Disusun Oleh :
M. SOPIYAN, ST. MM
Sistem Pembumian (Grounding System)
Grounding system adalah suatu perangkat instalasi yang
berfungsi untuk melepaskan arus petir/listrik kedalam bumi, salah
satu kegunaannya untuk melepas muatan arus petir/listrik.
Tingkat kehandalan sebuah grounding ada di nilai konduktivitas
logam terhadap tanah yang dicapainya. Semakin konduktif tanah
terhadap benda logam, maka semakin baik, kelayakan grounding
harum mendapatkan nilai tahanan/resistansi sebesar maksimal
5 Ohm (PUIL 2000 : hal 68).
Dengan menggunakan alat ukur earth grounding
tester. Namun begitu, untuk daerah yang resistansi jenis
tanahnya sangat tinggi, resistans pembumian total seluruh
sistem boleh mencapai 10 0hm (PUIL 2000 : hal 68), Material
grounding dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga
atau kerucut tembaga, semakin luas permukaan material
grounding yang di tanam ke tanah maka resistansi akan
semakin rendah atau semakin baik.
Aspek yang mempengaruhinya, yaitu :
Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran
mudah didapatkan. Sebab sela-sela tanah mengandung cukup air bahkan
berlebih, sehingga konduktivitas tanah akan semakin baik.
Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan
sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam
dan bermineral tinggi, maka arus petir semakin mudah menghantarkan
listrik. Daerah pantai kebanyakan memenuhi ciri khas kandungan mineral
dan garam tinggi, sehingga tanah sekitar pantai akan jauh lebih mudah
untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah.
Derajat Keasaman, semakin asam (PH rendah atau PH<7) tanah,
maka arus petir/listrik semakin mudah menghantarkan. Begitu pula
sebaliknya, semakin basa (PH tinggi atau PH>7) tanah, maka arus listrik
sulit dihantarkan. Ciri tanah dengan PH tinggi : biasanya berwarna terang,
misalnya bukit kapur.
Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit
untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti
ini : air dan mineral akan mudah hanyut dan tanah mudah kering.
Grounding system atau pembumian dapat di
buat dengan 3 bentuk, diantaranya :
1. Single Grounding
Yaitu dengan menancapkan sebuah batang
logam/pasak biasanya di pasang tegak lurus masuk
kedalam tanah
2. Pararel Grounding
Bila sistem single grounding masih mendapatkan hasil kurang
baik, maka perlu di tambahkan material logam arus pelepas ke
dalam tanah yang jarak antara batang logam/material minimal 2
Meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan
batang logam/material dapat juga di tanam mendatar dengan
kedalaman tertentu, bisa mengelilingi bangunan membentuk cincin
atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa di terapkan secara
bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistansi kurang dari 5
Ohm setelah pengukuran dengan Earth Tester Ground
3. Multi Grounding System
Yaitu dengan memasukan multi grounding sistem berupa
lempengan tembaga yang diikat oleh kabel BC, serta dengan
pergantian tanah galian di titik grounding tersebut.
Bila didapati kondisi tanah yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kering atau air tanah dalam
2. Kandungan logam sedikit
3. Basah (berkapur)
4. Pasir dan Berpori (porous)
Maka penggunaan 2 cara sebelumnya akan sulit dan besar
kemungkinan gagal untuk mendapatkan resistans, maka dari itu,
teknis yang digunakan adalah dengan cara mengganti tanah
dengan tanah yang menpunyai sifat menyimpan air atau tanah
yang kandungannya mineralnya garam dapat menghantar listrik
dengan baik. Grounding rod ditancapkan pada daerah titik
logam dan di kisaran kabel penghubung antar ground rod-nya.
Tanah humus, tanah dari kotoran ternak dan tanah liat sawah
cukup memenuhi standar hatar tanah yang baik. Adapun cara
pembuatanya adalah sebagai berikut.
Cara pembuatannya adalah sebagai
berikut
Letak titik ground rod dibor dengan
lembar kisaran 2 inci (=0,0508 meter)
Kemudian, diisi dengan tanah humus
sampai penuh
Kemudian diisi air
Kemudian, ground rod dimasukkan
Parit penghubung antar ground rod yang
sudah terpasang kabel penghubung (BC)
ditimbun kembali dengan tanah humus.
Memengaruhi sistem pembumian
berdasarkan NEC Code (1987, 250-83-3)
Ada beberapa variabel yang dapat memngaruhi
performa grounding sistem pada jaringan listrik. Salah
satunya yang menjadi acuan, yaitu NEC code (1987, 250-
83-3), mensyarakan panjang elektroda grounding sistem
minimal 2,5 meter (8 kaki) dihubungkan dengan tanah.
Ada empat variabel yang mempengaruhi tahaan
grounding sistem. Adapun empat variabel tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Panjang / Kedalaman Elektroda
Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan
adalah memperdalam elektroda. Tanah titik tempat tahananya dan
tidak dapat diprediksi. Maka dari itu, ketika memasang elektroda,
elektroda berada di bawah garis beku (frosting line). Ini dilakukan
sehingga tahanan tanah tidak akan dipengaruhi oleh pembekuan
tanah di sekitarnya, secara umum menggandakan panjang
elektroda bisa mengurai tingkat tahanan 40%.
2. Diameter Elektroda
Menambah diameter elektroda berpengaruh
sangat kecil dalam menurunkan tahanan.
Misalnya, bila diameter elektroda digandakan,
maka tahanan grounding sistem hanya menurun
sebesar 10%
3. Jumlah Elektrodacra
Cara lain menurunkan tahanan tanah adalah dengan
menggunakan banyak elektroda. Dalam desain ini,
lebih dari satu elektroda yang dimasikkan ke dalam
tanah dan dihubungkan secara paralel untuk
mendapatkan tahanan yang lebih rendah. Agar
penambahan elektroda efektif, jarak batang
tambahan setidaknya harus sama dalamnya dengan batang
yang ditanam. Tanpa pengaturan jarak elektroda yang tepat,
memenuhi kebutuhan tahanan tertentu, maka dapat
menggunakan tabel tahanan grounding sistem.
Tabel sistem pembumian
Keuntungan :
Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif kecil
Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat dipermudah,
sehingga letak gangguan cepat diketahui
Sederhana dan murah dari segi pemasangan
Kerugian :setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan terputusnya
daya
arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat membahayakan makhluk
hidup didekatnya dan kerusakan peralatan listrik yang dilaluinya
Pentanahan Titik Netral Melalui
Tahanan (resistance grounding)
Pentanahan titik netral melalui tahanan (resistance grounding)
dimaksud adalah suatu sistem yang mempunyai titik netral
dihubungkan dengan tanah melalui tahanan (resistor). Pada
umumnya nilai tahanan pentanahan lebih tinggi dari pada reaktansi
sistem pada tempat dimana tahanan itu dipasang. Sebagai akibatnya
besar arus gangguan fasa ke tanah pertama-tama dibatasi oleh
tahanan itu sendiri. Dengan demikian pada tahanan itu akan timbul
rugi daya selama terjadi gangguan fasa ke tanah.
Secara umum harga tahanan yang ditetapkan pada hubung netral
adalah :
R = Ohm
dimana :
R = Tahanan ( Ohm )
Ef = Tegangan fasa ke netral
I = Arus beban penuh dalam Ampere dari transformator.
Dengan memilih harga tahanan yang tepat, arus
gangguan ketanah dapat dibatasi sehingga harganya
hampir sama bila gangguan terjadi disegala tempat
didalam sistem bila tidak terdapat titik pentanahan
lainnya. Dalam menentukan nilai tahanan
pentanahan akan menentukan besarnya arus
gangguan tanah. Besarnya tahanan pentanahan
pada sistem tenaga listrik (contohnya di PLN P3B
Jawa Bali Region Jabar), adalah sebagai berikut :
- Sistem 70 kV sebesar 62 Ohm
- Sistem 20 kV sebesar 12 Ohm atau 42 Ohm.
Transformator Pentanahan
Bila pada suatu sistem tenaga listrik tidak terdapat titik
netral, sedangkan sistem itu harus diketanahkan, maka
sistem itu dapat ditanahkan dengan menambahkan
“Transformator Pentanahan” (grounding transformer),
contoh gambar pemasangan Trafo Pentanahan seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Harga tahanan jenis tanah pada daerah kedalaman yang terbatas tergantung
dari beberapa faktor, yaitu : Jenis tanah = tanah liat, berpasir, berbatu, dll
- Lapisan tanah = berlapis-lapis dengan tahanan jenis berlainan atau uniform.
- Kelembaban tanah
- Temperatur.