1
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALIKUSSALEH – RSUCM
RSUD CUT MEUTIA/FK UNIMAL
OLEH
SITIRUIAH
NIM 1430611024
PEMBIMBING
DR. BASLI MUHAMMAD , SP.S
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
Laporan Kasus
2.1. Identitas Pasien
Nama : Nurazizah
Umur : 37 tahun
Alamat
: Baktiya Barat
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Suku
Pekerjaan : Aceh
: Neurologi
4
2.2. Anamnesis
• Keluhan utama
2.2.1 • Kejang
• Keluhan tambahan
2.2.2 • Sakit Kepala, BAB cair
5
Riwayat penyakit sekarang
Seorang pasien perempuan berusia 37 tahun diantar oleh keluarganya ke IGD RS Cut
Meutia Lokseumawe dengan keluhan kejang 3 jam SMRS. Kejang terjadi tiba-tiba saat pasien
sedang dalam keadaan beristirahat. Menurut keluarga pasien, pasien tiba-tiba jatuh lalu kejang.
Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai kaku pada tangan dan kaki, pasien dalam keadaan tidak
sadar. Saat kejang, mata memandang keatas, mulut terkunci rapat, lidah tidak tergigit dan tidak
keluar lendir berbusa dari mulut pasien. Pasien juga mengaku sebelum kejang dirinya mengalami
BAB cair dengan frekuensi > 5 kali, BAB disertai lendir, darah (-), ampas (-). Menurut suami pasien
kejang berlangsung kurang lebih 15 menit. Setelah kejang pasien mengaku sadar dan
mengeluhkan lemas seluruh tubuh. Keluhan kejang dirasakan sejak tahun 2011.Pasien mengaku
sering kejang berulang. Kejang yang terjadi tidak berhubungan dengan demam. Kejang biasanya
terjadi lebih dari 1 kali dalam seminggu. Biasanya setelah kejang pasien tersadar serta merasa
pusing dan lemas. Pasien mengaku juga sering sakit kepala, sakit kepala seperti terikat dan
menjalar hingga ke tengkuk. Sakit kepala berputar disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal ada
mual muntah. Demam disangkal, BAK normal. Pasien sudah berobat ke poliklinik Saraf pada tahun
2011 hingga 2013, namun setelah itu pasien tidak berobat rutin hingga tahun 2018 karena sudah
tidak kejang lagi . Pada tahun 2018 pasien melanjutkan pengobatan karena kejang berulang.
8
Status Neurologis
GCS : E4 V5 M6
Pupil:
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3mm
Reflek cahaya + +
langsung
Reflek cahaya + +
tidak langsung
Lateral + +
Atas + +
Bawah + +
Medial + +
Diplopia 10 - -
Nervus V Membuka mulut, menggigit dan
mengunyah : DBN
Nervus VII Mengangkat alis, mengerutkan dahi : DBN
11
Pemeriksaan Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas 5555 5555
Ekstremitas bawah 5555 5555
Tonus
Ekstermitas atas Normotonus Normotonus
Ekstremitas bawah Normotonus Normotonus
Refleks
Fisiologis Normorefleks Normorefleks
Biceps Normorefleks Normorefleks
Triceps Normorefleks Normorefleks
Patella Normorefleks Normorefleks
Achilles Normorefleks Normorefleks
Hematokrit 30,2 % 37 ~ 47
Indeks Eritrosit
MCV 86,1 fL 79 ~ 99
MCH 36,8 Pg 27 ~ 32
MCHC 42,7 % 33 ~ 37
RDW-CV 10,6 % 11,5 ~ 14,5
Trombosit 220 ribu/mm3 150 ~ 450
Golongan Darah AB
13
KIMIA KLINIK
Karbohidrat
Glukosa Darah 126 mg/dl 110~200
sewaktu
Fungsi Ginjal
Ureum 17, mg/dl 20 ~ 40
06
Kreatinin 0,6 mg/dl 0,60 ~ 1,00
0
Asam Urat 2,0 mg/dl <6,8
ELEKTROLIT
Elektrolit
Natrium (Na) 142 mmol/ 135~145
L
Kalium (K) 3,5 mmol/ 35~5.0
L
Klorida (CL) 106 mmol/ 98~109
L
Kalsium (Ca Total) 1,12 ~1,32
0,9 Mg/dl
14
15
Kesan:
EEG abnormal III
Tampak gelombang epileptikum
dengan focus dari temporal kanan
16
Resume
17
2.5 Diagnosis Prognosis
Diagnosis klinis : Kejang disertai gangguan
kesadaran awal kejang
Diagnosis Topis : Korteks serebri 18
Diagnosis Etiologi : Idiopaik
Diagnosa Patologis : Gangguan sistem listrik Quo Ad vitam:
Diagnosa Kerja : Epilepsi Dubia ad bonam
Quo Ad fungsionam: Dubia ad
2.6 Tatalaksana bonam
Non Medikamentosa : Bed Rest Quo Ad sanctionam: Dubia ad
bonam
Medikamentosa :
Infus
: IVFD Asering 20 tts/i
Injeksi
:Cetriaxone 1 g/12 jam
: Omeprazole 40 mg/12 jam
: Ketorolac 1 amp/8 jam
:Drip Sohobion 1 amp/Hari
Oral
Carbamazepine 2x1
Paracetamol tab 3x1
Asam folat 2x1
Diaform 3x2 (KP)
Tangg S O A P
al
Mingg Kejang 3 TD : 110/60 mmHg Epilpsi + Infus : IVFD Asering 20tts/i
u , 31 2019 jam HR:84x/menit Deidrasi ringan Injeksi :
H+1 SMRS RR:22x/menit sedang Cetriaxone 1 g/12 jam
(IGD) Pusing (+) T: 37,3°C Omeprazole 40 mg/12 jam
lemas (+) Kesadaran : Ketorolac 1 amp/8 jam
BAB cair Compos mentis Inf. Metronidazole /8j
> 5 kali GCS: E4M6V5 Oral:
Mual (-) Pupil bulat isokor Carbamazepine 2x1
Muntah (-) 3mm/3mm
RCL +/+ Paracetamol tab 3x1
RCTL +/+
Kekuatan motorik Asam folat 2x1
atas: 5555|5555
Kekuatan motorik Diaform 3x2 (KP)
bawah:5555|5555 P/ Darah rutin, kgds, golda, rft,
Refleks fisiologis: elektrolit
+/+
Refleks Patologis :
-/-
Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
Otonom : BAB (+)
cair, BAK (+)
19
Senin, kejang(-) TD : 100/70 mmHg Epilepsi Infus : IVFD Asering 20tts/i
01 April BAB cair HR:74x/menit Injeksi :
2019 (-) RR:20x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
H+2 Mual (+) T: 35,9°C Omeprazole 40 mg/12 jam
Muntah (- GCS: E4M6V5 Ketorolac 1 amp/8 jam
) Pupil bulat isokor Oral:
Pusing (+) 3mm/3mm Carbamazepine 2x1
Nyeri RCL +/+ Paracetamol tab 3x1
perut kiri RCTL +/+ Asam folat 2x1
bawah Kekuatan Diaform 3x2 (KP)
Nyeri ulu Meningeal sign: + sucalfat syr 3x CI
hati(+) kaku kuduk:- + Metronidazole 3x 500 mg
Laseque: -/- + Cetirizin 2x1
Kernig : -/- P/ EEG
Brudzinky I :-/-
Brudzinsky II : -/-
Refleks fisiologis:
+/+
Refleks Patologis :
-/-
Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
Otonom : BAB (+),
BAK (+)
20
Selasa kejang (-) TD : 120/80 Epileps Infus :
02 Juli 2019 BAB cair mmHg i IVFD Asering 20tts/i
H+3 (-) HR:72x/menit Injeksi :
Mual (-) RR:18x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
Muntah T: 36,8°C Omeprazole 40 mg/12 jam
(-) GCS: E4M6V5 Ketorolac 1 amp/8 jam
Pusing Pupil bulat isokor
(+) 3mm/3mm Oral:
Nyeri RCL +/+ Carbamazepine 2x1
perut kiri RCTL +/+ Paracetamol tab 3x1
bawah Kekuatan Asam folat 2x1
Meningeal sign: sucalfat syr 3x CI
kaku kuduk:- Metronidazole 3x 500 mg
Laseque: -/- Cetirizin 2x1
Kernig : -/-
Brudzinky I :-/-
Brudzinsky II : -/- P/ EEG hari jumat
Refleks fisiologis:
+/+
Refleks Patologis
: -/-
Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
Otonom : BAB (-
), BAK (+)
21
Rabu kejang(-) TD : 100/70 mmHg Epilepsi Infus : IVFD Asering 20tts/i
03 April 2019 BAB cair HR:74x/menit Injeksi :
H +4 (-) RR:20x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
Mual (-) T: 35,9°C Omeprazole 40 mg/12 jam
Muntah (- GCS: E4M6V5 Ketorolac 1 amp/8 jam
) Pupil bulat isokor + drip Sohobion /H
Pusing (+) 3mm/3mm Oral:
Nyeri RCL +/+ Carbamazepine 2x1
perut kiri RCTL +/+ Paracetamol tab 3x1
bawah Kekuatan Asam folat 2x1
Meningeal sign: sucalfat syr 3x CI
kaku kuduk:- Metronidazole 3x 500 mg
Laseque: -/- Cetirizin 2x1
Kernig : -/-
Brudzinky I :-/- P/ EEG hari jumat
Brudzinsky II : -/-
Refleks fisiologis:
+/+
Refleks Patologis :
-/-
Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
Otonom : BAB (-)
2 hr, BAK (+)
22
Kami kejang (-) TD : 120/80 Epilepsi Infus : IVFD Asering 20tts/i
s 04 April BAB cair mmHg Injeksi :
2019 (-) HR:72x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
H+5 Mual (-) RR:18x/menit Omeprazole 40 mg/12 jam
Muntah (- T: 36,8°C Ketorolac 1 amp/8 jam
) GCS: E4M6V5 drip sohobion /h
Pusing Pupil bulat isokor Oral:
(+) 3mm/3mm
Nyeri RCL +/+ Carbamazepine 2x1
perut RCTL +/+ Paracetamol tab 3x1
berkurang Kekuatan Asam folat 2x1
Meningeal sign: sucalfat syr 3x CI
kaku kuduk:- Metronidazole 3x 500 mg
Laseque: -/- Cetirizin 2x1
Kernig : -/-
Brudzinky I :-/-
Brudzinsky II : -/- P/ EEG hari jumat
Refleks fisiologis:
+/+
Refleks Patologis :
-/-
Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
Otonom : BAB
(+), BAK (+)
23
Jumat kejang (-) TD : 120/80 mmHg Epilepsi Infus : IVFD Asering 20tts/i
05 April 2019 BAB cair HR:72x/menit Injeksi :
H +6 (-) RR:18x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
Mual (-) T: 36,8°C Omeprazole 40 mg/12 jam
Muntah (- GCS: E4M6V5 Ketorolac 1 amp/8 jam
) Pupil bulat isokor Oral:
Pusing (+) 3mm/3mm Carbamazepine 2x1
Nyeri RCL +/+ Paracetamol tab 3x1
perut kiri RCTL +/+ Asam folat 2x1
bawah Kekuatan sucalfat syr 3x CI
Meningeal sign: Metronidazole 3x 500 mg
kaku kuduk:- Cetirizin 2x1
Laseque: -/- P/ EEG hari ini
Kernig : -/- Rencana pbj
Brudzinky I :-/-
Brudzinsky II : -/-
Refleks fisiologis:
+/+
Refleks Patologis :
-/-
Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
Otonom : BAB (-),
BAK (+)
24
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
• Epilepsi merupakan
manifestasi gangguan fungsi
otak dengan berbagai etiologi,
Definisi dengan gejala tunggal yang
khas, yakni kejang berulang
(Markand, akibat lepasnya muatan listrik
neuron otak secara berlebihan
2009) dan paroksimal. Epilepsi
ditetapkan sebagai kejang
epileptik berulang (dua atau
lebih), yang tidak dipicu oleh
penyebab yang akut
25
Epidemiologi
• Angka rata-rata orang dengan epilepsi per 1000 populasi adalah 8,93 dari 105
negara
WHO, • Asia Tenggara memiliki angka rata-rata sebanyak 9,97
2005
• Tingkat insidensi tinggi di negara berkembang yang dianggap sebagai akibat dari
infeksi parasit terutama neurosistiserkosis, HIV, trauma, dan morbiditas perinatal
sulit untuk ditafsirkan karena masalah metodologis.
26
Etiologi
Anak (6 bulan – 3
Neonatal Bayi (1-6 bulan)
tahun)
• Kelainan • Kelainan • Spasme infantil,
kongenital kongenital, kejang demam,
• kelainan saat kelainan saat kelainan saat
persalinan persalinan, persalinan dan
• anoksia anoksia, kelainan anoksia, infeksi,
metabolik, trauma, kelainan
• kelainan
spasme infantil, metabolik,
metabolik
Sindroma West disgenesis
kortikal,
keracunan obat-
obatan.
27
Lanjutan
28
Usia lanjut (>60
Dewasa (35-60 tahun)
tahun)
• Trauma, neoplasma, • Penyakit vascular
keracunan alkohol atau (biasanya pasca infark),
obat lainnya. tumor, abses, penyakit
degeneratif, trauma.
Distribusi penyebab utama kejang di berbagai usia (diadaptasi dari berbagai sumber termasuk Hauser dan Annegers serta Engel
dan Pedley)
Sumber: (Ropper dan Brown, 2005)
29
Klasifikasi
30
Klasifikasi sindroma epilepsi menurut ILAE
31
Lanjutan…
32
Patofisiologi
33
Gejala Klinis
Manifestasi klinis bangkitan epilepsi
Tipe kejang Ciri khas
Kejang parsial
Parsial sederhana Adanya gejala motorik, somatosensorik, sensorik, otonom, atau kejiwaan.
Kesadaran normal.
Kejang umum
Tonik-klonik Kekakuan tonik yang diikuti oleh sentakan ekstremitas yang sinkron.
Dapat disertai inkontinensia.
Diikuti dengan kebingungan pasca kejang.
Absans Hilangnya kesadaran yang singkat (biasanya <10 detik) dengan terhentinya
aktivitas yang sedang berlangsung.
35
Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
• Lini pertama bagi penderita yg baru terdiagnosa
• Dimulai dengan dosis rendah
• Monoterapi lebih dipilih ketika mengobati pasien epilepsi,
36
Sumber: (Consensus Guidelines on the Management of Epilepsy, 2010)
37
2. Terapi bedah epilepsi
38
39