Anda di halaman 1dari 48

Osteoartihitis

Kelompok 6:
 Nurdiawan 3351182185
 Nanda Meilisa 3351182188
 Aprilia Budhiyarti 3351182191
 Adi Rizaldi Amir 3351182187
 Yolanda Sylvie Rikanadilla 3351182189
 Galin Mayor Rotama 3351182002
 Yunisya 3351182010
 Yudith Tampang Allo 3351182013
 Zuraidah Wahyuningsih 3351182020

2
Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang
dengan lambat, biasa mempengaruhi terutama sendi Osteoarthitis?
diartrodial perifer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai
dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular yang
berakibat pada pembentukan osteofit, rasa sakit,
pergerakan yang terbatas, deformitas, dan
ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada
sendi yang dipengaruhi (Sukandar dkk., 2008).

3
Bagian Sendi yang Bisa Terkena Osteoarthritis

4
1
Klasifikasi
Osteoarthritis
Osteoarthritis Primer


Terjadi karena faktor usia (degeneratif)

Osteoarthritis Sekunder
Dilalui karena adanya trauma, cedera pada sendi

6
PREVALENSI OSTEOARTHRITIS

our
office

7
Prevalensi
○ National Centers for Health Statistics, diperkirakan 15.8 juta (12%)
orang dewasa antara 25-74 tahun mempunyai keluhan sesuai
osteoarthitis.
○ Prevalensi dan tingkat keparahan osteoarthitis berbeda-beda
antara rentang usia dewasa dan usia lanjut. Sebagai gambaran,
20% pasien di bawah 45 tahun mengalami osteoarthitis tangan
dan hanya 8,5% terjadi pada usia 75-79 tahun. Sebaliknya,
osteoarthitis lutut terjadi <0.1% pada kelompok usia 25-34 tahun,
tetapi terjadi 10-20% pada kelompok 65-74 tahun. osteoarthitis
lutut moderat sampai berat dialami 33% pasien usia 65-74 tahun
dan osteoarthitis panggul moderat sampai berat dialami oleh 50%
pasien dengan rentang usia yang sama.

8
PATOFISIOLOGI

9
10
FAKTOR RESIKO
11
Jenis
Usia Hormonal Genetik
kelamin

Faktor Resiko

Obesitas Trauma Pekerjaan Nutrisi

12
Manifestasi Klinis
 Nyeri sendi
 Kekakuan
 Hambatan gerak sendi
 Bunyi gemeretak
 pembengkakan sendi
 perubahan cara berjalan atau hambatan gerak
 kemerahan pada daerah sendi

13
Pemeriksaan
Fisik
DIAGNOSIS Radiologi

14
Pemeriksaan fisik 1
Pemeriksaan fisik terhadap sendi ditandai dengan “pengempukan” krepitasi, dan
mungkin pembesaran sendi. Anamnesis terhadap pasien osteoartritis umumnya
mengungkapkan keluhan-keluhan yang sudah lama, tetapi berkembang secara perlahan-
lahan. Nyeri sendi merupakan keluhan utama yang dirasakan setelah aktivitas dan
menghilang setelah istirahat. Bila progresifitas OA terus berlangsung terutama setelah
terjadi reaksi radang (sinoritis) nyeri akan terasa saat istirahat. Sedangkan istirahat
ataupun immobilisasi yang lama dapat menimbulkan efek-efek pada jaringan ikat dan
kekuatan penunjang sendi. Bila akut dapat ditemukan tanda-tanda radang: rubor (merah),
tumor (membengkak), calor (terasa panas), dolor (terasa nyeri), dan fuctio laesa
(gangguan fungsi) yang jelas.

15
2
Gambaran radiologis sendi yang menyokong
diagnosis OA adalah:

1. Penyempitan celah sendi yang seringkali


asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang
subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi
16
17
Terapi Non Penatalaksanaan
Terapi
Farmakologi Farmakologi

18
Penatalaksanaan Terapi
Tujuan.......
 Mengurangi/mengendalikan nyeri

 Mengoptimalkan fungsi gerak sendi

 Mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari


hari (ketergantungan kepada orang lain) dan
meningkatkan kualitas hidup

 Menghambat progresivitas penyakit

 Mencegah terjadinya komplikasi 19


Penatalaksanaan Terapi

Terapi Non Farmakologi

1. Edukasi pasien
2. Terapi Fisik, okupasional, aplikasi dingin/panas dan
Latihan Fisik
3. Penurunan berat badan
4. Istirahat dan merawat persendian
5. Pembedahan

20
EDUKASI PASIEN
Memberikan edukasi pada pasien
tentang penyakit, prognosis, dan
pendekatan manajemennya. Selain itu,
diperlukan konseling diet untuk pasien
OA yang kelebihan berat badan.

21
TERAPI FISIK

Dengan pengobatan panas atau dingin dan program olahraga membantu menjaga
dan mengembalikan rentang pergerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan
spasmus otot. Program olahraga dengan menggunakan teknik isometrik didesain
untuk menguatkan otot, memperbaiki fungsi sendi dan pergerakan dan
menurunkan ketidakmampuan, rasa sakit dan kebutuhan akan penggunaan
analgesik.
22
 Alat bantu dan ortotik seperti tongkat,
alat pembantu berjalan, alat bantu
gerak, heel cups, dan insole dapat
digunakan selama olahraga atau
aktivitas harian.

 Kompres hangat atau dingin serta


olahraga dapat dilakukan untuk
memelihara sendi, mengurangi nyeri,
dan menghindari terjadinya kekakuan.

23
PENURUNAN BERAT BADAN

Penurunan berat badan dapat diterapkan dengan


mempunyai gaya hidup yang sehat. Penurunan berat
badan dapat membantu mengurangi beban atau
mengurangi gejala pada bagian yang mengalami penyakit
osteoarthritis terutamanya pada lutut dan pinggul.

24
ISTIRAHAT & MERAWAT
PERSENDIAN

Istirahat yang cukup dapat mengurangi


kesakitan pada sendi. Selain itu juga
istirahat dapat menghindari trauma pada
persendian secara berulang
25
PEMBEDAHAN

Prosedur operasi (mis. Osteotomi,


pengangkatan sendi, penghilangan osteofit,
artoplasti parsial atau total, joint fusion)
diindikasikan untuk pasien dengan rasa sakit
parah yang tidak memberikan respon terhadap
terapi konservatif atau rasa sakit yang
menyebabkan ketidakmampuan fungsional
substansial dan mempengaruhi gaya hidup.

26
Terapi Farmakologi

1). Golongan Analgesik


a). Golongan Analgesik Non Narkotik
(1). Asetaminofen (Analgesik oral)
(2). Kapsaisin (Analgesik topikal)
b). Analgesik Narkotika
2). Golongan NSAID
3). Kortikosteroid
4). Suplemen makanan
5). Obat osteoarthritis yang lain
mis : Injeksi Hialuronat 27
ALGORITMA OSTEOARTHRITIS

28
29
30
1.Analgetik oral 2. Analgetik topikal
• Asetaminofen: 325-650 • Capsaisin: 0,025g
mg setiap 4-6 jam, dosis atau 0,075g,
maksimum 4000
mg/hari dioleskan pada
sendi 3-4 kali/hari
• Tramadol: 50-100 mg
setiap 4-6 jam, dosis
maksimum 400 mg/hari
31
3. Suplemen 4. AINS COX Non Selektif
• Aspirin: 325-650 mg setiap 4-6 jam
• Glukosamin sulfat untuk nyeri, dan inflamasi mulai
500 mg 3 kali atau 1500 3600 mg/hari dalam dosis berbagi.
mg sekali/hari, dosis Dosis maks: 3600 mg/hari
• Diflunisal: 500-1000 mg 2 kali
maks 1500 mg/hari sehari, dosis maks 2000 mg/hari
• Diklofenak: 100-150 mg/hari dosis
terbagi, dosis maks 200 mg/hari
• Kondroitin sulfat: 400
• Indometasin: 25 mg, 2-3 kali/hari.
mg 3 kali sehari, dosis Dosis maks 200 mg/hari
maks 1200 mg/hari • Ibuprofen: 1200-3200 mg/hari,
dosis terbagi. Dosis maks 3200
mg/hari

32
Lanjutan… 5. COX-2 Selektif


• Ketoprofen: 150-300 mg/hari,
dosis terbagi. Dosis maks 300
mg/hari
• Celecoxib: 100 mg 2 kali
sehari. Dosi maks 200 mg/hari
• Naproksen: 250-500 mg, 2 kali
sehari. Dosis maks 1500 mg/hari • Refecoxib: 12,5-25 mg per
• Asam mefenamat:250 mg hari, dosis maks 25 mg/hari
setiap 6 jam. Dosis maks 1000
mg/hari
• Piroksikam: 20 mg per hari,
dosis maks 20 mg/hari
33
Kortikosteroid Hialuronat injeksi
injeksi
• Metilprednisolon asetat: • Sodium hialuronat: 20
20-40 mg mg/2 ml

• Triamcinolone • Hyaluronan: 30 mg/2ml


heksasetonid: 10-20 mg

34
INTERAKSI
OBAT

35
Obat Interaksi Keterangan
NSAID Inhibitor ACE Antagonis efek hipotesis;
meningkatkan risiko kerusakan
ginjeksial dan menaikkan risiko
hiperkalsemia pada pemberian bersama
indometasin dan mungkin AINS
lainnya.
Analgetik lain Hindari pemberian bersama dua atau
lebih AINS, termasuk asetosal
(menambah efek samping).
Resin penukar-anion Kolestiramin menurunkan absorpsi
fenilbutazon
Antasida dan adsorben Antasida menurunkan absorpsi
diflunisal
Antibakteri AINS dengan 4-kuinolon mungkin
meningkatkan risiko seizure
Antikoagulan Meningkatkan risiko pendarahan
dengan ketorolak dan semua
antikoagulan (termasuk heparin dosis
rendah)
Antidepresan Moklobemid menambah efek ibuprofen
dan mungkin AINS lainnya.

36
Obat Interaksi Keterangan
NSAID Antidiabetika Efek feniton ditingkatkan oleh
azapropazon dan fenilbutazon.
Antiepileptik Efek feniton ditingkatkan oleh
azapropazon dan fenilbutazon.
Antihipertensi Antagonisme efek hipotesis
Beta bloker Antagonisme efek hipotesis
Bifosfonat Ketersediaan hayati asam tiludronat
ditingkatkan oleh indometasin
Glikosida jantung AINS dapat menyebabkan kambuh
gagal jantung, menurunkan laju filtrasi
glomerulus, dan menaikkan kadar
plasma glikosida jantung.
Kortikosteroid Menambah risiko pendarahan dan
ulserasi saluran cerna
37
Obat Interaksi Keterangan
NSAID Siklosporin Menambah risiko nefrotoksisitas;
siklosporin menaikkan kadar plasma
diklofenak (menurunkan dosis
diklofenak separuhnya)
Sitotoksika Ekskresi metotreksat diturunkan oleh
asetosal, azapropazon, diklofenak,
indometasin, ketoprofen, naproksen,
fenilbutazon, dan mungkin AINS
lainnya (menambah risiko toksisitas)
Diuretika Resiko nefrotoksisitas NSAID
ditingkatkan
Litium Ekskresi litium diturunkan oleh NSAID
Relaksan otot Ibuprofen dan mungkin AINS lain
menurunkan ekskresi baklofen
(meningkatkan risiko toksisitas)
Tiroksin Kadar total plasma tiroksin rendah
palsu dengan fenilbutazon
Obat-obat tuak lambung Kadar plasma azapropazon dinaikkan
oleh simetidin
Urikosurik Probenesid menunda ekskresi
indometasin, ketoprofen, ketorolak, dan
naproksen (menaikkan kadar plasma)
Vasodilator Resiko pendarahan yang menyertai
ketorolak ditingkatkan oleh
okspentifilin
38
Obat Interaksi Keterangan
Kortikosteroid Analgetik Dengan asetosal resiko pendarahan dan
ulserasi saluran cerna ditingkatkan
Antibakteri Rifampisin mempercepat metabolisme
kortikosteroid (menurunkan efek)
Antidiabetika Antagonisme efek hipotensif
Antiepileptika Karbamazepin, fenobarbiton, fenitoin,
dan primidon mempercepat
metabolisme kortikosteroid
(menurunkan efek)
Glikosida jantung Meningkatkan toksisitas jika terjadi
hipokalemia dengan kortikosteroid
Siklosporin Kadar plasma siklosporin dinaikkan
oleh metilprednisolon dosis tinggi;
Diuretik Antagonisme efek diuretik;
meningkatkan risiko hipokalemia
Antagonis hormon Aminoglutetimid mempercepat
metabolisme kortikosteroid
(menurunkan efek)
Obat-obat antiulkus Karbenoksolon meningkatkan risiko
hipokalemia
39
STUDI KASUS
40
STUDI KASUS 1
Ibu Ani, seorang pasien 65 tahun mengeluh nyeri pada sendi lutut bagian kirinya
terutama saat jalan dan naik tangga. Keluhan ini timbul sejak 2 tahun yang lalu dan
kambuh-kambuhan sehingga mengganggu pekerjaanya sebagai kuli gendong di Pasar.
Biasanya diobati sendiri dengan minum obat bebas yang dibeli tanpa resep. Karena
tidak kunjung sembuh, penderita periksa ke dokter, dari hasil pemeriksaan lutut kiri
didapatkan tanda-tanda radang dan keterbatasan gerak sendi (ROM). Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan x foto rontgen, hasilnya tampak osteofit mendukung ke arah
osteoartritis (OA). Penderita juga diperiksa Bone Marrow Density (BMD) didapatkan
hasil osteoporosis. Kemudian disarankan untuk periksa laboratorium darah dengan hasil
CRP meningkat, rematoid faktor negatif. Kemudian pasien diberi obat untuk OA dan
osteoporosis serta dokter menyarankan untuk mengkonsultasikan ke bagian Rehabilitasi
Medik.

41
Assesment:
Pasien dengan umur 65 tahun artinya pasien geriatri dimana fungsi tubuh telah mengalami
penurunan ditandai dengan faktor resiko osteotritis. Pasien di diagnosa positif osteotritis
dengan keluhan nyeri pada sendi lutut bagian kiri terutama saat jalan dan naik tangga,
pemeriksaan lutut kiri didapatkan tanda-tanda radang dan keterbatasan gerak, dan dengan
ditandi positif CRP meningkat (suatu protein yang dihasilkan hati, terutama saat terjadi
inflamasi, dan pada hasil rontgen osteofit (tulang baru yang tumbuh menonjol tumbuh
disekitar kartilago), serta positif dari bone marrow Density. Pasien diresepkan Celecoxib 100
mg 2x1 (dosis dewasa tertinggi adalah 400 mg/hari). Karena pasien adalah gariatri
pemakaian dosis terendah yaitu 100 mg 2x1 sudah benar untuk menghindari efek samping
obat dengan pemakaian dosis tertinggi. Peresepan Celecoxib oleh dokter untuk pengobatan
pasien geriatri yang didiagnosa osteotritis sudah benar karna Celecoxib adalah inhibitor
COX -2 selektif dimana hanya prostagladin yang dihambat tidak dengan platelet (sel terkecil
darah) artinya prostagladin sebagai mediator nyeri, inflamasi dan demam dihambat tetapi
tidak menghambat platelet jika dihambat efek sampingnya mukosa lambung akan dikikis dan
terjadi tukak lambung.
42
lanjutan.....

Pemilihan Celocoxib sudah tepat sesuai dengan umur dan parahnya sakit ditandai
dengan faktor resiko umur yaitu telang mengalami penurunan fungsi tubuh ditandai
dengan pengurangan fungsi tulang rawan sebagai pelindung gesekan antartulang serta
terjadi inflamasi yang memperburuk kondisi sendi. Perlu obat kerjanya kuat untuk
inflamsi tetapi efek samping yang sangat kecil artinya tetap aman bagi kondisi
lambung untuk mengurangi efek tukak lambung karna penurunan fungsi organ
lambung. (geritatri). Jadi pemilihan resep sudah sesuai dengan logaritma osteotritis,
dan dosis obat sudah sesuai dengan umur pasien.

43
lanjutan.....

- Non Farmakologi :
1. Edukasi pasien: dengan mengubah gaya hidup yang menyebabkan kerusakan
lebih parah pada sendi lutut, menghindari kegemukkan dengan dengan diet
yang sehat dan berimbang, istirahat cukup dan olahraga teratur dan
menghindari berjalan atau berdiri dalam jangka waktu yang lama.
2. Terapi fisik: terapi panas, terapi dingin, elektroterapi, exercise seperti latihan
aerobic endurance, latihan relaksasi, dll.
3. Okupasi terapi: memberikan petunjuk dan latihan-latihan yang disesuaikan
dengan kondisi sakit pasien, sehingga dapat tetap melakukan aktifitas kegiatan
sehari-hari.
4. Ortotik prostetik: memberikan dynamic-splint sebagai alat protektif lutut &
sebagai alat bantu jalan.

44
STUDI KASUS 2

Seorang wanita umur 65 tahun tinggi badan 155 cm, pasien datang ke fasilitas kesehatan
dengan keluhan nyeri perut didaerah epigastric feses kehitaman. Diketahui pasien sedang dalam
pengobatan dengan piroxicam 15 mg/hari untuk mengobati radang sendi yang sedang beliau
derita. Sebagai apoteker saran apa yang bisa anda berikan?

45
lanjutan.....

Assesment:
Pasient adalah geriatri dengan umr lebih dari 60 tahun dimana fungsi organ tubuh
telah mengalami penurunan. Pasien didiagnosa dengan radang sendi OA diresepkan
piroxicam 15mg/hari (dosis tertinggi 20 mg/hari) artinya dosis telah sesuai
pemakaian dosis terendah. Dari peresepan yang didapat pasien mendapat NSAID
dimana mekanisme kerja obat pada COX-1 bekerja pada arachidonat yang
menghambat prostagladin dan platelet artinya selain berfungsi sebagai mediator
nyeri, inflamsi, dan demam. Piroxicam juga bekerja pada platelet yaitu dapat
mengikis mukosa lambung yang memperparah pendarahan pada lambung dengan
ditandai nyeri perut dan feses kehitaman. Peresepan tidak sesuai dengan lini
pengobatan geriatri yang seharusnya memakai inhibitor COX-2 selektif yang aman
bagi penderita tukak lambung dan juga disarankan penambahan PPI untuk
mengobati tukak lambung akibat pemakaian efek samping dari obat NSID.
46
lanjutan.....

Solusi :
Menyarankan untuk menghentikan pemakain obat dari piroxicam karena efek smping
obat yang menyebabkan nyeri perut serta pendarahan dengan ditandai feses hitam
Menelpon dokter untuk konsltasi mengenai keluhan pasien dan menyarankan dokter
memakai terapi obat osteotritis sesuai logaritma pasien geriatri yaitu inhibitor COX-2
sebagai pengganti piroxicam dan kondisi pasien serta menyarankan terapi tambahan
PPI: Lansoprazole, Omeprazole.
Pasien mengalami obesitas sehingga dianjurkan untuk menurunkan berat badannya
dengan diet, olahraga dan memperbaiki pola hidupnya.
Pasien di anjurkan untuk mengkonsumsiglukosamin dan kondroitin untuk perbaikan
struktur sendi dan mencegah kekambuhan penyakit.

47
Thanks! 😉
Any questions?

48

Anda mungkin juga menyukai