Anda di halaman 1dari 122

PENYAKIT INFEKSI VIRUS

title style

Husnia Auliyatul Umma


auliyahusnia@gmail.com
PENYAKIT INFEKSI VIRUS
 Infeksi Virus Dengue
 Demam Cikungunya
 Eksantema Subitum
 Rubella
 Varisela
 Campak
 Parotitis Epidemika
 Rabies
Infeksi Virus Dengue
(Demam dengue/
Demam Berdarah Dengue)
5 PENDAHULUAN
• Infeksi virus dengue merupakan infeksi virus RNA,
genus Flavivirus dari famili flaviviridae.
• Memiliki 4 serotipe : DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan
DENV-4.

Penularan virus dengue :


vektor nyamuk Stegomiya
aegipty (Aedes aegipty)
Rerata kasus DF/DHF
tahunan (WHO)
Penelitian di Indonesia

KaKaryanti dkk,2014
8

KaKaryanti dkk,2014
Transmisi Virus dengue

1. Biotik
- Virus
- Vektor
- Host

2. Abiotik :
- Temperatur
- Kelembaban
- Curah hujan
Vektor dengue

1. Aedes (Stegomyia) aegypti (Ae. aegypti)


• a cosmotropical species
• Menggigit lebih dari 1 host untuk mencukupi
kebutuhan sekali makan
• Membutuhkan lebih dari 1 kali makan untuk
menyelesaikan 1 kali siklus gonotropik
2. Aedes (Stegomyia) albopictus (Ae.
albopictus)
- Liar, pinggiran kota
- >< Ae. aegypti
Mosquito
life cycle

www.cdc.gov/dengue
HOST

 Viremia terjadi 2 hari sebelum demam


sampai 5-7 hari setelah onset demam

 Kerentanan ~ status imunitas dan


predisposisi genetik
Manifestasi infeksi virus dengue (WHO 2011)
Patofisiologi Demam Berdarah
16
Dengue
Perjalanan penyakit infeksi
dengue
18
Kriteria diagnosis klinis DB
1. Demam 2-7 hari, timbul mendadak tinggi, terus
menerus, bifasik
2. Manifestasi perdarahan baik spontan berupa petekie,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena
dan atau hematemesis, maupun uji torniquet positif
3. Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
4. Dijumpai adanya kasus DBD pada lingkungan
5. Leukopenia <4000/mm3
6. Trombositopenia<100.000/mm3
Diagnosis ditegakkan apabila ditemukan demam
ditambah ≥ 2 tanda dan gejala lain, tanpa adanya
tanda perembesan plasma
Kriteria diagnosis klinis DBD :
1. Demam tinggi 2-7 hari yang timbul mendadak, terus menerus
2. Manifestasi perdarahan baik spontan maupun dengan uji torniquet
yang positif
3. Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
4. Hepatomegali
5. Terdapat kasus demam berdarah dengue pada lingkungan
6. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi, hipotensi, dingin pada ekstremitas, pasien tampak gelisah
7.Terdapat tanda kebocoran plasma berupa, peningkatan nilai
hematokrit >20%, dari pemeriksaan awal atau data populasi sesuai
usia, ditemukan efusi pleura, asites, hipoalbuminemia,
Diagnosis DBD ;
hipoproteinemia
Demam ditambah ≥2 manifestasi klinis,
8. Trombositopenia <100.000/mm 3
ditambah trombositopenia dan peningkatan
hematokrit ≥20% atau bukti perembesan
plasma.
DBD Derajat I Demam dengan Trombositopeni
manifestasi a <100.000/µl
perdarahan (RL Kenaikan HcT ≥
+) dan adanya 20%
plasma leakage

DBD Derajat II Derajat I +


perdarahan
spontan

DBD Derajat III Derajat II +


kegagalan
sirkulasi
(hipotensi,
pulsasi lemah)
DBD Derajat IV Derajat III
+profound syok
(TD dan nadi
tidak teraba)
Skrining Tersangka Infeksi Dengue
Tersangka infeksi dengue
Demam 2-7 hari mendadak tinggi kontinu, nyeri kepala, mialgia,
artralgia, nyeri retroorbita, perdarahan (spontan/RL (+)), leukosit
<4000/µl, kasus DBD di lingkungan

