Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KASUS

SEORANG PENDERITA ANEMIA PENYAKIT


KRONIS DD ANEMIA DEFISIENSI BESI
DENGAN COLITIS
Pembimbing : Dr. Silvester Salombe ,Sp.PD
Disususn oleh : Marike .kegiye.Sked
Nim : 0100840180

SMF PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABE JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
PAPUA
2019
PENDAHULUAN
• Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai • Anemia defisiensi besi ditandai oleh

di klinik di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. anemia hipokromik mikrositer dan hasil

• Diperkirakan lebih dari 30% jumlah penduduk dunia atau 1500 laboratorium yang menunjukan cadangan besi

juta orang menderita anemia. Kelainan ini mempunyai dampak besar kosong.
terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi serta kesehatan fisik.
• Anemia defisiensi besi merupakan anemia
• Anemia penyakit kronis merupakan anemia sering dijumpai
yang paling sering dijumpai, terutama di negara-
pada pasien dengan infeksi atau inflamasi kronis maupun keganasan
negara tropik atau negara dunia ketiga
• anemia pada penyakit kronis di tandai oleh kadar Hb berkisar 7-
• . Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga
11 g/dl ,kadar fe yang tinggi di jaringan serta produksi sel darah

merah berkurang penduduk dunia yang memberikan dampak

• ADB adalah berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, kesehatan yang sangat merugikan serta dampak
karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada
sosial yang cukup seriu
akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
ANEMIA
• Defini
KELOMPOK KRITERIA
Anemia secara fungsional
penurunan jumlah massa NO ANEMIA
eritrosit (red cell mass)
sehingga tidak dapat 1. Laki-laki dewasa < 13 g/dl
memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan 2. Wanita dewasa < 12 g/dl
perifer.
tidak hamil
• Kriteria Anemia
penurunan massa eritrosit 3. Wanita hamil < 11 g/dl
adalah kadar hemoglobin,
disusul oleh hematokrit dan
hitung eritrosit.
Gambaran prevalensi anemia di dunia (dikutip dari
De Maeyer EM ,et al,1989

Lokasi Anak 0-4 Anak 5-12 Laki dewasa Wanita 15- Wanita
tahun tahun 49 tahun hamil

Negara 12 % 7% 3% 14% 11%


maju
Negara 51% 46% 26% 59% 47%
berkemban
g

Dunia 43% 37% 18% 51% 35%


ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI ANEMIA

Pada dasarnya anemia di • morfologis dengan melihat


indek eritrosit atau hapusan
sebabkan oleh karena darah tepi
• klasifikasi ini anemia dibagi
1) .gangguan pembentukan
menjadi tiga golongan 1) . anemia
eritrosit oleh sumsung tulang,
hipokromik mikrositer ,bila MCV
2) kehilangan darah keluar
<80 fl ,dan MCH < 27 pg ; 2.)
tubuh(perdarahan )
anemia normokromik normositer
3) proses penghancuran ,bila MCV 80-90 fl ,dan MCH 27
eritrosit dalam tubuh sebelum -34 Pg ;3) anemia makrositer ,bila
waktunya (hemolisis) . MCV > 95 fl .
Tabel 3 . Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis

A Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum


tulang belakang

1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit


a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia defisiensi asam folat
c) Anemia defisiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan vitamin B12
a) Anemia akibat penyakit kronis
b) Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sumsum tulang
a) Anemia aplastic
b) Anemia mieloptisik
c) Anemia pada keganasan hematologi
d) Anemia diseritropoietik
e) Anemia pada sindrom mielodisplastik
f) Anemia akibat kekurangan eritropoietin
g) Anemia pada gagal ginjal kronik

B Anemia akibat hemoragi

1. anemia pasca perdarahan akut


2. anemia akibat perdarahan kronik
C Anemia hemolitik

1. anemia hemolitik intrakorpuskular


 gangguan membrane eritrosit (membranopati )
 gangguan enzim eritrosit (enzimopati ) anemia
akibat defisiensi G6PD
 gangguan hemoglobin (hemoglobinopati )
 thalassemia
 hemoglobinopati structural : HbS ,HbE ,dll
2. anemia hemolitik intrakorpuskular
C Anemia hemolitik

1. anemia hemolitik intrakorpuskular


 gangguan membrane eritrosit (membranopati )
 gangguan enzim eritrosit (enzimopati ) anemia
akibat defisiensi G6PD
 gangguan hemoglobin (hemoglobinopati )
 thalassemia
 hemoglobinopati structural : HbS ,HbE ,dll
2. anemia hemolitik intrakorpuskular
 anemia hemolitik autoimun
 anemia hemolotik mikroangiopatik
 lain-lain .

D Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan pathogenesis


yang kompleks .
Table 4 Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi

1 Anemia hipokromik mikrositer

A. anemia defisiensi besi


B. thalassemia minor
C. anemia akibat penyakit kronis
D. anemia sideroblastik
II Anemia normokromik normositer

A. anemia pasca perdarahan akut


B. anemia hemolitik didapat .
C. aniemia akibat penyakit kronik
D. anemia pada gagal ginjal kronik
E. anemia pada syndrome mielodisplastik
F. anemia pada kegagasan hematologic

III Anemia makrositer

A. bentuk megaloblastik
 anemia defisiensi asam folat
 anemia defisiensi B12 ,termasuk anemia
pernisiosa
B. bentuk non megaloblastik
 Anemia pada penayakit hati kronik
 Anemia pada hipotiroidisme
 Anemia pada syndrome mielodisplastik
Anemia Defisiensi Besi
Definisi dan klasifikasi .
Anemia karena berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoiesis, karena cadangan besi
kosong(depleted iron store)yang pada
akhirnya mengakibatkan pembentukan
hemoglobin mikrositer dan hasil laboratorium
yang menunjukkan cadangan besi yang
kosong.
klasifikasi
• Klasifikasi
1. Iron depletion atau iron deficiency : feritin
serum↓
2. Iron deficient erythropoietin/iron limited
erythropoiesis : nilai besi serum & saturasi
transferin↓ namun TIBC dan FEP↑
3. Iron deficiency anemia : Hb ↓
2.3 Etiologi

1. Kehilangan besi sebagai akibat pendarahan menahun dapat berasal


dari :
a. Saluran cerna : tukak peptic
b. Saluran genitalia perempuan:menorhagia atau metrorhagia
c. Saluran kemih : hematuria
d. Saluran napas:hemoptoe

2. Faktor nutrisi : kurangnya jumlah besi total dalam makanan

3. Kebutuhan besi meningkat : prematur, hamil

4. Gangguan absorbs besi : gastrektomi


2.4 Patofisiologi

1. Iron depletion atau iron deficiency : feritin


serum↓
2. Iron deficient erythropoietin/iron limited
erythropoiesis : nilai besi serum & saturasi
transferin↓ namun TIBC dan FEP↑
3. Iron deficiency anemia : Hb ↓
4.4 Manifestasi klinis
1. Gejala Umum
2. Gejala Khusus : Koilonychia, Atrofi papil lidah,
Stomatitis angularis, Disfagia, Atrofi mukosa gaster
3. Gejala penyakit dasar : penyakit cacing
4. Kekurangan zat besi di otot jantung akan
menyebabkan gangguan kontraktilitas otot jantung.
5. Turunnya konsentrasi
6. Perilaku aneh makan benda-benda tertentu (odol,
kertas, alat tulis,) : PICA
7. Gangguan epitelisasasi pada proses pencernaan
Diagnosis
1. MCV,MCHC dan MCH menurun. MCV < 70 fl
2. RDW (red cell distribution width) ↑ : anisositosis
3. Apusan darah : mikroseter,anisositosis,poikilositosis,anulosit,sel pinsil,kadang-
kadang sel target.
4. Leukosit dan trombosit normal.Retikulosit rendah dibandingkan dengan derajat
anemia
5. Kadar besi serum menurun < 50 mg/dl,
6. total iron binding capacity (TIBC) meningkat > 350 mg/dl
7. Saturasi tramsferin < 15 %
8. Kadar serum feritin < 20 µg/dl
9. Protoporfirin eritrosit meningkat ( > 100µg/dl)
10. Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia normoblastik dengan normoblast kecil
(micronormoblast) dominan
11. Kadar reseptor transferin meningkat
12. Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru orusia ( Perl’s stain) menunjukkan
cadangan besi yang negatif ( butir hemosiderin negatif)
Diagnostik
 ADB ditandai oleh anemia • Tahap pertama adalah
hipokromik mikrositer dan anemia dengan mengukur
hasil laboratorium kadar hemoglobin atau
menunjukkan cadangan besi hematokrit
kosong • Cutt off point anemia
 Untuk menegakkan diagnosis tergantung kriteria yang
anemia defisiensi besi harus dipilih, apakah kriteria WHO
dilakukan anamnesis dan atau kriteria klinik
pemeriksaan fisis yang teliti • Tahap kedua adalah
disertai pemeriksaan memastikan adanya defisiensi
laboratorium yang tepat besi.
 Terdapat tiga tahap diagnosis • tahap ketiga adalah
ADB : menentukan penyebab dari
defisiensi besi yang terjadi.1

(tahap satu dan tahap dua) dapat dari kriteria
diagnosis anemia defisiensi besi (modifikasi dari kriteria
Kerlin et al) sebagai berikut:

Anemia hipokrom mikrositer pada sediaan hapus darah tepi, atau MCV<80fl
dan MCH<31% dengan salah satu dari a,b,c, atau d:
a. Dua dari tiga parameter di bawah ini:
 Besi serum <50mg/dl
 TIBC >350mg/dl
 Saturasi transferin: <15%, atau
a. Feritin serum <20mg/I, atau
b. Pengecatan sumsum tulang dengan Biru Perusia (Perl’s stain) menunjukkan
cadangan besi (butir-butir hemosiderin) negatif, atau
c. Dengan pemberian sulfas ferosus 3x200 mg/hari (atau preparat besi lain yang
setara) selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2g/dl.
Tabel : Diagnosis Diferensial Anemia Penyakit Kronis

Anemia Penyakit Anemia Defisiensi Thalasemia Anemia Sideroblastik


Kronik Besi

Derajat anemia Ringan Ringan sampai berat Ringan Ringan sampai berat

MCV Menurun/N Menurun Menurun Menurun/N

MCH Menurun/N Menurun Menurun Menurun/N

Besi serum Menurun <0 Menurun <30 Normal/ Normal/

TIBC Menurun <300 Meningkat >360 Normal/ Normal/

Saturasi Menurun/N 10-20% Menurun <15% Meningkat >20% Meningkat >20%


transferin
Besi sumsum Positif Negatif Positif kuat Positif dengan ring
tulang sideroblast
Protoporfirin Meningkat Meningkat Normal Normal
eritrosit

Feritin serum Normal 20-200 µg/l Menurun <20 µg/l Meningkat >50 µg/l Meningkat >50 µg/l

Elektrofoesis N N HbA2 meningkat N


Hb
Penatalaksaan

Terapi kausal
Pemberian preparat besi : oral (ferrous sulfat,
ferrous gluconate) & parentral (iron dextran
complex, iron sorbitol citric acid complex)
Diet tinggi protein hewani
Vitamin C
Transfusi PRC
komplikasi
• Dekompensatio cordis
• Epigastric distress / stomatis

Prognosis
1. Baik, bila dengan penanganan tepat & tanpa
komplikasi
2. Buruk, bila diagnosis salah, Fe kadaluarsa, dosis
tidak adekuat, perdarahan, penyakit gangguan
absorbsi Fe, gangguan absorbsi saluran cerna
Sedangkangkan
pada anemia
penyakit kronis
DD Anemia penyakit kronis
• Anemia penyakit kronis (Anemia of Chronic Disease,
ACD) sering dijumpai pada pasien dengan infeksi
atau inflamasi kronis maupun keganasan
• Anemia ini umumnya ringan atau sedang, disertai
oleh rasa lemah dan penurunan berat badan dan
disebut sebagai anemia pada penyakit kronis.
• anemia pada penyakit kronis ditandai oleh kadar Hb
berkisar 7-11 g/dl,kadar Fe serum menurun disertai
TIBC (Total Iron Bin )
• Pathogenesis ACD dapat dilihat dari uraian dibawah
ini4,5,8 :Pemendekan masa hidup eritrosit,
Peningkatan kadar hepcidin serum, Penghancuran
eritrosit, Produksi eritrosit ,
Manifestasi Klinis

• anemia yang terjadi umumnya derajat ringan


dan sedang, sering kali gejalanya tertutup oleh
gejala penyakit dasarnya.
• kadar Hb sekitar 7-11 gr/dl umumnya
asimptomatik.
• demam atau debilitas fisik meningkat,
pengurangan kapasitas transpor O2 jaringan
akan memperjelas gejala anemianya atau
memperberat keluhan sebelumnya.5
Pemeriksaan lanoratorium
• gambaran hipokrom dengan MCHC (Mean Corpuscular
Hemoglobin Capacity) <31 g/dl dan beberapa mempunyai sel
mikrositer dengan MCV (Mean Corpuscular Volume) <80 fL.
Nilai retikulosit absolut dalam batas normal dan trombosit
tidak konsisten, tergantung dari penyakit dasarnya.
• Penurunan Fe serum (hipoferemia) merupakan kondisi
sine qua non untuk diagnosa penyakit anemia karena penyakit
kronis. Keadaan ini timbul segera setelah timbul onset suatu
infeksi atau inflamasi dan mendahului terjadinya anemia
Diagnosis
• banyak pasien dengan infeksi kronis ,inflamasi dan
keganasan menderita anemia ,anemia tersebut disebut
anemia pada penyakit kronis .
• anemia nya anemia sedang selularitas sumsum
tulanng normal,kadar besi serum nya dan TIBC rendah
,kadar besi dalam makrofag dalam sumsung normal atau
meningkat ,serta feritin serum yang meningkat
Pengobatan

PREPARAT
Tranfusi PRC
BESI

ERITROPOITIN
Colitis

Definisi
• Kolitis ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus besar atau
kolon mengalami inflamasi dan ulserasi menghasilkan keadaan
diare berdarah, nyeri perut, dan demam.
Etiologi
1) Faktor ekstrinsik :
a) Diet:
b)Infeksi
c)Obat-obatan
2) . Faktor intrinsik :
• Gangguan sistem imun : adanya defek pada sistem imun
seseorang berperan dalam terjadinya inflamasi dinding usus
a) Faktor herediter: adanya anggota keluarga yang menderita kolitis ulseratif akan meningkatkan risiko
anggota keluarga lain untuk menderita penyakit serupa.
b) Psikosomatik: pikiran berperan penting dalam menjaga kondisi sehat atau sakit dari tubuh. Setiap
stres emosional mempunyai efek yang merugikan sistem imun sehingga dapat menyebabkan
penyakit kronik seperti kolitis ulseratif. Terdapat fakta bahwa banyak pasien kolitis ulseratif
mengalami situasi stres berat di kehidupannya.

c) Faktor herediter: adanya anggota keluarga yang menderita kolitis ulseratif akan meningkatkan risiko
anggota keluarga lain untuk menderita penyakit serupa.
d) Psikosomatik: pikiran berperan penting dalam menjaga kondisi sehat atau sakit dari tubuh. Setiap
stres emosional mempunyai efek yang merugikan sistem imun sehingga dapat menyebabkan
penyakit kronik seperti kolitis ulseratif. Terdapat fakta bahwa banyak pasien kolitis ulseratif
mengalami situasi stres berat di kehidupannya.
Diagnosa
• diare berdarah dan • Derajat klinik colitis ulseratif dapat
nyeriabdomen,seringkali dibagi atas berat, sedang dan
dengan demam dan ringan,berdasarkan frekuensi diare,
penurunan berat badan pada ada/tidaknya demam, derajat
kasus berat. beratnya anemia yang terjadi dan laju
endap darah (klasifikasi Truelove).
• penyakit ringan :bisa terdapat
• Mayoritas pasien akan menderita relaps
satu atau dua feses yang
dalam waktu 1 tahun dari serangan
setengah berbentuk yang
pertama, mencerminkan sifat rekuren
mengandung sedikit darah dan
dari penyakit
tanpa manifestasi sistemik.
• bisa terdapat periode remisi yang
• Terdapat satu atau dua feses berkepanjangan hanya dengan gejala
yang setengah berbentuk yang minimal. Pada umumnya, beratnya
mengandung sedikit darah dan gejala mencerminkan luasnya
tanpa manifestasi sistemik. keterlibatan kolon dan intensitas radang.
Tiga tipe klinis kolitis ulseratif .

Kolitis ulseratif akut fulminan ditandai dengan awitan mendadak

disertai pembentukan terowongan

pengelupasan mukosa, menyebabkan kehilangan banyak darah dan


mukus.
 Sebagian besar penderita kolitis  Pada kolitis ulseratif ringan, diare mungkin
ulseratif merupakan jenis yang ringan dengan perdarahan ringan dan
intermiten (rekuren). Timbulnya
intermitten.
kecenderungan selama berbulan-
bulan sampai bertahun- tahun.  Pada penyakit yang berat defekasi dapat
lebih dari 6 kali sehari disertai banyak darah
dan mukus. Kehilangan banyak darah dan
 Bentuk ringan penyakit ditandai
oleh serangan singkat yang mukus yang kronik dapat mengakibatkan
terjadi dengan interval berbulan- anemia dan hipoproteinemia.
bulan sampai bertahun-tahun dan
 Nyeri kolik hebat ditemukan pada abdomen
berlangsung selama 1-3 bulan.
bagian bawah dan sedikit mereda setelah
defekasi.
Pemeriksaan Fisik

fisik pada colitis ulseratif


biasanya nonspesifik, bisa
terdapat distensi abdomen atau Demam, takikardia dan hipotensi
nyeri sepanjang perjalanan postural biasanya berhubungan
kolon. Pada kasus ringan, dengan penyakit yang lebih berat.
pemeriksaan fisik umum
akan normal.
Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium
 Temuan laboratorium seringkali nonspesifik dan mencerminkan
derajat dan beratnya perdarahan dan inflamasi.Bisa terdapat
anemia yang mencerminkan penyakit kronik serta defisiensi
besi akibat kehilangan darah kronik.
 Leukositosis dengan pergeseran ke kiri dan peningkatan laju endap
darah seringkali terlihat pada p a s i e n d e m a m y a n g s a k i t
berat.
 Kelainan elektrolit, terutama
h i p o k a l e m i a , mencerminkan derajat diare.
 Hipoalbuminemia umum terjadi dengan penyakit yang ekstensif dan
biasanya mewakili hilangnya protein lumen melalui mukosa yang
ulserasi.
 Peningkatan kadar alkali fosfatase dapat
m e n u n j u k k a n p e n y a k i t hepatobiliaris yang berhubungan
 Pemeriksaan kultur feses (pathogen usus dan bila diperlukan,
Escherichia coli), ova, parasit dan toksin Clostridium difficile negative.
1) Pemeriksaan radiologis
 CT Scan dan MRI
Kelebihan CT Scan dan MRI, yaitu dapat
 Foto polos abdomen mengevaluasi langsung keadaan
Pada foto polos abdomen umumnya intralumen dan ekstralumen. Serta
perhatian kita cenderung terfokus mengevaluasi sampai sejauh mana
pada kolon. komplikasi ekstralumen kolon yang telah
terjadi.
Barium enema
Barium enema merupakan Endoskopi
pemeriksaan rutin yang dilakukan Pada dasarnya colitis ulseratif merupakan
apabila ada kelainan pada kolon. penyakit yang melibatkan mukosa kolon
secara difus dan kontinu, dimulai dari
Ultrasonografi (USG) rectum dan menyebar / progresif ke
Pemeriksaan ultrasonografi sampai proksimal.
saat ini belum merupakan modalitas
pemeriksaan yang diminati untuk Yang termasuk kriteria histopatologik adalah
kasus-kasus IBD. perubahan arsitektur mukosa, perubahan
epitel dan perubahan lamina propria
Kriteria mayor colitis ulseratif
: Kriteria minor colitis ulseratif :
•Jumlah sel goblet berkurang
•Infiltrasi sel radang yang difus
•Metaplasia sel Paneth
pada mukosa Tetapi pada colitis ulseratif stadium
dini, gambarannya tidak dapat
•Basal plasmositosis
dibedakan dari colitis infektif. Colitis
•Netrofil pada seluruh ketebalan ulseratif mempunyai tiga stadium
yang gambaranmikroskopiknya
mukosa
berbeda-beda. Perlu diingat bahwa
• Abses kripta pada seorang penderita dapat
ditemukan gambaran ketiga stadium
•Kriptitis
dalam satu sediaan.
•Distorsi kripta
•Permukaan viliformis
2. Tatalaksana

1) Menghentikan serangan akut dan simptomatik

a) Asam 5- aminosalisilat

b) Kortikosteroid

c) Obat imunosupresant

d) Pembedahan

2) Mencegah serangan kambuhan :


terapi rumatan dengan 5-asam aminosalisilat (Asacol, 800 mg-2.4
g/hari). Untuk penyakit yang ekstensif, sulfasalazine (1 g oral 2x1) atau
olsalazine (500 mg atau 1 g 2x1) dapat digunakan.
LAPORAN KASUS

Identitas
Nama : ny.fitria ansaka
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : doyo baru
Pekerjaan : mahasiswa
Suku : sentani papua
Pendidikan : SMA
No. DM : 49 11 73
RPS

Pasien datang diantar oleh keluarganya ,Pasien merupakan pasien rujukan


dari RS DIAN HARAPAN dengan anemia colitis ,datang dengan keluhan nyeri
perut yang di rasakan sejak ± 3 minggu yang lalu namun memberat ketika
pasien tidak bisa bangung dari tempat tidur pasien susah berdiri ,terasa
nyeri sekali , badan terasa lemas ,loyoh dan pasien tampak pucat nyeri
kepala ,nyeri perut yang dirasakan hilang timbul, nyeri terasa seperti
tertusuk-tertusuk dan awalnya nyeri dibagian perut kanan menjalar ke perut
bagian kiri sampai ke tulang belakang hingga menjalar diseluruh perut
,pasien juga mengatakan nyeri muncul setelah makan dan pada saat istrahat
, pasien merasakan keenakan ketika duduk tegak , ,makan/minum kurang
(+/+) pasien juga mengeluh rasa mual (+) buang air besar /buang air kecil
(+/+) pusing berkunang –berkunang (-) nyeri pada saat buang air kecil (-).
Keluarga pasien mengaku bahwa pasien sering mengalami gusi berdarah (-)
dan mimisan (-) .
3.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut pengakuan pasien tidak
Riwayat Penyakit Dahulu ada yang memiliki sakit seperti ini
Riw. Gastritis (-) 3.3.4 Riwayat pekerjaan dan
Riwayat apendisitis (-) kebiasaan
Riwayat cholelitiasis (-) Pasien adalah seoarang
Riwayat enterokolitis (-) mahasiwa Kebiasaan pasien ,pasien
Riw. Asma (disangkal ) sering mengkomsumsi pinang (+)
Pasien sering mengkomsumsi rokok
(-) ,alcohol (-) ,pasien kurang
mengkomsumsi makan yang kurang
zat besi (+) .vitamin c kurang (+)
3.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda – tanda vital :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 x/ menit, kuat angkat
Respirasi : 22x/ menit
Suhu badan : 36,7 ⁰C
SpO2` : 97%
Kepala dan Leher
Kepala : deformitas (-) ,
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-), Pupil bulat isokor
Ø3cm.
Telinga : Deformitas (-), Lesi (-)
Hidung : Deformitas (-), Lesi (-), Pernafasan cuping hidung (-).
Mulut : Oral Candidiasi (-),mukosa bibir tampak pucat (+)
terdapat atropi papil lidah (+)
Tenggorokan : Uvula ditengah (+), Tonsil T0-T0 tenang (+), faring hiperemis (-)
Leher : KGB tidak teraba, Peningkatan JVP (-)
THORAX
Pulmo
Inspeksi : Simetris (+) ikuti gerak nafas, retraksi suprasternal (-)
Palpasi : Vokal Fremitus Dextra = Sinistra,
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+), rhonki -/-, wheezing -/-
Cor
Insperksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II Reguler, mur-mur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising Usus (+) 3-4 kali/menit
Palpasi : Nyeri tekan (+), Hepar (Tidak teraba), Lien (Tidak teraba)
Perkusi :Tympani (+)
Extremitas: Akral hangat (+), Edema ektremitas bawah (-), Edema
ektremitas atas (-) pada kaki terdapat koilonikia (+)
Vegetatif: Makan kurang (-), Minum kurang , BAB (Baik), BAK (Baik).
3.4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 13/3/2019 sampai
tanggal 19 /3/2019 di rumah sakit abe
Parameter Nilai Unit Remarks Nilai
Normal
WBC 7,5 103/μL Normal 3,5 -10,00

#Ne 75 103/μL Tinggi 2,50 -7.50

#Lym 17 103/μL Tinggi 1,00-4,00

#Mo 10,9 103/μL Tinggi 0,10-1,25

#Eo 3,8 103/μL Tinggi 0,00 – 0,50

#Ba 0.13 103/μL Tinggi 0,00 – 0,10

RBC 3,69 103/μL Rendah 4,0 – 5,2

HGB 6,6 g/dl Rendah 12,00 –


16,00
HCT 23,4 % Rendah 36,00 –
46,00
MCV 63,4 Fl Rendah 80,00 –
100,00
MCH 17,9 Pg Rendah 26,00 –
34,00
MCHC 28.2 g/dl Rendah 31,00 –
36,00
PLT 362 103/μL Normal 150 – 450

DDR NEGATIF

Imonologi HbsAg Non reaktif


TANGGAL 14/3/2019

Parameter Nilai Unit Remarks Nilai


Normal
WBC 5,63 103/μL Normal 4,8-10,8

#Ne 68,1 103/μL Tinggi 2,50 -7.50

#Lym 14,7 103/μL Tinggi 1,00-4,00

#Mo 11,7 103/μL Tinggi 0,10-1,25

#Eo 5,3 103/μL Tinggi 0,00 – 0,5

#Ba 0.2 103/μL Normal 0,00 – 0,1

RBC 3,25 103/μL Rendah 4,0 – 5,2

HGB 5,6 g/dl Rendah 12,00 –


16,00
HCT 20,1 % Rendah 36,00 –
46,00
MCV 61,8 Fl Rendah 80,00 –
100,00
MCH 17,2 Pg Rendah 26,00 –
34,00
MCHC 27.9 g/dl Rendah 31,00 –
36,00
PLT 345 103/μL Normal 150 – 450

RDW –SD 43,4 FL NORMAL 37-47

RDW –CV 20,2 % TINGGI 10,0-15,0


TANGGAL 14/3/2019
(PEMERIKSAAN ADT (APUSAN DARAH TEPIH )

No ADT KETERANGAN

1. ERTROSIT Anisopoikilositosi dominasi mikrositik sedikit


makrositik ,sel segar ,sel pensil ,tear drop ,sel
target ,fragmentosit ,hipokrom

2. Leukosit Jumlah kesan cukup ,hipersegmentasi netrofil

3. Trombosit Jumlah kesan cukup ,penyebaran tidak merata


trombositnya besar

4. Kesan Gambaran anemia defisiensi besi

Sara Retikulosit
n
No Makroskopis Hasil Keterangan

1. Warna Kuning jernih Kuning jernih


2. Berat jenis 1,015 1,000-3,050
3. Derajat keasaam ph 6,0 5,0-9,0
4. Protein Negative Negative
5. Reduksi Negative Negative
6. Keton +1 Negative
7 Urobilinogen Negative Posifif
8. Bilirubin Negative Negative
9 . Eritrosit /haemoglobin Negative Negative
10 Lekosit Negative Negative
11. Nitrit Negative Negative
12 TES KEHAMILAN Negative
Tanggal 14/4/2019 feses

No Makroskopis Hasil NILAI RUJUKAN


1. Warna Hitam Coklat kuning
2. Konsistensi Keras -
3. Bau Khas Khas
4. Lender Negative Negative

MIKROSKOPIS HASIL NILAI RUJUKAN


1 Epithel 0-1/lp Negative
2 Makrofag Negative Negative
3 Lekosit 1-2 /Lp Negative
4 Eritrosit 1-2 /lp Negative
5 Kristal Ca oxalate ;+ Negative
11. Sel ragi Negative Negative
12 Kista amoeba Negative Negative
13 Larva Negative Negative
14 Bakteri Negative Negative
15 Telur cacing Negative Negative
16 Sisa makanan Positif Positive
3.4 RESUME
Pasien datang diantar oleh keluarganya ,Pasien merupakan pasien rujukan
dari RS DIAN HARAPAN dengan anemia enterocolitis ,datang dengan
keluhan nyeri perut yang di rasakan sejak ± 3 minggu yang lalu , badan
terasa lemas(+) ,loyoh (+) dan pasien tampak pucat (+) ,nyeri kepala (+) ,
Riwayat pekerjaan dan kebiasaan ,sering mengkonsumsi pinang (+) ,
pasien kurang mengkomsumsi makanan yang kurang mengandung zat
besi (+) .vitamin c yang kurang (+).pemeriksaan status generalis yang
didapatkan konjuntiva anemis (+),mukosa bibir tampak pucat (+) terdapat
atropi papil lidah (+) , pemeriksaan Abdomen : Nyeri tekan (+),Extremitas :
pada kaki terdapat koilonikia (+) pada pemeriksaan laboratorium yang
didapatkan : HGB :6,0 ,HCT : 22,3,Monosit 10,9 ,limfosit 16,8 MCV : 64,3
,MCH : 17,3, MCHC : 26,9 ,RDW –SD : 47,2,RDW-CV : 21,2 Hasil apusan
darah tepi : gambaran anemia defisiensi besi (+) dan hasil pemeriksaan
feses dengan diagnose anemia penyakit kronis ec anemia defisiensi besi
,pengobatan waktu masuk : Infus Ns 0,9 % /20 tpm ,Ranitidine 2x1 amp
Sucralfat syr 3 xc1 ,Sf 3x1 tab (po), Vitamin c 1x1 tab (po) ,pengobatan
waktu pulang :ferrous sulfat 3x 300 mg (po ) ,vit c 1x1 (po) ,omeprazole
1x20 mg (po)
3.5 DIAGNOSIS
Anemia penyakit kronis ec anemia defisiensi besi + colitis

Terapi
Infus Ns 0,9 % 500 cc /20 tpm
Ranitidine 2x1 amp
Sucralfat syr 3 xc1
Ferrous sulfat 3x100 mg (po)
Vitamin c 1x100 mg
al S O A P

01 Pasien KU: TTS ,Kes :Cm ,GCS Anemia penyakit


1 . P.diagnostik :
mengeluh lemas 15,TD :90 /70 ,N: 88,R : kronis ec anemia DL,DDR,GDS
2 . Planning terapy
(+) ,nyeri 21 ,SPO2 : 98 % defisiensi besi dengan
 Infus NS
kepala (+) ,dan  K/L : enterocolitis  0,9 /20 tpm
 Ranitin 2x1
nyeri perut Deformital (-) ,Ca (+/+) amp (iv )
,pupil ishokor ,repleks  Sucralfat syr
3xc1
pupil (+/+),Si (-/-) ,OC (-)  Ferrous
sulfat
,P>KGB (-) ,P > JPV (-) 3x100 mg
(P0)
 Thorak  Vit c 1x100
mg tab (po)
simetrix ikut gerak napas
,v/f D:S, Sonor,Sn Ves (+)
rho (-) ,whez(-) ,IC (-)
,Thrill (-),Bj 1-2 reguler
,murmur (-) ,gallop (-) .
 Abdomen
: datar ,Bu (+) normal
,supel H/L Ttd ,NT (+)
,Timpany (+) .
 Extremitas:
akral hangat,udema (-)
,ulkus (-) ,CRT <2 dtk .
 Vegetative
: Ma/mi baik (+/+) ,Bab
/Bak baik (+/+).

19 Pasien KU: TTS ,Kes :Cm Anemia penyakit kronis P.diagnostik


Apusan darah tepih
mengeluh nyeri GCS 15,TD :100/70 ,N: ec anemia defisiensi P.terapi :
perut 88,R : 21 ,SPO2 : 98 % besi+enterocolitis
 Infus Ns 0,9
,lemas,nyerikep  K/L : % /14 tpm
 Tranfusi
ala Deformital (-) ,Ca (+/+) PRC 1 kolf
15 /3/2019 Pasien mnegeluh KU: TTS ,Kes :Cm Anemia penyakit kronis ec P.terapi
1. Transfusi PRC
sakit kepala GCS 15,TD :100/80 ,N: 88,R : 21 anemia defisiensi
2 INFUS NS 0,9 % /14
menurun gusi ,SPO2 : 98 % besi+eneterokolitis
tpm
berdarah,pusing (-)  K/L :
3. RANITIN 2X1 AMP
Deformital (-) ,Ca (+/+) ,pupil
(amp)
ishokor ,repleks pupil (+/+),Si (-/-)
4.asam tranesamat tab
,OC (-) ,P>KGB (-) ,P > JPV (-)
3x1 (po)
 Thorak
5 Paracetamol 3x500 mg
simetrix ikut gerak napas ,v/f D:S,
(po) jika nyeri kepala .
Sonor,Sn Ves (+) rho (-) ,whez(-)
,IC (-) ,Thrill (-),Bj 1-2 reguler
,murmur (-) ,gallop (-) .
 Abdomen
: datar ,Bu (+) normal ,supel H/L
Ttd ,NT (+) ,Timpany (+) .
 Extremitas:
akral hangat,udema (-) ,ulkus (-)
,CRT <2 dtk .
 Vegetative
: Ma/mi baik (+/+) ,Bab /Bak baik
(+/+).
16-3-2019 Pasien mengeluh KU: TTS ,Kes :Cm Anemia penyaki kronis Ec .terapi
1. Transfusi 1 kolf PRC
nyeri kepala GCS 15,TD :100/80 ,N: 88,R : 21 anemia defisisensi zat besi
2 INFUS NS 0,9 % /14
menurun mual ,SPO2 : 98 % dengan enterokolitis
tpm
(+),munta (+) ,pusing  K/L :
3. RANITIN 2X1 AMP
(-) nyeri perut Deformital (-) ,Ca (+/+) ,pupil
(amp)
ishokor ,repleks pupil (+/+),Si (-/-)
4) ketorolac 3x 1 amp
,OC (-) ,P>KGB (-) ,P > JPV (-)
Cefixime 2x 100 mg (po)
 Thorak
Sukralfat syr 3 x 1C
simetrix ikut gerak napas ,v/f D:S,
5 Paracetamol 3x500 mg
Sonor,Sn Ves (+) rho (-) ,whez(-)
(po) jika nyeri kepala .
,IC (-) ,Thrill (-),Bj 1-2 reguler
,murmur (-) ,gallop (-) .
 Abdomen
: datar ,Bu (+) normal ,supel H/L
Ttd ,NT (+) ,Timpany (+) .
 Extremitas:
akral hangat,udema (-) ,ulkus (-)
,CRT <2 dtk .
 Vegetative
: Ma/mi baik (+/+) ,Bab /Bak baik
(+/+).
17 /03/20`9 Pasien menyeruh KU: TTS ,Kes :Cm Anemia penyakit kronis ec terapi
1. Transfusi 1 kolf PRC
nyeri kepala sudah GCS 15,TD :110/77 ,N: 88,R : 21 anemia defisiensi besi
2 INFUS NS 0,9 % /14
berkurang ,nyeri ,SPO2 : 98 %
tpm
perut (-) ,mual  K/L :
3. RANITIN 2X1 AMP
munta (-) Deformital (-) ,Ca (+/+) ,pupil
(amp)
ishokor ,repleks pupil (+/+),Si (-/-)
4) ketorolac 3x 1 amp
,OC (-) ,P>KGB (-) ,P > JPV (-)
Cefixime 2x 100 mg (po)
 Thorak
Sukralfat syr 3 x 1C
simetrix ikut gerak napas ,v/f D:S,
3. Paracetamol 3x500
Sonor,Sn Ves (+) rho (-) ,whez(-)
mg (po) jika nyeri
,IC (-) ,Thrill (-),Bj 1-2 reguler
kepala .
,murmur (-) ,gallop (-) .
 Abdomen
: datar ,Bu (+) normal ,supel H/L
Ttd ,NT (+) ,Timpany (+) .
 Extremitas:
akral hangat,udema (-) ,ulkus (-)
,CRT <2 dtk .
 Vegetative
: Ma/mi baik (+/+) ,Bab /Bak baik
(+/+).
18 /3/ 2019 Nyeri perut KU: TTS ,Kes :Cm Anemia penyakit kronis ec
terapi
berkurang ,mual GCS 15,TD :11/80 ,N: 88,R : 21 anemia defisiensi besi  Cek HB post transfuse
munta tidak ada ,SPO2 : 98 %  PITC
,nyeri kepala (-)  K/L :
 INFUS NS 0,9 % /14
Deformital (-) ,Ca (-/-) ,pupil
tpm
ishokor ,repleks pupil (+/+),Si (-/-
 RANITIN 2X1 AMP
) ,OC (-) ,P>KGB (-) ,P > JPV (-)
(amp)
 Thorak
 ketorolac 3x 1 amp
simetrix ikut gerak napas ,v/f
 Cefixime 2x 100 mg
D:S, Sonor,Sn Ves (+) rho (-)
(po)
,whez(-) ,IC (-) ,Thrill (-),Bj 1-2
 Sukralfat syr 3 x 1C
reguler ,murmur (-) ,gallop (-) .
 Paracetamol 3x500 mg
 Abdomen
(po) jika nyeri kepala .
: datar ,Bu (+) normal ,supel H/L
Ttd ,NT (+) ,Timpany (+) .
 Extremitas:
akral hangat,udema (-) ,ulkus (-)
,CRT <2 dtk .
 Vegetative
: Ma/mi baik (+/+) ,Bab /Bak
baik (+/+).
19 /3/2019 Pasien mengeluh nyeri perut KU: TTS ,Kes :Cm Anemia penyakit p. terapi
 Aff infus
(-) ,nyeri kepala (-) ,mual GCS 15 ,TD :120/80 ,N: 88,R : 21 kronis ec anemia
 Ferrous sulfat 3x100 mg tab
munta (-) ,SPO2 : 98 % defisiensi besi (po )
 K/L :  Vit c 3 x100 mg tab (po )
 Omeprazole 1x 20 mg (po)
Deformital (-) ,Ca (-/-) ,pupil ishokor
,repleks pupil (+/+),Si (-/-) ,OC (-)
,P>KGB (-) ,P > JPV (-) Hasil POS HB
TRANSFUSI 8,4 g/dl
 Thorak
Hasil PITC (non reaktif )
simetrix ikut gerak napas ,v/f D:S, BPL .
Sonor,Sn Ves (+) rho (-) ,whez(-) ,IC (-)
,Thrill (-),Bj 1-2 reguler ,murmur (-)
,gallop (-) .
 Abdomen
: datar ,Bu (+) normal ,supel H/L Ttd
,NT (+) ,Timpany (+) .
 Extremitas:
akral hangat,udema (-) ,ulkus (-) ,CRT
<2 dtk .
 Vegetative
: Ma/mi baik (+/+) ,Bab /Bak baik (+/+).
PADA KASUS
PEMBAHASAAN

ANEMIA DEFISIENSI BESI ANEMIA PENYAKIT KRONIS


Karena anemia yang terjadi umumnya
Gejala umum anemia: derajat ringan dan sedang, sering kali
gejalanya tertutup oleh gejala penyakit
Gejala ini baru akan timbul apabila dasarnya, karena kadar Hb sekitar 7-11
terjadi penurunan kadar gr/dl umumnya asimptomatik.
hemoglobin hingga 7-8 gr/dl Meskipun demikian apabila demam
Lemah, lesu, lelah, mata atau debilitas fisik meningkat,
berkunang-kunang dan telinga pengurangan kapasitas transpor O2
berdenging jaringan akan memperjelas gejala
Anemia bersifat simptomatik jika anemianya atau memperberat keluhan
hemoglobin < 7 gr/dl ,maka gejala- sebelumnya.5
gejala dan tanda akan jelas
Pada pemeriksaan fisik dijumpai
Namun, kedua jenis
pasien yang pucat, terutama pada
anemia ini merupakan
konjungtiva dan jaringan di bawah
anemia dengan
kuku.
gangguan metabolisme
besi.
Gejala khas defisiensi besi
Koilonichya (spoon nail) yaitu
kuku yang cekung seperti
Penurunan Fe serum (hipoferemia)
sendok, memiliki garis-garis
merupakan kondisi sine qua non untuk
vertikal dan rapuh
diagnosa penyakit anemia karena penyakit
Atrofi papil lidah sehingga
kronis. Keadaan ini timbul segera setelah
permukaan lidah menjadi
timbul onset suatu infeksi atau inflamasi dan
licin dan mengkilap
mendahului terjadinya anemia. Konsentrasi
Stomatitis angularis
protein pengikat Fe (transferin) menurun
(cheilosis) yaitu adanya
menyebabkan saturasi Fe lebih tinggi dari
radang pada sudut mulut
pada anemia defisiensi besi. Produksi Fe ini
berupa bercak keputihan
relatif mungkin mencukupi dengan
Disfagia
meningkatkan transfer Fe dari suatu
Atrofi mukosa gaster
persediaan yang kurang dari Fe dalam
Pica ; keinginan makan
sirkulasi kepada sel eritroid imatur.5
makanan yang tidak lazim
seperti tanah liat, lem dll
Gejala penyakit dasar
PADA PASIEN TERDAPAT KELUHAN :
Gejala tergantung penyebab
badan terasa lemas ,loyoh ,letih dan
dasar yang menimbulkan
pasien tampak pucat nyeri kepala (+)
anemia
,pada pemeriksaan fisik yang didapat :
Pada infeksi cacing tambang
konjungtiva anemis (+) , mukosa bibir
terdapat gejala dispepsia,
tampak pucat (+) terdapat atropi papil
parotis yang membengkak dan
lidah (+) , Koilonychias /spoon nail/
kulit telapak tangan berwarna
kuku sendok: kuku berubah menjadi
kuning seperti jerami
rapuh dan bergaris-garis vertical dan
Anemia akibat kanker kolon
menjadi cekung sehingga mirip dengan
dapat disertai oleh gangguan
sendok (+)Angular cheilitis (-) , Disfagia (-
BAB
).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA
ADB
Pengukuran kadar hemoglobin dan indeks
eritrosit didapatkan anemia hipokromik
mikrositer dengan penurunan kadar
hemoglobin mulai dari ringan sampai
PADA ANAMIA PENYAKIT
berat. MCV dan MCH menurun. MCV < 70
KRONIS
fl hanya didapatkan pada anemia defisiensi
Anemia umumnya adalah
besi dan thalasemia major. MCHC
normokrom-normositer, meskipun
menurun pada defisiensi yang lebih berat
banyak pasien mempunyai
dan berlangsung lama. RDW (red cell
gambaran hipokrom dengan MCHC
distribution witdh) meningkat yang
(Mean Corpuscular Hemoglobin
menandakan adanya anisositosis.
Capacity) <31 g/dl dan beberapa
Anisositosis merupakan tanda awal
mempunyai sel mikrositer dengan
defisiensi besi. Kadar hemoglobin sering
MCV (Mean Corpuscular Volume)
turun sangat rendah, tanpa menimbulkan
<80 fL. Nilai retikulosit absolut
gejala anemia yang menyolok karena
dalam batas normal dan trombosit
anemia timbul perlahan-lahan.
tidak konsisten, tergantung dari
Hapusan darah mennunjukan anemia
penyakit dasarnya.5
hipokromik mikrositer, anisositosis,
poikilositosis, anulosit, sel target dan sel
pensil. Leukosit dan trombosit normal.
Pada kasus ankilostomiasis sering disertai
eosinofilia.
Secara laboratorium, untuk menegakan diagnosis defisiensi besi ( modifikasi
kriteri Kerlin, et al ) yaitu :
Anemia hipokrom mikrositik pada apusan darah tepi yaitu anemia defisiensi
besi (pada kasus dilakukan pemeriksaan apusan darah tepi ditemukan
kesan anemia defisiensi besi , atau MCV <80 fl dan MCH < 31 % dengan
salah satu dari criteria berikut :
2 dari 3 parameter berikut :
Besi serum < 50 mg/dl
TIBC > 350 mg/dl
Saturasi transferin < 15 %
Feritin serum < 20 mg/l
Pengecatan besi sumsum tulang negative
Pemberian SF 3 x 200 mg/hari selama 4 minggu dapat meningkatkan
kadar Hb > 2 gr.dl
PADA KASUS PASIEN INI ADALAH

pada pemerilksaan laboratorium yang didapatkan : Ne 75000 μL (tinggi


), lymposit : 14,7000 μL (tinggi), monosit 10,9000 /μL (tinggi) ,Ba 0,1300
μL (tinggi ) ,Ba :0,13000 (tinggi ) ,RBC : 3,69 000 rendah ,HGB : 6,6 G/DL
(Rendah ),Hct : 23,4 % rendah ,MCV : 63,4 Fl (rendah ),MCH : 17,9 Pg
(rendah ) ,MCHC: 28,2 g/dl (Rendah ) .RDW-CV : 20,2 (tinggi ) . Pada
pemeriksaan apusan darah tepi pada pemeriksaan eritrosit didapatkan
anisopoikilositosi ,dominasi mikrositik sedikit makrositik ,sel segar ,sel
pensil ,tear drop ,sel target ,fragmentosit ,hipokrom :kesan : gambaran
anemia defisiensi besi .Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan feses
yang didapatkan pada pasien adalah : warna hitam ,konsistensi keras.
Sehingga pada kasus pasien masalah yang
ditemukan adalah berdasarkan anemia
defisiensi karna Pengukuran kadar Secara laboratorium, untuk menegakan
hemoglobin dan indeks eritrosit didapatkan diagnosis defisiensi besi ( modifikasi
anemia hipokromik mikrositer dengan kriteri Kerlin, et al ) yaitu :
penurunan kadar hemoglobin mulai dari Anemia hipokrom mikrositik pada apusan
ringan sampai berat yaitu pada kasus 6,6 darah tepi yaitu anemia defisiensi besi
g/dl . MCV dan MCH menurun yaitu pada (pada kasus dilakukan pemeriksaan
kasus : MCV : 63,4 Fl (rendah ),MCH : 17,9 apusan darah tepi ditemukan kesan
Pg (rendah ). Yaitu 000 .MCV <80 fl hanya anemia defisiensi besi , atau MCV <80 fl
didapatkan pada anemia defisiensi besi dan dan MCH < 31 % dengan salah satu dari
thalasemia major. MCHC menurun pada criteria berikut :
defisiensi yang lebih berat dan berlangsung 2 dari 3 parameter berikut :
lama , dan MCHC < 31 % yaitu pada kasus Besi serum < 50 mg/dl
MCHC: 28,2 g/dl (Rendah ). RDW (red cell TIBC > 350 mg/dl
distribution witdh) meningkat yang Saturasi transferin < 15 %
menandakan adanya anisositosis. Feritin serum < 20 mg/l
Anisositosis merupakan tanda awal Pengecatan besi sumsum tulang
defisiensi besi pada kasus adalah .RDW-CV negative
: 20,2 (tinggi ). Hapusan darah tepi Pemberian SF 3 x 200 mg/hari
mennunjukan anemia hipokromik selama 4 minggu dapat
mikrositer, anisositosis, poikilositosis, meningkatkan kadar Hb > 2 gr.dl
anulosit, sel target dan sel pensil. Leukosit
dan trombosit normal.
Tabel : Diagnosis Diferensial Anemia Penyakit Kronis
Anemia Anemia Thalasemia Anemia
Penyakit Kronik Defisiensi Besi Sideroblastik

Namun pada kasus ini tidak


dilakukan pemeriksaan Derajat Ringan Ringan sampai Ringan Ringan sampai
feritin .namus berdasarkan anemia berat berat
kriteria kerlin et al dapat MCV Menurun/N Menurun Menurun Menurun/N
mendiagnosis bahwa pada MCH Menurun/N Menurun Menurun Menurun/N
pemeriksaan apusan darah Besi serum Menurun <0 Menurun <30 Normal/ Normal/
tepi ditemukan anemia TIBC Menurun <300 Meningkat Normal/ Normal/
hipokromik mikrositer >360
sehinggat pada kasus ini Saturasi Menurun/N 10- Menurun Meningkat Meningkat >20%
tepat karna dilakukan transferrin 20% <15% >20%
pemeriksaan apapusan Besi sumsum Positif Negatif Positif kuat Positif dengan
darah tepi dengan kesan tulang ring sideroblast
anemia defisiensi besi . Protoporfirin Meningkat Meningkat Normal Normal
eritrosit
Feritin serum Normal 20-200 Menurun <20 Meningkat >50 Meningkat >50
µg/l µg/l µg/l µg/l
Elektrofoesis N N HbA2 N
Hb meningkat
Bagaimana diagnosis colitis pada
kasus ini sudah tepat berdasarkan

teori ??
BERDASARKAN TEORY YANG ADA :

• Gejala Klinik: Gejala utama colitis ulseratif


adalah diare berdarah dan nyeri
abdomen,seringkali dengan demam dan
penurunan berat badan pada kasus berat. Pada
penyakit ringan, bisa terdapat satu atau dua
feses yang setengah berbentuk yang Pasien datang diantar oleh keluarganya
mengandung sedikit darah dan tanpa
manifestasi sistemik. ,Pasien merupakan pasien rujukan dari
• Nyeri kolik hebat ditemukan pada abdomen RS DIAN HARAPAN dengan anemia
bagian bawah dan sedikit mereda setelah
defekasi. anemia colitis ,datang dengan keluhan
• Temuan fisik pada colitis ulseratif biasanya nyeri perut yang di rasakan sejak ± 3
nonspesifik, bisa terdapat distensi abdomen
atau nyeri sepanjang perjalanan kolon. Pada minggu yang lalu namun memberat
kasus ringan, pemeriksaan fisik umum akan ketika pasien tidak bisa bangung dari
normal. Demam, takikardia dan hipotensi
postural biasanya berhubungan dengan tempat tidur pasien susah berdiri
penyakit yang lebih berat. ,terasa nyeri sekali.
• Temuan laboratorium seringkali nonspesifik
dan mencerminkan derajat dan beratnya
perdarahan dan inflamasi. Bisa terdapat
anemia yang mencerminkan penyakit kronik
serta defisiensi besi akibat kehilangan darah
kronik.
BAB V . KESIMPULAN

 Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoeisis, karena cadangan besi kosong (depleted iron
store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan haemoglobin
berkurang.ADB ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer Lewat pemeriksaan
apusan darah tepi dan hasil laboratorium menunjukkan cadangan besi kosong.
 Namun pada pasien ini diagnosi sebagai anemia defisiensi besi lewat pemeriksaan
apusan darah tepi berasarkan kriteria kerlin et al .namun pada pemeriksaan
laboratorium yang lain belum sempat dilakukan seperti pemeriksaan ferritin dan
lain-lain .jadi perbandingan antara anemi penyakit kronis dan anemia defisiensi besi
bedasar gejala ,pemeriksaan fisik ,pemeriksaan penunjang lebih menjurus ke
anemia defisensi besi .
 Kolitis ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus besar atau kolon mengalami
inflamasi dan ulserasi menghasilkan keadaan diare berdarah, nyeri perut, dan
demam.
Kolitis ulseratif dikarakteristikkan dengan eksaserbasi dan remisi yang intermiten
dari gejala.
 Temuan fisik pada colitis ulseratif biasanya nonspesifik, bisa terdapat distensi
abdomen atau nyeri sepanjang perjalanan kolon. Pada kasus ringan, pemeriksaan
fisik umum akan normal. Demam, takikardia dan hipotensi postural biasanya
berhubungan dengan penyakit yang lebih berat.sehingga pada kasus ini didapat
colitis ulseratif nonspesifik karna adanya distensi abdomen ,nyeri tekan sepanjan
kolon .
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai