Anda di halaman 1dari 39

EPILEPSI

1
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALIKUSSALEH – RSUCM
RSUD CUT MEUTIA/FK UNIMAL

OLEH
SITIRUIAH
NIM 1430611024

PEMBIMBING
DR. BASLI MUHAMMAD , SP.S
BAB I
PENDAHULUAN

Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf yang sering dijumpai,


terdapat pada semua bangsa, segala usia dimana laki-laki sedikit
lebih banyak dari wanita

Epilepsi berasal dari bahasa Yunani yang


berarti “serangan” atau penyakit yang
timbul secara tiba-tiba
Di Indonesia penelitian epidemiologi tentang epilepsy
belum pernah di lakukannamun bila dipakai angka
prevalensi yang dikemukakan dapat diperkirakan
bahwa bila penduduk Indonesia saat ini sekitar 220 juta
akan ditemukan 1,1 sampai 4,4 juta penderita
penyandang epilepsi dan 40% masih dalam usia
reproduksi

- Epilepsi merupakan penyakit yang umum terjadi dan


penting di masyarakat
- Permasalahan epilepsi tidak hanya dari segi medik
tetapi juga sosial dan ekonomi yang menimpa penderita
maupun keluarganya

3
BAB II
Laporan Kasus
2.1. Identitas Pasien

Nama : Nurazizah

No. rekam medis : 44.84.55

Umur : 37 tahun
Alamat
: Baktiya Barat
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Suku
Pekerjaan : Aceh

Tanggal Pemeriksaan : IRT


Ruang : 1 April 2019

: Neurologi
4
2.2. Anamnesis

• Keluhan utama
2.2.1 • Kejang

• Keluhan tambahan
2.2.2 • Sakit Kepala, BAB cair

5
Riwayat penyakit sekarang
Seorang pasien perempuan berusia 37 tahun diantar oleh keluarganya ke IGD RS Cut
Meutia Lokseumawe dengan keluhan kejang 3 jam SMRS. Kejang terjadi tiba-tiba saat pasien
sedang dalam keadaan beristirahat. Menurut keluarga pasien, pasien tiba-tiba jatuh lalu kejang.
Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai kaku pada tangan dan kaki, pasien dalam keadaan tidak
sadar. Saat kejang, mata memandang keatas, mulut terkunci rapat, lidah tidak tergigit dan tidak
keluar lendir berbusa dari mulut pasien. Pasien juga mengaku sebelum kejang dirinya mengalami
BAB cair dengan frekuensi > 5 kali, BAB disertai lendir, darah (-), ampas (-). Menurut suami pasien
kejang berlangsung kurang lebih 15 menit. Setelah kejang pasien mengaku sadar dan
mengeluhkan lemas seluruh tubuh. Keluhan kejang dirasakan sejak tahun 2011.Pasien mengaku
sering kejang berulang. Kejang yang terjadi tidak berhubungan dengan demam. Kejang biasanya
terjadi lebih dari 1 kali dalam seminggu. Biasanya setelah kejang pasien tersadar serta merasa
pusing dan lemas. Pasien mengaku juga sering sakit kepala, sakit kepala seperti terikat dan
menjalar hingga ke tengkuk. Sakit kepala berputar disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal ada
mual muntah. Demam disangkal, BAK normal. Pasien sudah berobat ke poliklinik Saraf pada tahun
2011 hingga 2013, namun setelah itu pasien tidak berobat rutin hingga tahun 2018 karena sudah
tidak kejang lagi . Pada tahun 2018 pasien melanjutkan pengobatan karena kejang berulang.

Riwayat penyakit dahulu: Riwayat epilepsi sejak tahun 2011

Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada

Riwayat pemakaian obat : Obat Anti Epilepsi

Riwayat kebiasaan sosial : tidak ada


6
2.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Frekuensi nadi : 84 x/menit, reguler

Frekuensi nafas : 18 x/menit

Suhu tubuh (aksila) : 36,8 ̊C

2.4 Status Generalis

Kulit Warna : coklat, turgor : cepat, sianosis/edema/ikterus :-


Kepala Rambut: Warna rambut hitam, panjang, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata :Konjunctiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
reflex cahaya langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+),
pupil isokor  3 mm/3 mm
Telinga : Normotia, discharge (-/-), Sekret (-/-), darah (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), darah (-/-), deviasi septum nasi (-/-)
7
2.4 Status Generalis
Leher pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-)
Thorax Paru: Bentuk dada normal, gerak dada simetris kanan dan kiri saat
statis dan dinamis, pergerakan dada sama, tidak ada retraksi, Tidak ada
benjolan, nyeri tekan (-), massa (-), taktil fremitus kanan=kiri, ekspansi
dada simetris, Sonor pada kedua lapang paru, Vesikuler (+/+), Ronkhi
(-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : Ictus cordis tidak terlihat, Ictus cordis teraba di ICS V 2 jari
medial linea midklavikula sinistra, Batas atas jantung di ICS II, kanan di
ICS V LPSD, kiri di ICS V dua jari medial dari LMCS, batas pinggang di
ICS III LPSS, BJ I/II normal, bising jantung (-), Gallop (-)
Abdomen: Simetris, perut datar, Defans muscular (-), hepar/lien/ginjal
tidak teraba, Timpani seluruh lapang abdomen, Shifting dullness (-),
Peristaltik usus normal
Genetalia Tidak dilakukan
Ekstremitas Akral hangat, edema tungkai (-/-), atrofi otot (-/-), sianosis (-/-),
kelemahan anggota gerak (-/-), CRT <2 detik

8
Status Neurologis
GCS : E4 V5 M6
Pupil:
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3mm
Reflek cahaya + +
langsung
Reflek cahaya + +
tidak langsung

Tanda Rangsangan Meningeal


Kanan Kiri
Kaku kuduk -
Brudzinky 1 - -
Laseque - -
Kernig - -
Brudzinsky 2 - -
9
Pemeriksaan Saraf Kranial
N.I Normosmia
N.II Kanan Kiri
Visus 6/60 6/60
Lapang pandang Normal Normal

Warna Normal Normal

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus III, IV, Gerakan bola mata


Kanan Kiri
VI

Lateral + +

Atas + +

Bawah + +

Medial + +

Diplopia 10 - -
Nervus V Membuka mulut, menggigit dan
mengunyah : DBN
Nervus VII Mengangkat alis, mengerutkan dahi : DBN

Nervus VIII Tidak dilakukan

Nervus IX dan X Arkus faring simetris, uvula ditengah, daya


kecap lidah 1/3 belakang (+), refleks
muntah (+), sengau (-)
Nervus XI Mengangkat bahu, menolehkn kepala :
DBN
Nervus XII Deviasi lidah (-), atrofi lidah (-), lidah pelo
(-)

11
Pemeriksaan Motorik

Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas 5555 5555
Ekstremitas bawah 5555 5555
Tonus
Ekstermitas atas Normotonus Normotonus
Ekstremitas bawah Normotonus Normotonus
Refleks
Fisiologis Normorefleks Normorefleks
Biceps Normorefleks Normorefleks
Triceps Normorefleks Normorefleks
Patella Normorefleks Normorefleks
Achilles Normorefleks Normorefleks

Pemeriksaan sensoik: normoestesi


Pemeriksaan otonom: normal, normohidrosis
12
Pemeriksaan Laboratorium

Nomor Lab : 190303763


Tanggal : 1/04/2019

PEMERIKSAAN HASI SATUA NILAI RUJUKAN


L N
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 12,9 g/dL 12 ~ 16
Eritrosit 3,1 juta/mm3 3,8 ~ 5,8
Leukosit 9,90 ribu/mm3 4,0 ~ 11,0

Hematokrit 30,2 % 37 ~ 47

Indeks Eritrosit

MCV 86,1 fL 79 ~ 99
MCH 36,8 Pg 27 ~ 32
MCHC 42,7 % 33 ~ 37
RDW-CV 10,6 % 11,5 ~ 14,5
Trombosit 220 ribu/mm3 150 ~ 450
Golongan Darah AB

13
KIMIA KLINIK
Karbohidrat
Glukosa Darah 126 mg/dl 110~200
sewaktu
Fungsi Ginjal
Ureum 17, mg/dl 20 ~ 40
06
Kreatinin 0,6 mg/dl 0,60 ~ 1,00
0
Asam Urat 2,0 mg/dl <6,8

ELEKTROLIT
Elektrolit
Natrium (Na) 142 mmol/ 135~145
L
Kalium (K) 3,5 mmol/ 35~5.0
L
Klorida (CL) 106 mmol/ 98~109
L
Kalsium (Ca Total) 1,12 ~1,32
0,9 Mg/dl

14
15
Kesan:
EEG abnormal III
Tampak gelombang epileptikum
dengan focus dari temporal kanan

16
Resume

Seorang pasien perempuan berusia 37 tahun diantar oleh keluarganya ke IGD RS


Cut Meutia Lokseumawe dengan keluhan kejang 3 jam SMRS. Kejang terjadi tiba-
tiba saat pasien sedang dalam keadaan beristirahat. Menurut keluarga pasien,
pasien tiba-tiba jatuh lalu kejang. Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai kaku pada
kaki dan tangan, pasien dalam keadaan tidak sadar. Saat kejang, mata memandang
keatas, mlut terkunci rapat, lidah tidak tergigit da tidak keluar lendir berbusa dari
mulut pasien. Pasien juga mengaku sebelum kejang dirinya mengalami BAB cair
dengan frekuensi > 5 kali, BAB disertai lendir. kejang berlangsung kurang lebih 15
menit. Biasanya setelah kejang pasien merasa pusing dan lemas. Pasien mengaku
juga sering sakit kepala, sakit kepala seperti terikat dan menjalar hingga ke
tengkuk. Kejang sudah dialami sejak tahun 2011.

Pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran composmentis, E4M6V5, TD


110/80 mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 18 x/menit, suhu 36,9 ̊C. Pemeriksaan
neurologi didapatkan pupil isokor  3 mm/3 mm, reflek cahaya langsung (+/+)
dan tidak langsung (+/+). Fungsi motorik dalam batas normal. Pemeriksaan
sensorik taktil dan nyeri (+/+) serta posisi (+/+).

17
2.5 Diagnosis Prognosis
 Diagnosis klinis : Kejang disertai gangguan
kesadaran awal kejang
 Diagnosis Topis : Korteks serebri 18
 Diagnosis Etiologi : Idiopaik
 Diagnosa Patologis : Gangguan sistem listrik  Quo Ad vitam:
 Diagnosa Kerja : Epilepsi Dubia ad bonam
 Quo Ad fungsionam: Dubia ad
2.6 Tatalaksana bonam
 Non Medikamentosa : Bed Rest  Quo Ad sanctionam: Dubia ad
bonam
 Medikamentosa :
 Infus
 : IVFD Asering 20 tts/i
 Injeksi
 :Cetriaxone 1 g/12 jam
 : Omeprazole 40 mg/12 jam
 : Ketorolac 1 amp/8 jam
 :Drip Sohobion 1 amp/Hari
 Oral
 Carbamazepine 2x1
 Paracetamol tab 3x1
 Asam folat 2x1
 Diaform 3x2 (KP)
Tangg S O A P
al
Mingg  Kejang 3  TD : 110/60 mmHg Epilpsi + Infus : IVFD Asering 20tts/i
u , 31 2019 jam  HR:84x/menit Deidrasi ringan Injeksi :
H+1 SMRS  RR:22x/menit sedang Cetriaxone 1 g/12 jam
(IGD)  Pusing (+)  T: 37,3°C Omeprazole 40 mg/12 jam
 lemas (+)  Kesadaran : Ketorolac 1 amp/8 jam
 BAB cair Compos mentis Inf. Metronidazole /8j
> 5 kali  GCS: E4M6V5 Oral:
 Mual (-)  Pupil bulat isokor Carbamazepine 2x1
 Muntah (-) 3mm/3mm
 RCL +/+ Paracetamol tab 3x1
 RCTL +/+
 Kekuatan motorik Asam folat 2x1
atas: 5555|5555
 Kekuatan motorik Diaform 3x2 (KP)
bawah:5555|5555 P/ Darah rutin, kgds, golda, rft,
 Refleks fisiologis: elektrolit
+/+
 Refleks Patologis :
-/-
 Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
 Otonom : BAB (+)
cair, BAK (+)

19
Senin,  kejang(-)  TD : 100/70 mmHg Epilepsi Infus : IVFD Asering 20tts/i
01 April  BAB cair  HR:74x/menit Injeksi :
2019 (-)  RR:20x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
H+2  Mual (+)  T: 35,9°C Omeprazole 40 mg/12 jam
 Muntah (-  GCS: E4M6V5 Ketorolac 1 amp/8 jam
)  Pupil bulat isokor Oral:
 Pusing (+) 3mm/3mm Carbamazepine 2x1
 Nyeri  RCL +/+ Paracetamol tab 3x1
perut kiri  RCTL +/+ Asam folat 2x1
bawah  Kekuatan Diaform 3x2 (KP)
 Nyeri ulu  Meningeal sign: + sucalfat syr 3x CI
hati(+)  kaku kuduk:- + Metronidazole 3x 500 mg
 Laseque: -/- + Cetirizin 2x1
 Kernig : -/- P/ EEG
 Brudzinky I :-/-
 Brudzinsky II : -/-
 Refleks fisiologis:
+/+
 Refleks Patologis :
-/-
 Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
 Otonom : BAB (+),
BAK (+)

20
Selasa  kejang (-)  TD : 120/80 Epileps Infus :
02 Juli 2019  BAB cair mmHg i IVFD Asering 20tts/i
H+3 (-)  HR:72x/menit Injeksi :
 Mual (-)  RR:18x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
 Muntah  T: 36,8°C Omeprazole 40 mg/12 jam
(-)  GCS: E4M6V5 Ketorolac 1 amp/8 jam
 Pusing  Pupil bulat isokor
(+) 3mm/3mm Oral:
 Nyeri  RCL +/+ Carbamazepine 2x1
perut kiri  RCTL +/+ Paracetamol tab 3x1
bawah  Kekuatan Asam folat 2x1
 Meningeal sign: sucalfat syr 3x CI
 kaku kuduk:- Metronidazole 3x 500 mg
 Laseque: -/- Cetirizin 2x1
 Kernig : -/-
 Brudzinky I :-/-
 Brudzinsky II : -/- P/ EEG hari jumat
 Refleks fisiologis:
+/+
 Refleks Patologis
: -/-
 Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
 Otonom : BAB (-
), BAK (+)

21
Rabu  kejang(-)  TD : 100/70 mmHg Epilepsi Infus : IVFD Asering 20tts/i
03 April 2019  BAB cair  HR:74x/menit Injeksi :
H +4 (-)  RR:20x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
 Mual (-)  T: 35,9°C Omeprazole 40 mg/12 jam
 Muntah (-  GCS: E4M6V5 Ketorolac 1 amp/8 jam
)  Pupil bulat isokor + drip Sohobion /H
 Pusing (+) 3mm/3mm Oral:
 Nyeri  RCL +/+ Carbamazepine 2x1
perut kiri  RCTL +/+ Paracetamol tab 3x1
bawah  Kekuatan Asam folat 2x1
 Meningeal sign: sucalfat syr 3x CI
 kaku kuduk:- Metronidazole 3x 500 mg
 Laseque: -/- Cetirizin 2x1
 Kernig : -/-
 Brudzinky I :-/- P/ EEG hari jumat
 Brudzinsky II : -/-
 Refleks fisiologis:
+/+
 Refleks Patologis :
-/-
 Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
 Otonom : BAB (-)
2 hr, BAK (+)

22
Kami  kejang (-)  TD : 120/80 Epilepsi Infus : IVFD Asering 20tts/i
s 04 April  BAB cair mmHg Injeksi :
2019 (-)  HR:72x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
H+5  Mual (-)  RR:18x/menit Omeprazole 40 mg/12 jam
 Muntah (-  T: 36,8°C Ketorolac 1 amp/8 jam
)  GCS: E4M6V5 drip sohobion /h
 Pusing  Pupil bulat isokor Oral:
(+) 3mm/3mm
 Nyeri  RCL +/+ Carbamazepine 2x1
perut  RCTL +/+ Paracetamol tab 3x1
berkurang  Kekuatan Asam folat 2x1
 Meningeal sign: sucalfat syr 3x CI
 kaku kuduk:- Metronidazole 3x 500 mg
 Laseque: -/- Cetirizin 2x1
 Kernig : -/-
 Brudzinky I :-/-
 Brudzinsky II : -/- P/ EEG hari jumat
 Refleks fisiologis:
+/+
 Refleks Patologis :
-/-
 Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
 Otonom : BAB
(+), BAK (+)

23
Jumat  kejang (-)  TD : 120/80 mmHg Epilepsi Infus : IVFD Asering 20tts/i
05 April 2019  BAB cair  HR:72x/menit Injeksi :
H +6 (-)  RR:18x/menit Cetriaxone 1 g/12 jam
 Mual (-)  T: 36,8°C Omeprazole 40 mg/12 jam
 Muntah (-  GCS: E4M6V5 Ketorolac 1 amp/8 jam
)  Pupil bulat isokor Oral:
 Pusing (+) 3mm/3mm Carbamazepine 2x1
 Nyeri  RCL +/+ Paracetamol tab 3x1
perut kiri  RCTL +/+ Asam folat 2x1
bawah  Kekuatan sucalfat syr 3x CI
 Meningeal sign: Metronidazole 3x 500 mg
 kaku kuduk:- Cetirizin 2x1
 Laseque: -/- P/ EEG hari ini
 Kernig : -/- Rencana pbj
 Brudzinky I :-/-
 Brudzinsky II : -/-
 Refleks fisiologis:
+/+
 Refleks Patologis :
-/-
 Sensorik :
Taktil (+/+)
Nyeri (+/+)
Posisi(+/+)
 Otonom : BAB (-),
BAK (+)

24
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

• Epilepsi merupakan
manifestasi gangguan fungsi
otak dengan berbagai etiologi,
Definisi dengan gejala tunggal yang
khas, yakni kejang berulang
(Markand, akibat lepasnya muatan listrik
neuron otak secara berlebihan
2009) dan paroksimal. Epilepsi
ditetapkan sebagai kejang
epileptik berulang (dua atau
lebih), yang tidak dipicu oleh
penyebab yang akut

25
Epidemiologi

• Angka rata-rata orang dengan epilepsi per 1000 populasi adalah 8,93 dari 105
negara
WHO, • Asia Tenggara memiliki angka rata-rata sebanyak 9,97
2005

• Insidensi epilepsi di negara maju adalah 24-53 per 100.000 populasi


• kejadian epilepsi di negara berkembang, tetapi tidak ada yang cukup
prospektif49,3-190 per 100.000 populasi

• Tingkat insidensi tinggi di negara berkembang yang dianggap sebagai akibat dari
infeksi parasit terutama neurosistiserkosis, HIV, trauma, dan morbiditas perinatal
sulit untuk ditafsirkan karena masalah metodologis.

Hawari, • epilepsi di Indonesia, sampai sekarang belum diketahuisebagai suatu negara


2011 berkembang yang penduduknya berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah
orang dengan epilepsi yang masih mengalami bangkitan dan membutuhkan
pengobatan berkisar 1,8 juta orang

26
Etiologi

Anak (6 bulan – 3
Neonatal Bayi (1-6 bulan)
tahun)
• Kelainan • Kelainan • Spasme infantil,
kongenital kongenital, kejang demam,
• kelainan saat kelainan saat kelainan saat
persalinan persalinan, persalinan dan
• anoksia anoksia, kelainan anoksia, infeksi,
metabolik, trauma, kelainan
• kelainan
spasme infantil, metabolik,
metabolik
Sindroma West disgenesis
kortikal,
keracunan obat-
obatan.

27
Lanjutan

Anak (3-10 Remaja (10-18 Dewasa muda


tahun) tahun) (18-25 tahun)
• Anoksia perinatal, • Epilepsi idiopatik, • Epilepsi idiopatik,
trauma saat termasuk yang trauma,
persalinan atau diturunkan secara neoplasma,
setelahnya, genetik, epilepsi keracunan
infeksi, mioklonik alkohol atau obat
thrombosis arteri juvenile, trauma, sedasi lainnya.
atau vena obat-obatan.
serebral, kelainan
metabolik,
Sindroma Lennox
Gastaut, Rolandic
epilepsi

28
Usia lanjut (>60
Dewasa (35-60 tahun)
tahun)
• Trauma, neoplasma, • Penyakit vascular
keracunan alkohol atau (biasanya pasca infark),
obat lainnya. tumor, abses, penyakit
degeneratif, trauma.

Distribusi penyebab utama kejang di berbagai usia (diadaptasi dari berbagai sumber termasuk Hauser dan Annegers serta Engel
dan Pedley)
Sumber: (Ropper dan Brown, 2005)

29
Klasifikasi

Bangkitan parsial Bangkitan umum Tak tergolongkan

• Bangkitan parsial • Absans (lena)


sederhana • Mioklonik
• Motorik • Klonik
• Sensorik • Tonik
• Otonom • Tonik-klonik
• Psikis • Atonik
• Bangkitan parsial kompleks
• Bangkitan parsial
sederhana diikuti
gangguan kesadaran
• Bangkitan parsial
disertai gangguan
kesadaran
saat awal
bangkitan
• Bangkitan parsial yang
menjadi umum sekunder

Klasifikasi bangkitan epilepsi menurut International League Against Epilepsi (1981)

30
Klasifikasi sindroma epilepsi menurut ILAE

Berkaitan dengan letak fokus Umum

•Idiopatik (primer) •Idiopatik (primer)


•Epilepsi anak benigna dengan gelombang paku di •Kejang neonatus familial benigna
sentrotemporal (Rolandik benigna) •Kejang neonatus benigna
•Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital •Epilepsi mioklonik benigna pada bayi
•Primary reading epilepsy •Epilepsi absans pada anak
•Simtomatik (sekunder) •Epilepsi absans pada remaja
•Epilepsi kronik progresif parsialis kontinua pada •Epilepsi mioklonik pada remaja
anak (Sindrom Kojewnikow) •Epilepsi dengan serangan tonik klonik pada saat
•Epilepsi lobus temporalis terjaga
•Epilepsi lobus frontalis •Epilepsi tonik klonik dengan serangan acak
•Epilepsi lobus parietalis •Kriptogenik atau simtomatik
•Epilepsi lobus oksipitalis •Sindroma West (spasme infantil dan hipsaritmia)
•Kriptogenik •Sindroma Lennox Gastaut
•Epilepsi dengan kejang mioklonik astatik
•Epilepsi dengan absans mioklonik
•Simtomatik
•Etiologi non spesifik
•Ensefalopati mioklonik neonatal
•Sindrom Ohtahara
•Etiologi atau sindroma spesifik
•Malformasi serebral
•Gangguan metabolisme

31
Lanjutan…

Epilepsi dan sindroma


Epilepsi berkaitan dengan
yang tidak dapat
situasi
ditentukan
• Serangan umum fokal • Kejang demam
• Kejang neonatal • Berkaitan dengan alkohol
• Epilepsi mioklonik • Berkaitan dengan obat-
berat pada bayi obatan
• Sindroma Taissinare • Eklamsi
• Sindroma Landau • Serangan berkaitan
Kleffner dengan pencetus
• Tanpa gambaran spesifik (reflek epilepsi)
tegas fokal atau
umum

32
Patofisiologi

• Sifat eksitasi dari neuron adanya


perubahan fungsional dan struktural
pada membran postsinaptik
Mekanisme
iktogenesis • Sifat eksitasi yang timbul dari
lingkungan neuron dapat berasal dari
perubahan fisiologis dan struktural

• Mekanisme nonsinaptik Kegagalan


pompa Na+-K+ akibat hipoksia atau
iskemia
Mekanisme
epileptogenesis • Mekanisme sinaptikPatofisiologi
sinaptik utama dari epilepsi melibatkan
penurunan inhibisi GABAergik dan
peningkatan eksitasi glutamatergik.

33
Gejala Klinis
Manifestasi klinis bangkitan epilepsi
Tipe kejang Ciri khas
Kejang parsial
Parsial sederhana Adanya gejala motorik, somatosensorik, sensorik, otonom, atau kejiwaan.
Kesadaran normal.

Parsial kompleks Adanya gejala motorik, somatosensorik, sensorik, otonom,atau kejiwaan.


Adanya penurunan kesadaran.

Kejang umum
Tonik-klonik Kekakuan tonik yang diikuti oleh sentakan ekstremitas yang sinkron.
Dapat disertai inkontinensia.
Diikuti dengan kebingungan pasca kejang.
Absans Hilangnya kesadaran yang singkat (biasanya <10 detik) dengan terhentinya
aktivitas yang sedang berlangsung.

Dapat disertai gerakan otomatis, seperti mengedip. Pola EEG menunjukkan


gambaran paku-ombak (spike-
and-wave).
Mioklonik Adanya satu atau banyak sentakan otot. Kesadaran normal.
Biasanya bilateral dan simetris.
Atonik Hilangnya tonus otot yang singkat.
Tonik Kontraksi otot yang berkepanjangan.
Klonik Pergantian sentakan dan relaksasi ekstremitas secara
berulang-ulang.
34
Penegakan Diagnosa

Pemeriksaan fisik dan


Anamnesis Pemeriksaan penunjang
neurologi
• Pola atau bentuk serangan • Pemeriksaan fisikk harus • Elektroensefalografi (EEG)
• Lama serangan menepis sebab-sebab pemeriksaan penunjang
• Gejala sebelum, selama, terjadinya serangan dengan yang paling sering dilakukan
dan sesudah serangan menggunakan umur dan untuk menegakkan
riwayat penyakit sebagai diagnosis epilepsi dan tipe
• Frekuensi serangan
pegangan kejang lainnya yang tepat
• Faktor pencetus dan bahkan sindrom
• Ada tidaknya penyakit lain epilepsi
yang diderita sekarang
• Usia saat serangan • Gambaran EEG pasien
pertama epilepsi menunjukkan
• Riwayat kehamilan, gambaran epileptiform,
persalinan, dan misalnya gelombang tajam
perkembangan (spike), paku-ombak, paku
• Riwayat penyakit, majemuk, dan gelombang
penyebab, dan terapi lambat yang timbul secara
sebelumnya paroksismal
• Riwayat penyakit epilepsi
dalam keluarga • Pemeriksaan radiologis

35
Penatalaksanaan

1. Terapi medikamentosa
• Lini pertama bagi penderita yg baru terdiagnosa
• Dimulai dengan dosis rendah
• Monoterapi lebih dipilih ketika mengobati pasien epilepsi,

Daftar OAE yang umum digunakan dan indikasinya

36
Sumber: (Consensus Guidelines on the Management of Epilepsy, 2010)

37
2. Terapi bedah epilepsi

•mengendalikan kejang dan meningkatkan kualitas hidup pasien


epilepsi yang refrakter

•dikatakan refrakter apabila kejang menetap meskipun telah diterapi


selama 2 tahun dengan sedikitnya 2 OAE yang paling sesuai untuk
jenis kejangnya atau jika terapi medikamentosa menghasilkan efek
samping yang tidak dapat diterima.

•Terapi bedah epilepsi dilakukan dengan membuang atau


memisahkan seluruh daerah epileptogenik tanpa mengakibatkan
risiko kerusakan jaringan otak normal didekatnya

38
39

Anda mungkin juga menyukai