Umum Menolak makan dan minum; muntah persisten


Warning sign DBD Nyeri perut hebat, hepatomegali dengan nyeri
tekan, letargi, gelisah, akumulasi cairan, demam
turun tetapi keadaan anak memburuk,
perdarahan mukosa, oliguria,peningkatan
hematokrit dengan penurunan cepat trombosit,
hematokrit awal tinggi,
Tanda dan gejala Terkompensasi dan dekompensasi
syok
Tanda dan gejala Ensefalitis-ensefalopati, perdarahan hebat,
keterlibatan gangguan jantung, gagal jantung, keterlibatan
organ ginjal
Indikasi sosial Rumah jauh, tidak ada orang tua atau wali yang
dapat diandalkan untuk perawatan di rumah
Tidak Ya

Rawat jalan
Nasehat kepada orang tua

Rawat inap:
- Demam dengue
- Demam berdarah
dengue
Apakah Ya
- Sindrom syok
terdapat dengue
Warning
- Expanded dengue
Signs??
syndrome
23 EDUKASI DI RUMAH

1. Anak harus istirahat


2. Cukup minum, ditandai dengan frekuensi buang
air kecil tiap 4-6 jam
3. Apabila demam >38oC dapat diberikan
parasetamol dengan dosis 10 mg/kgBB/kali, dapat
diberikan dengan interval 4-6 jam. Hindari
pemberian aspirin/antiinflamasi non
steroid/ibuprofen. Berikan kompres hangat
24

4. Harus kembali berobat setiap hari dan dinilai


oleh petugas kesehatan sampai masa kritis
terlewati, berupa : pola demam, jumlah
cairan yang masuk dan keluar, tanda
perembesan plasma dan perdarahan,
pemeriksaan darah perifer lengkap.

5. Pasien harus dibawa ke rumah sakit apabila


ditemukan satu atau lebih kondisi warning
sign
25
TATALAKSANA PASIEN DBD
RAWAT INAP
Simtomatik
TATALAKSANA SINDROM SYOK DENGUE
 Syok terkompensasi
Beri O2 2-4 liter permenit
Periksa Ht
Kristaloid 10-20 ml/kgBB dalam 60 menit

Ya Syok teratasi Tidak

Periksa : Ht, gas darah,


IVFD 10 ml/kgBB 1-2 perdarahan, Ca, perdarahan
jam (ABCS), Koreksi

Hct meningkat Hct menurun


TV stabil, turunkan
IVFD bertahap : 7,5,3
dan 1,5 ml/kgBB/jam Bolus kedua
Perdarahan
kristaloid/koloid 10-20
ml/kgBB 10-20 menit
Tidak
Stop IVFD Bila tidak teratasi koloid jelas
10-20 ml/kgBB 10-20
menit, jika syok Tranfusi darah
menetap dianjurkan
 Syok Dekompensasi

Beri O2 2-4 liter permenit


Kristaloid dan atau koloid 10-20 ml/kgBB dalam 10-20
menit
Periksa ABCS : Hct, AGD, gula darah, Ca

Ya Syok teratasi Tidak

Koreksi segera asidosis,


IVFD 10 ml/kgBB 1-2 hipoglikemia, hipokalsemia. Nilai
jam hematokrit

Hct meningkat Hct menurun


TV stabil, turunkan IVFD
bertahap Bolus kedua
kristaloid/koloid 10-20 Perdarahan
ml/kgBB 10-20 menit
Tidak
Stop IVFD jelas
Bila tidak teratasi koloid
10-20 ml/kgBB 10-20
menit. Bila syok Tranfusi darah
menetap pertimbangkan
tranfusi darah
Manifestasi infeksi virus dengue (WHO 2011)
EXPANDED DENGUE
SYNDROME
 Berupa keterlibatan (misalnya hati,
ginjal, jantung dan otak) yang
berhubungan dengan infeksi dengue
baik disertai dengan plasma leakage
maupun tidak
 Jarang terjadi, kebanyakan akibat :
 Kondisi syok berkepanjangan berlanjut
menjadi gagal organ
 Kondisi komorbid atau koinfeksi
Demam
Cikungunya
CDC 2016
 Infeksi akibat virus cikungunya
(CHIKV)
 Single-stranded RNA
 Genus Alphaviruses, famili
Togaviridae
 Vektor : Aedes aegypti atau
Aedes albopictus
 1953 : Istilah “Chikungunya” dari
bahasa suku Swahili Tanzania =
“Orang yang jalannya membungkuk
dan menekuk lututnya”,
 1973 : Di Indonesia KLB penyakit
Chikungunya pertama kali terjadi di
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur
dan di DKI Jakarta,
PATOFISOLOGI

 Patofisiologi masih belum jelas


 Merangsang pembentukan interferon
alfa, IL 4, IL 10, interferon gamma
 Melibatkan CD 8 dan CD 4 limfopenia
Manifestasi Klinis
 Demam mendadak >38oC, bifasik
 Nyeri sendi : ringan (arthralgia) - berat
menyerupai artritis rheumathoid
 Myalgia
 Nyeri retroorbita
 Bercak kemerahan (rash) pada kulit
 Jarang terjadi manifestasi perdarahan
 Pada anak gejala dapat asimotomatis
 Kejang : akibat demam
DD versus CHIKV versus DBD
Gejala klinis Demam Dengue Chikungunya DBD
Demam ++ ++ ++
Nyeri kepala ++ +++ ++
Mialgia/ artralgia ++ +++ ++
Ruam + ++ ++
Perdarahan + - +++
Nyeri tenggorokan ++ + ++
Batuk ++ + ++
Mual/muntah ++ + ++
Diare ++ + ++
Nyeri perut ++ + ++
Anoreksia +++ + +++
Jumlah leukosit rendah normal rendah
Hematokrit meningkat normal meningkat
Trombositopenia + tidak ada/kadang ++

Transaminase + tidak +++


meningkat
Diagnosis laboratorium
 Isolasi virus
 Terdeteksinya RNA virus dengan RT-
PCR
 Terdeteksinya antibodi IgM spesifik
virus Chik pada sampel serum
 Peningkatan 4 kali lipat titer IgG pada
pasangan sampel yang diambil pada
fase akut dan fase konvalesen (interval
sekurang-kurangnya 2-3 minggu)
Penggolongan Kasus

 Kasus tersangka : penderita


dengan gejala klinis
 Kasus probable : gejala klinis dan
temuan epidemiologi
 Kasus Konfirm : kriteria
laboratorium
TERAPI

Pada fase akut : Suportif dan Simtomatik


 Tirah baring
 Cairan adekuat
 Antipiretik
 Kompres hangat
 Analgesik
 Anti kejang : bila terjadi kejang
PROGNOSIS

 Baik, tidak menyebabkan kematian


 Kadang dapat menyebabkan
komplikasi serius pada orang lanjut
usia, bayi atau orang dengan kondisi
medis tertentu
 Gejala sisa arthalgia sembuh
sempurna pada 87,8%
 Kekebalan seumur hidup
ROSEOLA INFANTUM
(eksantema subitum)
DESKRIPSI RUAM PADA KULIT
EPIDEMIOLOGI ROSEOLA INFANTUM

 Penyakit virus pada bayi dan anak kecil yang


bersifat akut, disebabkan oleh human herpes
virus 6 dan 7 (HHV-6 dan 7)
 Laki laki=perempuan
 Sebagian besar terjadi pada usia 6-18 bulan
PATOFISOLOGI

 Penularan melalui droplet


 Droplet  Saluran napas kelenjar
limfe regional ke seluruh tubuh
Manifestasi Klinis

 Inkubasi 7-17 hari


 Demam mendadak tinggi, berlangsung 3-6
hari
 Dapat terjadi limfadenopati servikal,
oksipital pada 3 hari pertama disertai
eksantema pada palatum molle dan uvula
 Setelah panas turun, timbul ruam pada
tubuh menyebar ke leher, wajah dan
ekstremitas
 Ruam berbentuk morbiliformis,
makular diameter 1-3 mm
 Dapat disertai gejala otitis media,
infeksi saluran napas atas dan
gastrointestinal
Diagnosis
 Manifestasi klinis
 Demam menurun pada hari ke 3-4
kemudian timbul erupsi makula dan
makulopapular di seluruh tubuh
 Kemudian ruam menghilang, jarang
menetap selama 24 jam
 Jarang menimbulkan deskuamasi dan
pigmentasi
Pemeriksaan penunjang :
 Leukositosis (16.000-20000/mm3) pada
24-36 jam pertama kemudian pada hari
ke 2 timbul leukopenia (3000-5000/mm3)
 Ig M antibodi
 PCR
Tatalaksana

 Simtomatik
 Antipiretik
 Cairan adekuat

 Sembuh spontan
PROGNOSIS

 Ad Bonam
CAMPAK
(MEASLES, MORBILI)
 Disebabkan oleh virus campak
golongan paramyxovirus
 Angka kejadian meningkat
akibat penurunan cakupan
imunisasi
 Manusia = hospes satu satunya
Manifestasi klinis

 Inkubasi : 10-12 hari


 3 Stadium :
1. Stadium prodromal :
• Ringan 3-5 hari, tp pada
akhir stadium dapat demam
tinggi.
• Tanda 3 C (coryza, cough,
conjunctivitis)
• Koplik spot pada 1-2 hari
sebelum& sesudah timbul
ruam
2. Stadium Erupsi :
 Akhir stadium prodromal, terjadi ↑ suhu,
timbul ruam makuloeritematosus, dimulai
belakang telinga  menyebar ke badan,
lengan, tungkai.
 Dalam 3 hari sudah menyebar di seluruh tubuh
 Panas masih tetap tinggi selama 2-3 hari
sesudah ruam timbul.
 Bila tidak ada penyulit, penderita masuk ke
fase konvalesen
3. Stadium Konvalesen
Demam mulai turun.
Ruam meninggalkan bekas hiperpigmentasi
yang bertahan 7-14 hari
 Penularan secara droplet melalui udara
sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala sampai
4 hari setelah muncul ruam

 Droplet limfatik lokalkel getah bening


regionalproliferasi penyebaran ke
jaringan RES
Pemeriksaan penunjang

 Leukopenia dan limfopenia


 Ig M, 3 hari setelah timbul ruam
 Deteksi antigen : PCR, Fluorescent antibody staining

Diagnosis
 Secara klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik)
 Serologis
 Kultur
Penyulit
 Superinfeksi
 Leukositosis
 Dapat karena virulensi virus atau karena
daya tahan tubuh rendah
 OMA
 Pneumonia
 Miokarditis
 Ensefalitis
 Ulkus kornea
TERAPI

 Suportif
 Cukup cairan
 Diet cukup kalori
 Suplementasi
 Antibiotik bila ada sekunder infeksi
 Vitamin A
PROGNOSIS

 Baik, apabila tanpa penyulit


 Bila terjadi ensefalitis, angka kematian
30-40%
VARISELA
 =chickenpox / cacar air
 Infeksi oleh virus Herpes varicella atau
varicella virus zoster, famili
herpesviridae
 Sangat menular
Epidemiologi

 Biasanya terjadi pada musim


peralihan
 Dapat menyerang semua umur,
terbanyak 5-9 tahun
Patofisiologi

Menyebar Replikasi
Ke KGB
melalui virus di
dan
saluran saluran
darah
napas atas napas atas
(viremia
primer)

Berkemba
Menyebar
Ke ng biak di
melalui
seluruh RES
pembuluh
tubuh
darah (viremia
sekunder)
Manifestasi Klinis
 Inkubasi 14-15 hari
 Prodromal :
• Ruam disertai demam tidak tinggi,
• Pada anak lebih besar dan dewasa
didahului oleh demam 2-3 hari
sebelumnya
• Menggigil, malaise, nyeri kepala,
anoreksia, nyeri punggung, batuk dan
nyeri tenggorok
 Stadium Erupsi :
Ruam muncul di kepala dan muka ke
seluruh tubuh dan ekstremitas terutama
 Gambaran lesi : vesikel superfisial,
dinding tipis, terlihat seperti tetesan
air, gatal
 Cairan vesikel semua jernih  keruh
 Lesi kemudian mengering dimulai
bagian tengah dan akhirnya berbentuk
krusta yang lepas dama waktu 1-3
minggu.
 Vesikel dapat timbul di seluruh mukosa
Gambaran lesi pada varisela
Penyulit

 Jarang menimbulkan penyulit serius


 Kematian pada neonatus 30%, akibat
infeksi sekunder
 Pneumonia, arthritis, osteomielitis,
sepsis, infeksi SSP : pada dewasa
Diagnosis

 Manifestasi klinis
 Riwayat kontak penderita 2-3 minggu
sebelumnya
 Laboratorium : leukopenia pada 3 hari
pertama, diikuti leukositosis
 Pemeriksaan isolasi virus, PCR, ELISA
TERAPI

 Pada anak tanpa penyulit, terapi


simtomatik
 Lesi kulit dapat diberi lotio calamine
 Gatal : kompres dingin, antihistamin
 Antibiotik bila terdapat infeksi
sekunder
PROGNOSIS

 Baik bila tanpa penyulit


MONONUKLEOSIS
INFEKSIOSA
ETIOLOGI

 Merupakan penyakit disebabkan oleh


Epstein Barr virus
 Famili Herpesviridae
EPIDEMIOLOGI

 80-100% terjadi pada anak, di negara


berkembang/ tingkat sosioekonomi
lemah
 Di negara maju /sosioekonomi baik :
usia 10-30 tahun
PATOGENESIS

 Inkubasi 2-7 minggu


 Penularan melalui saliva saluran
napas sel limfosit B mempengaruhi
sifat genetik sel proliferasi
 Pada manusia dengan imun yang
rendah, limfosit B yang mengandung
virus akan berprolifersi dengan cepat
MANIFESTASI KLINIS
 Bervariasi
 Anak :
• Asimtomatik
• Gejala ringan dan tidak spesifik : infx saluran
napas
• Tonsilofaringitis atau demam yang
berlangsung lama dengan atau tanpa
limfadenopati

 Sbagian besar kasus : trias gejala sakit


tenggorokan, demam, dan limfadenopati
(mononuleosis infeksiosa klasik)
Mononukleosis infeksiosa
klasik
 Gejala klinis utama : demam, sakit
tenggorokan, malaise, tonsilofaringitis dan
limfadenopati
 Demam 4 hari sampai 2-3 minggu
 Anak kecil lebih jarang terjadi demam
 Tonsilofaringitis umumnya bersifat eksudatif
7-10 hari
 1/3 pasien timbul petekie pada palatum
 Limfadenopati 1-4 cm, tidak nyeri,
permukaan kulit sedikit/ tidak kemerahan,
terutama di servikal is posterior
 50% Hepatosplenomegali
pada minggu ke 2-4
 1/3 kasus Edema kelopak
mata dan pipi bagian atas
 10-40% Ruam
makulopapular
 Nyeri abdomen

Manifestasi atipikal :
Gejala klinis berat berupa
keterlibatan organ yang lebih
menonjol.
Laboratorium
 Anemia hemolitik
 Anemia aplastik
 Trombositopenia
 Netropenia
 Agranulositosis
 Leukopenia
 Leukosiitosis dominasi monosit dan
limfosit  limfositosis absolut
 Banyak limfosit atipik (>10% dari
jumlah limfosit)
DIAGNOSIS

 Gambaran klinis
 Laboratorium darah :
 Uji antibodi aglutinasi heterofil positif
 Uji antibodi spesifik EBV
TATALAKSANA
Pengobatan bersifat suportif dan
simtomatik
 Istirahat cukup
 Cairan adekuat
 Antipiretik
 Kortikosteroid : kasus berat (penyulit
hematologi, neurologi, kardiologik,
tanda obstruksi jalan napas)
 Antibiotik bila curiga superinfeksi
PROGNOSIS

 Umumnya baik
 Tergantung berat ringannya penyakit
 Tanpa penyulit : penyembuhan
beberapa hari smpai 3-4 minggu
RUBELLA
ETIOLOGI

= Campak jerman
 Infeksi yang disebabkan oleh virus RNA
genus Rubivirus, famili Togaviridae
PATOGENESIS

 Penularan melalui droplet dan melalui


plasenta
 Penularan sejak 7 hari sebelum sampai
5 hari sesudah timbul ruam
 Droplet  Epitel saluran napas
viremia primer RES Viremia
sekunder
MANIFESTASI KLINIS
 Masa inkubasi 14-21 hari
 Stadium Prodromal
• Anak : asimtomatis
• Remaja dan dewasa muda : demam ringan,
sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan
pada konjungtiva, rinitis, batuk,
limfadenopati
• Pada dewasa : gejala menetap lebih lama
dan berat
• Pembesaran kelenjar limfe daerah
suboksipital, post aurikuler dan servikal
disertai nyeri tekan, berlangsung 5-8 hari
 Stadium Eksantema
• Dimulai dari belakang telinga/pada
muka kraniokaudal
• Makula morbiliformis
• Hari ke 2 eksantema dimuka
menghilang, diikuti hari ke 3 di
tubuh, hari ke 4 anggota gerak
• Jarang terjadi deskuamasi post
eksantema
• 25-50% tidak terjadi eksantema
PENYULIT

 Jarang terjadi pada anak


 Penyulit dapat berupa artritis,
ensefalitis, gangguan perdarahan
 Pada dewasa muda : artritis, artralgia
yang dapat hilang dalam 1 bulan
 Penyulit pada penderita dg
kehamilan Sindrom rubella
kongenital
LABORATORIUM

 Perubahan hematologi hanya sedikit


membantu diagnosis
 Leukopeni/leukositosis
 Limfositosis relatif
 Penurunan trombosit ringan
DIAGNOSIS

 Tidak ada tanda patognomonik


 Riwayat kontak dengan penderita
Rubella
 Anamnesis dan pemeriksaan fisik
 Laboratorium : pemeriksaan serologi
PROGNOSIS

 Umumnya baik
 Pada ibu hamil dapat terjadi kecacatan
pada janin Sindrom rubella
kongenital
RABIES
Definisi

Penyakit radang
susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh
virus rhabdovirus

 Penularan secara
zoonosis :
Gigitan binatang yang
menderita rabies
Penularan

 Penularan utama
melalui kelenjar ludah,
dengan jumlah virus
bervariasi
 Pejamu alami : satwa
liar/ hewan peliharaan
 Anjing  sumber infeksi
kasus rabies pada
manusia
Patogenesis
 Belum
diketahui pasti
Manifestasi Klinis

 Inkubasi lama~ slow virus, terpendek 10


hari 6 tahun
 Inkubasi ~ letak gigitan, kedalaman luka,
jumlah virus
Fase awal

 Demam Gejala neurologis awal:


 Sakit kepala • Perubahan
kepribadian
 Malaise
• Gangguan kognisi
 Gejala traktus • Parestesi
gastrointestinal

4 -10 hari
Fase Neurologis
1. Mengamuk/ensefalitik : 2. Paralitik : ascending
hiperaktif, paralysis,
memberontak, kaku
menyerupai
kuduk, nyeri telan,
spasme laring polineuropati
Kerusakan neuron motor
inflamasi akut
inhibitor inspirasi– Kesadaran normal
spasme inspirasi
Hidofobia, aerofobia

2-10 hari
DIAGNOSIS

 Belum ada metode yang dapat


mengidentifikasi gejala muncul
TATALAKSANA dan PENCEGAHAN
 Membersihkan luka dengan sabun dan air
mengalir selam 10-15 menit, beri antispetik
(alkohol 40-70%)
 Kenali hewan yang menderita gejala rabies
 Serum anti Rabies (SAR) 40 IU/kgBB atau Human
Rabies Immune Globulin (HRIG) 20IU/kgBB
 Vaksin Rabies
 Imunisasi pada pasien yang kontak erat

Belum ada obat yang efektif


menyembuhkan rabies
MUMPS
(PAROTITIS EPIDEMIKA)
ETIOLOGI

 Infeksi akut yang disebabkan oleh virus


mumps,
 Famili paramyxoviridae,
 Genus rubulavirus
Patofisiologi

Menyebar Replikasi
melalui virus di
saluran saluran
napas napas atas Ke KGB

Kelenjar
parotis,
Ovarium/testis Viremia
Pankreas,
Tiroid, Target
Ginjal, organ
jantung, otak
Manifestasi klinis
 Inkubasi 14-24 hari
 Prodromal :
• Lesu,
• Nyeri otot daerah leher,
• Sakit kepala,
• Anoreksia,
• Demam
 Pembesaran kelenjar
parotis serta kelenjar
ludah lain bilateral atau
unilateral
 Nyeri telinga, diperberat saat
mengunyah makanan
 Pembesaran kelenjar, max 1-3 hari
 Demam turun 1- 6hari sebelum
pembengkakan kelenjar menghilang
 Pembengkakan kelenjar hilang dalam
3-7 hari
 Gejala dapat bervariasi, tergantung
organ target
Diagnosis

 Berdasarkan manifestasi klinis


 Kesulitan diagnosis terutama bila
kelenjar parotis tidak terlibat
 Pemeriksaan laboratorium :
Leukopenia, limfositosis relatif,
peningkatan CRP, tes serologi, isolasi
virus, PCR
Komplikasi

 Tuli
 Komplikasi paska ensefalitis
 Diabetes mellitus
 Miokarditis
 Tiroiditis
TERAPI

 Dapat sembuh sendiri


 Terapi suportif dan simtomatis
PROGNOSIS

 Umumnya baik, kecuali apabila ada


penyulit
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai