Anda di halaman 1dari 37

Laporan Kasus

ASMA

Pembimbing:
dr. Soerjatmono Sp,A
Disusun Oleh :
Mohammad Lutfi Fauzan
17710161

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2018
IDENTITAS PASIEN
Nama An. Andika April ryan Ayah Ibu

Usia 10 tahun 7 bulan Nama Subagyo Umi insyaroh


Umur 42 thn 40 thn
Jenis Laki-laki
kelamin Agama islam islam
Tanggal lahir 14 april 2008 Suku jawa jawa

Agama Islam pekerjaan Penjual Tukang


sayur bangunan
Suku Jawa
Alamat Sembung, rt 002, rw
010, tunglur, badas

No. 141477
Registrasi
Tanggal MRS 13-11-2018
Anamnesis
(alloanamnesis)

Dilakukan tgl 13 nov 2018

Keluhan Utama : Sesak

Keluhan Tambahan : Pilek dan Batuk


Anamnesis
Riwayat perjalan penyakit :
Pasien MRS melalui IGD pada jam 23.00 tanggal 13/11/2018 dengan keluhan
sesak nafas sejak tadi pagi jam 08.00 (13/11/2018), sesak dirasakan semakin
memberat dari pagi hingga malam, sesak dirasaka oleh pasien seperti ditekan
benda berat, sebelum sesak timbul pasien mengeluh pilek dan bersin pada
malam hari. Sesak biasanya timbul ketika pasien dalam keadaan pasien terlalu
capek. Dalam satu minggu ini pasien kesekolah naik sepeda sendiri, yang
sebelumnya pasien selalu diantar ke sekolah., ibu pasien mengatakan anaknya
alergi debu dan dingin, ketika dibawa ke IGD mengi (+), setelah diruangan
pasien merasa membaik dan mengi berkurang. Sesak kali ini bukan yang
pertama terjadi. Ibu pasien mengatakan anaknya mulai sesak ketika umur
kurang lebih pada umur 2 tahun. Tetapi setiap sesak oleh ibunya diberi obat
teosal dan danain itu sudah cukup membaik, tetapi kali ini tidak membaik.
pada saat sesak pasien lebih senang dengan posisi duduk.
Pilek (+) dirasa pagi (13/11/2018) secret berwarna putih tidak terlalu jernih
dengan konsistensi kental, pilek dirasakan tidak memberat,
Pasien juga mengeluh adanya batuk ketika sesak timbul. Batuk dirasa ada
dahaknya tetapi dahak tidak bisa keluar.
Tidak di dapatkan keluhan lain.
Anamnesis
• Riwayat penyakit dahulu
– 4 bulan yang lalu pasien jg sesak
– Sesak sudah mulai timbul ketika pasien berusia 2 tahun dan kambuh
kambuhan

• Riwayat penyakit keluarga


– Ibu pasien mengatakan ada riwayat alergi debu dan air dingin.

• Riwayat kebiasaan sekitar


– Ayah pasien merupakan perokok aktif, dan tinggal satu rumah
dengan pasien

• Riwayat pengobatan
– Sebelum ke IGD RSUD Kediri, pasien dibawa oleh keluarga diberi
teosal dan danain tetapi tidak membaik untuk kali ini. Ibu pasien tau
obat dari dokter waktu pertama periksa waktu pasien umur 2 tahun.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
• Riwayat kehamilan: ibu mengatakan tidak pernah ada
masalah saat kehamilan, mengkonsumsi obat hanya dari
dokter saat kontrol kehamilan.

• Riwayat kelahiran :
– Umur kelahiran 39 minggu
– Penolong : Bidan
– Berat lahir 2,8 kg, panjang badan 50cm
– Lama kelahiran 15 mnt setelah kala 2
– Langsung nangis ketika lahir
– Sianosis tidak ada
– Warna kulit merah
Riwayat Tumbuh Kembang

• Pertumbuhan gigi : 5 bln


• Motorik :
– Tengkurap 6 bln
– Merangkak 7 bln
– Duduk 8 bln
– Berjalan 11 bulan
– Ngoceh 2 tahun
Riwayat Imunisasi

Waktu Pemberian
imunisasi Bulan Tahun
0 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 10
Hepatitis B 1 2 3
Polio 0 1 2 3 4 5
BCG 1
DPT 1 2 3 4 5 6
Campak 1 2 3
Riwayat makanan

• ASI : 2 tahun penuh


• Makanan padat : 2 tahun
• Nafsu makan : makan susah
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum Cukup
Kesadaran Kompos mentis
Berat badan 28 kg
Tinggi badan 133cm
Status gizi BB/U = 28/33 x 100% = 84,9%
= (Normal)
TB/U = 133/138 x 100% = 96,4%
= (Normal)
IMT/U = 28kg/1,33 m2 = 15,8 (kurus)
*Penilaian status gizi menggunakan
Kurva CDC

Tanda vital Nadi :98x/mnt


Suhu :36,7
RR : 30x/mnt
Pemeriksaan fisik

Kepala Bentuk : normocephali


Rambut : hitam, rata, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak pucat, ikterik (-)
Telinga : Normotia, serumen (-)
Hidung : pernafasan cuping hidung (-), sekret (+) bening
Bibir : sianosis (-), kering (-)
Lidah : tidak kotor
Faring : Hiperemi (-)
Leher Tidak terdapat pembesaran KGB
Pemeriksaan fisik
Thorak Inspeksi Dinding thoraks : retraksi costae (-)
Paru Inspeksi : gerak nafas simetris (+)
Palpasi : gerak nafas simetris (+)
Auskultasi : ves/ves -/- ronkhi -/- wheezing +/+
Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : S1 S2 Tunggal Reguler Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen Inspeksi flat
Auskultasi bising usus (+)
Palpasi soefl (+) distended (-) bising usus (+)
Perkusi timpani (+)
Ekstremitas Atas teraba hangat (+) kemerahan (+) deformitas (-) oedem (-)
CRT <2”
Bawah teraba hangat (+) kemerahan (+) deformitas (-) oedem (-)
Tampakan Ikterik (-) sianosis (-) turgor baik (+)
kulit
• DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
• Asma Bronkiale
• Bronkitis
• Bronkopneumonia
• Pneumonia
Foto Polos Thorak
Foto Thorak AP

• Cor : Besar dan bentuk normal


• Pulmo : tampak patchyinfiltrat di
parahiler dan paracardial kanan
kiri, broncovaskuler patern
prominen, dengan penebalan
hilus kanan dan kiri, terlihat
gambaran emfisematus pada
pulmo kanan kiri.
• Sinus frenicocostalis kanan dan
kiri tajam
• Trakea ditengah
• Tulang dan soft tissue tampak
baik
• Tak tampak massa
Laboratorium darah lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Hemoglobin 13,1 13-18 g/dl
Leukosit 11,8 4,3-10,3
Trombosit 325 150-450
Hematokrit 37 45-50 %
lymfosit 30,5 15-45 %
Neutrophil 59,2 43,7-77,1 %
MXD 10,3 0,1-1,6 %
• DIAGNOSIS
Asma bronkiale eksaserbasi akut
Penatalaksanaan terapi
• Ka En 3b 12 tpm
• Nebul combivent 3x1 resp
• O2 nasal 3lt/mnt
• Gentamicin 3x80mg
• Amoxicillin 3x500mg
• Antrain 3x400mg
• Ranitidin 2x30mg
• Dexametason 3x4mg
RESUME
Pasien MRS melalui IGD pada tanggal 13/11/2018 dengan
keluhan sesak nafas sejak pagi , sesak dirasakan semakin memberat,
sebelum sesak timbul pasien mengeluh pilek dan bersin pada malam
hari. Sesak biasanya timbul ketika pasien dalam keadaan terlalu
capek. Pasien alergi debu dan dingin. mengi (+), setelah diruangan
pasien merasa membaik dan mengi berkurang. Sesak kali ini bukan
yang pertama terjadi. Ibu pasien mengatakan anaknya mempunyai
riwayat sesak, mulai sesak ketika umur kurang lebih pada umur 2
tahun. Pilek jernih (+). Batuk ketika sesak (+). Demam (-), nyeri telan (-
). Keluarga tidak ada yang seperti ini tetapi ibu pasien mempunyai
alergi dingin dan debu. Pada lingkungan ayah merupakan perokok aktif
di rumah. Pada pemeriksaan laboratorium leukosit sedikit meningkat
yaitu 11,8x103/ml. pada pemeriksaan radiologi didapatkan patchy
infiltrate dan didaerah suprahiler dextra sinistra terlihat gambaran
emfisematus yang kesimpulannya bronkopneumoni
Follow up pasien
ASMA BRONKIALE
Asma Bronkiale
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran
pernafasan yang menyebabkan terjadinya
hipereaktivitas bronkus sehingga terjadi trias asma
yaitu : 1) edema mukosa, 2) bronkokontriksi, 3)
peningkatan sekresi, yang ketiganya mengakibatkan
gejala episodik seperti sesak nafas, batuk dan
mengi biasanya di malam hari akibat obstruksi
saluran nafas yang luas, bervariasi dan bersifat
reversible dengan atau tanpa pengobatan.
Epidemiologi
Di Indonesia, berdasarkan Menurut WHO (World Health
Riset Kesehatan Dasar Organization) tahun 2011, 235 juta
(RISKESDAS) tahun 2013 orang di seluruh dunia menderita
didapatkan hasil prevalensi asma dengan angka kematian
nasional untuk penyakit lebih dari 8% di negara-negara
asma pada semua umur berkembang yang sebenarnya
adalah 4,5 % . dapat dicegah

National Center for Health Statistics


(NCHS) pada tahun 2011,
mengatakan bahwa prevalensi asma
menurut usia sebesar 9,5% pada
anak dan 8,2% pada dewasa,
sedangkan menurut jenis kelamin
7,2% laki-laki dan 9,7% perempuan.
Faktor Pencetus
Diduga, ada beberapa faktor pencetus yaitu faktor
Ekstrinsik, terdiri dari reaksi antigen antibodi dan alergen
(debu, serbuk – serbuk, bulu – bulu binatang) dan faktor
Intrinsik, yang meliputi :
(1). Infeksi berupa Influenza virus, pnemonia,
mycoplasma,
(2). Fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur),
(3). Iritan : Kimia, polusi udara (CO, asap rokok,
parfum/ minyak wangi),
(4). Emosional termasuk rasa takut, cemas dan
tegang dan aktivitas yang berlebihan juga dapat
menjadi faktor
Klasifikasi
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa
serangan dan asma saat serangan (akut) :
1. Asma saat tanpa serangan
Pada orang dewasa, asma saat tanpa
atau diluar serangan, terdiri dari:
1) Intermitten;
2) Persisten ringan;
3) Persisten sedang; dan
4) Persisten berat
Derajat Gejala Gejala Malam Faal Paru
Intermiten Bulanan ≤2 kali sebulan APE ≥80%
Gejala <1x/minggu - VEP1 ≥80%
tanpa gejala diluar nilai prediksi
serangan APE ≥80%
Serangan singkat nilai terbaik
- Variabiliti
APE <20%
Persisten ringan Mingguan >2 kali sebulan APE > 80%
Gejala<1x/minggu
- VEP1 ≥80%
tetapi <1x/hari
nilai prediksi
Serangan dapat
APE ≥80%
menganggu aktivitas
nilai terbaik
dan tidur
- -Variabiliti
APE 20-30%
Persisten sedang Harian >2 kali sebulan APE 60-80%
Gejala setiap hari. - VEP1 60-80%
Serangan nilai prediksi
mengganggu APE 60-80%
aktivitas dan tidur. nilai terbaik
Bronkodilator setiap - Variabiliti
hari. APE >30%
Persisten berat Kontinyu Sering APE ≤60%
Gejala terus menerus - VEP1 ≤60%
Sering kambuh nilai prediksi
Aktivitas fisik APE ≤60%
terbatas nilai terbaik
- Variabiliti
APE >30%
2. Asma saat serangan
Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi
serangan dan obat yang digunakan sehari-hari, asma juga
dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya serangan. Global
Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat
serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji
fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat
serangan menentukan terapi yang akan diterapkan.
Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma
serangan sedang dan asma serangan berat. Perlu
dibedakan antara asma (aspek kronik) dengan serangan
asma (aspek akut). Sebagai contoh: seorang pasien asma
persisten berat dapat mengalami serangan ringan saja,
tetapi ada kemungkinan pada pasien yang tergolong
episodik jarang mengalami serangan asma berat, bahkan
serangan ancaman henti napas yang dapat menyebabkan
kematian.
Patogenesis
Asma merupakan inflamasi kronik saluran
napas dan disebabkan oleh hiperreaktivitas saluran
napas yang melibatkan beberapa sel inflamasi
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T,
makrofag, neutrofil dan sel epitel yang
menyebabkan pelepasan mediator seperti histamin
dan leukotrien yang dapat mengaktivasi target
saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi,
kebocoran mikrovaskular, edema dan hipersekresi
mukus.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang.
• Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala
berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Faktor – faktor yang
mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat
alergi.
• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat
obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat,
frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat,
ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi.
• Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil,
spiral Cursshman, kristal Charcot Leyden).

• Pemeriksaan penunjang :
Spirometer
Peak flow meter
Rontgen Thoraks
Pemeriksaan IgE
Pertanda Inflamasi
Uji Hiperreaktivitas Bronkus
Penatalaksanaan
• Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar
penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Pengobatan non-medikamentosa
Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan
mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas
pengontrol dan pelega.
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Medikasi Alternatif / Pilihan lain Alternatif lain
Asma pengontrol
harian
Asma Tidak perlu -------- -------
Intermiten
Asma Glukokortikoste  Teofilin lepas lambat ------
Persisten roid inhalasi  Kromolin
Ringan (200-400 ug  Leukotriene modifiers
BD/hari atau
ekivalennya)
Asma Kombinasi  Glukokortikosteroid inhalasi  Ditambah
Persisten inhalasi (400-800 ug BD atau agonis beta-2
Sedang glukokortikoster ekivalennya) ditambah kerja lama
oid Teofilin lepas lambat ,atau oral, atau
(400-800 ug  Glukokortikosteroid inhalasi  Ditambah
BD/hari atau (400-800 ug BD atau teofilin lepas
ekivalennya) ekivalennya) ditambah agonis lambat
dan beta-2 kerja lama oral, atau
agonis beta-2  Glukokortikosteroid inhalasi
kerja lama dosis tinggi (>800 ug BD atau
ekivalennya) atau
 Glukokortikosteroid inhalasi
(400-800 ug BD atau
ekivalennya) ditambah
leukotriene modifiers
Asma Kombinasi Prednisolon/ metilprednisolon oral
Persisten inhalasi selang sehari 10 mg
Berat glukokortikoster ditambah agonis beta-2 kerja lama
oid (> 800 ug oral, ditambah teofilin lepas lambat
BD atau
ekivalennya)
Komplikasi

1. Status Asmatikus
2. Ateletaksis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai