan sore.
Keluarga Bp Rs makan setiap hari dengan komposisi nasi, lauk, sayur (2-4 kali per minggu), buah (belum
tentu tiap minggu konsumsi buah) dan susu (khusus untuk An R). Pola makan An R jika dirinci adalah sebagai
berikut: susu 3- 4 botol per hari @ 120 cc dengan perbandingan 3 sendok susu kental manis dan 120 cc air,
nasi 2 x per hari (pagi dan sore) @ 7 sendok makan, sayur hanya mau kuah nya saja kecuali sayur kangkung.
Sayur belum tentu makan setiap hari, hanya 2-3 x per minggu. Buah belum tentu makan setiap minggu, yang
disukai hanya buah jeruk. Setiap bangun tidur jam 06. 00 pagi An R minum susu, jam 08.00 pagi makan
makanan kecil sambil nonton TV, jam 09.00 makan pagi (belum tentu makan pagi tiap hari) jam 11.00 minum
susu, jam 14.00 minum susu, jam 15.00 makanan kecil, jam 17.00 makan sore, dan jam 19.00 minum susu.
An R alergi telur, tiap makan telur kelur bintik- bintik merah pada muka AnR. Ibu E tidak mengetahui
komposisi makanan yang tepat dan cara mensiasati An. R yang tidak suka makan sayur dan buah.
Ibu E tidak mengetahui bagaimana mengolah makanan secara variatif dan membuat makanan
camilan yang kaya gizi dan sehat. Ketika An R susah makan, ibu E tetap membujuk agar An R mau
makan. Akan tetapi Ibu E tidak pernah memodifikasi lingkungan menjadi menyenangkan dan
menarik keinginan anak untuk makan. Menurut Ibu E, posyandu merupakan sarana untuk
pemantauan gizi dan berat badan balita. Akan tetapi Ibu E malas mengajak An R ke posyandu
karena saat posyandu banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan.selain itu anak R saat ini
juga sedang mengalami masalah kesehatan batuk dan pilek, An R mengalami batuk pilek sudah 3
hari ini, Anak.R mengalami sesak nafas saat tidur sehingga mengganggu tidurnya, ibu E malas
membawa anaknya pergi ke puskesmas dikarenakan biasanya hanya diberikan obat batuk warung
An.R dapat sembuh. Tahap lanjut setelah pengkajian dan merumuskan masalah adalah menyusun
perencanaan dan implementasi. An R juga saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan giginya
berlubang, terlihat ada gigi yang hitam-hitam, minum susu saat tidur karena masih minum memakai
dot, terkadang juga suka sakit giginya. Pertumbuhan An R bagus sesuai tahapan perkembangannya
di usia 4 tahun, namun Ibu E ingin memberikan mainan sesuai tahap tumbuh kembang An R tapi
tidaktahu.
Data Tambahan:
Tn.RS dan Ny.E(28th) lulusan SMA. Tn.RS bekerja sebagai buruh sedangkan Ny.E sebagai ibu
rumah tangga.
.......................
Pengkajian
1. Data Pengenalan Keluarga
No. Nama Jenis Kelamin Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan
3 : tinggi 2 : sedang
3 : tinggi
No
Priori Diagnosa Keperawatan Jumlah
tas
1 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada keluarga Tn. R
khususnya An. R berhubungan dengan sikap negatif keluarga 44
terhadap pelayanan kesehatan dengan masalah ISPA.
No
Priori Diagnosa Keperawatan Jumlah
tas
1 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada keluarga Tn. R
khususnya An. R berhubungan dengan sikap negatif keluarga 44
terhadap pelayanan kesehatan dengan masalah ISPA.