Anda di halaman 1dari 27

KEJADIAN HELMINTIASIS PADA TERNAK

SAPI DI KABUPATEN MOJOKERTO


PADA TAHUN 2013-2017

Oleh : Chaerul Umam


Ayuningtyas
Resty Chandra
Filadelvia
Gaguk Setyo
PENDAHULUAN

Salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi rendahnya


produktifitas ternak adalah peternak sering mengabaikan kontrol
terhadap infeksi penyakit cacing. Hal ini disebabkan karena penyakit
cacing berdampak pelan dengan kerugian yang tidak langsung,
umumnya tidak menimbulkan kematian walaupun cepat menular.
Kerugian yang disebabkan karena infestasi acing pada ternak adalah:

 Menurunkan produktifitas
 Menghambat pertumbuhan pada ternak muda
 Kekurusan, lemah dan mudah terinfeksi penyakit lainnya
 Keberhasilan penanggulangan penyakit cacingan secara
berkelanjutan ditentukan oleh beberapa aspek antara lain :
 Tata cara pemberian pakan : pakan diberikan dalam jumlah cukup
dan kandungan gizi yang baik
 Tata laksana perkandangan : letak dan struktur kandang yang
sehat, jumlah ternak dalam kandang tidak terlalu padat
 Tata laksana perkembang biakan
 Tata laksana kesehatan : pengobatan dengan antelmintik secara
teratur dan pemberian vitamin melalui pengawasan dokter hewan
KABUPATEN MOJOKERTO

• Mojokerto secara umum dibagi menjadi


daerah dataran tinggi dan pegunungan
yang merupakan daerha subur, dataran,
daerah kapur yang merupakan daerah
kurang subur
• Potensi peternakan sapi diwilayah
mojokerto tersebar pada beberapa
daerah
• setra ternak sapi perah diwilayah
kecamatan pacet, gondang, dan
sooko.
• Ternak sapi potong terbar pada
daerah dawar blandong, gedeg,
jetis, kemlagi, mojoanyar, bangsal,
puri, dlanggu, kutorejo, trawas,
ngoro, pungging, mojosari, trowulan
dan jatirejo
PENGAMBILAN DATA

 Pengambilan data dilaksanakan di dinas peternakan


Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur.
 pengumpulan data menggunakan pengamatan
partisipatif (Partisipatory Observation), wawancara
mendalam dan pengumpulan data sekunder didinas
peternakan kabupaten mojokerto.
 Pengumpulan data diambil dari data dinas selama 5
tahun terahir 2013-2017.
PETA PENYEBARAN PENYAKIT HELMINTHIASIS DI
KABUPATEN MOJOKERTO
KEJADIAN HELMINTHIASIS
DIKABUPATEN MOJOKERTO
Prevalensi (%)
Populasi Ternak
No. Tahun Kasus Kejadian
Sapi (ekor)

0,79
1. 2013 67.928 543

0,93
2. 2014 53.305 498

1,04
3. 2015 55.608 582

1,33
4. 2016 57.762 773

0,78
5. 2017 58.736 461
POPULASI 5 TAHUN TERAKHIR

70,000

60,000

50,000

40,000
67,928
30,000 55,608 57,762 58,736
53,305
20,000

10,000

0
2013 2014 2015 2016 2017

populasi

POPULASI TERNAK SAPI


DIKABUPATEN MOJOKERTO
KASUS HELMINTHIASIS 5 TAHUN TERAKHIR

800
700
600
500
400 773

300 543 582


498 461
200
100
0
2013 2014 2015 2016 2017

kasus

KASUS HELMINTHIASIS
DIKABUPATEN MOJOKERTO
Prevalensi Kasus (%)

1.33

1.04
0.93
0.79 0.78

2013 2014 2015 2016 2017


Series 1
FAKTOR RESIKO HELMINTHIASIS
KAB MOJOKERTO
Kasus helminthiasis di 2016
500
400
Jumlah kasus

300
200
100
0
sept nov dese
janu febr mar agus okto
april mei juni juli emb emb mbe
ari uari et tus ber
er er r
2016 36 38 20 11 18 26 23 28 64 441 41 27

KEJADIAN HELMINTHIASIS
DALAM SATU TAHUN PADA 2016
jumlah kasus

91 100
81 88
71
53 48 40
32 25 28
17 13 15 15 18 15 23

JUMLAH KASUS HELMINTHIASIS


PADA SETIAP KECAMATAN 2016
Kasus
helminthiasis Saluran air kab.
tertinggi mojokerto
Sapi potong di kecamatan dawar blandong, kutorejo, puri
peternak memberikan rumput sebagai pakan utama karena
kecamatan tersebut dataran subur dan dilewati sungai.
Pada kecapatan jatirejo dan gondang kasus helminthiasis
tidak terlalu tinggi karena daerah tersebut merupakan
dataran kapur tidak subur (populasi sedikit).
Tingginya Kasus helminthiasis pada sapi perah dikecamatan
pacet dan trawas disebabkan karena kecamatan tersebut
merupakan dataran tinggi subur dengan kelembaban yang
tinggi.
curah hujan kab.mojokerto menurut BPS
24892518 2503
2199 2029
1805 1800 1805 1968
1476 1535
1276 1269
865 858 680
564 658

RATAAN CURAH HUJAN DI KAB.


MOJOKERTO 10 TAHUN TERAHIR
Cacing yang
terinfeksi

Limbah
Limbah RPH
peternakan

SIKLUS
PENULARAN sungai

Host Saluran irigasi


intermediet pertanian

Rumput

Hewan sakit
HIPOTESA

Faktor yang menjadi penyebab terjadinya helminthiasis


 Pakan dan minum yang tercemar stadium infektif cacing
 Sanitasi kandang yang buruk
 Sistem pengolahan limbah peternakan dan RPH yang
langsung di buang ke sungai
 Curah hujan tinggi dan kelembaban tinggi
 kasus helminthiasis banyak terjadi pada umur 1 – 2 tahun.
Daerah yang populasi ternaknya tinggi, resiko penularan
akan lebih tinggi.
PENGENDALIAN

 Kegiatan deworming dilakukan pada tahun 2013


sampai 2016
 Tahap 1 bulan oktober
 Pengukuran lingkar dada (berat badan awal)
 Pemeriksaan feses (250 sampel feses, umur 0 - 12bln)
 Tindakan deworming
 Tahap 2 desember
 Monitoring
 Pengukuran lingkar dada setelah 3 bulan (berat badan
setelah deworming)
HASIL PEMERIKSAAN FESES

Jumlah sample positif telur cacing

No. Lokasi Trichostrongilus Trichuris Toxocara Moniezia Fasciola Paramphistomum

30 25 30 13 5 5
1. Kec. Puri (55)

18 13 16 7 3 3
2. Kec. Gondang (30)
21 15 18 8 4 4
3. Kec. Pacet (36)
53 36 44 21 8 7
4. Kec. Jetis (88)
25 16 21 9 3 7
5. Kec. Sooko (41)
Jumlah 147 105 129 58 23 26
Prosentase telur cacing

11%
9%

59%
24%

52%
42%

Trichostrongylus Trichuris Toxocara Moniezia Fasciolla Paramphistomum

PROSENTASE INFESTASI CACING


PADA TERNAK YANG DIPERIKSA
HASIL UJI DAN TINDAKAN

 Berdasarkan hasil pengujian feses dari berbagai kecamatan di


wilayah kapupaten mojokerto terdapat berbagai jenis telur
cacing diantaranya trichostrongylus, Trichuris, Toxocara,
Monieza, Fasciolla, Paramphistomum
 Tindakan yang dilakukan oleh dinas peternakan kabupaten
Mojokerto yaitu deworming dengan pemberian obat
anthelmintik dan vitamin diseluruh kecamatan wilayah
mojokerto setiap satu tahun sekali dan di lakukan monitoring
pada bulan desember.
 Pemberian penyuluhan kepada peternak oleh pihak dinas
peternakan tentang sanitasi kandang
BERAT BADAN SEBELUM DAN
SESUDAH PROGRAM DEWORMING

 Dari hasil program pemeriksaan feses dan pengobatan


anthelmintik oleh dinas peternakan menunjukan hasil yang
positif dan efektif untuk meningkatkan berat badan ternak
 Tingkat kenaikan berat badan rata-rata setelah pemberian
anthelmintik adalah 4-45 kg/ekor dengan presentase rata-
rata 4% pertumbuhan berat badan
KESIMPULAN

 Daerah yang banyak terjdi kasus helminthiasis dawar blandong,


puri, kutorejo, trawas, pacet
 Kejadian kasus helminthiasis tertinggi di kab mojokerto terjadi pada
bulan pancaroba , perubahan musim panas ke musim penghujan
di bulan oktober.
 Peternak di kab. Mojokerto sebagian besar merupakan
peternakan rakyat.
 Sistem pengolahan limbah peternakan dan RPH masih banyak
yang di buang ke sungai. Sehingga dapat menyempurnakan siklus
hidup cacing.
 Sanitasi kandang peternak yang buruk mengakibatkan mudahnya
kontaminasi silang pada tempat tersebut.
 Rumput yang terkontaminasi stadium infektif cacing
merupakan salah satu faktor penyebab tingginya kasus
helminthiasis.
 Macam-macam jenis cacing yang menginfestasi ternak di
wilayah mojokerto diantaranya adalah Thrichostrongilus
56%, Trichuris 45%, Toxocara 52%, Moniezia 24%, Fasciolla
11%, Paramphistomum 9%.
 Prevalensi kasus helminthiasis tertinggi terjadi pada tahun
2016 yaitu 1, 33% dari total populasi.
 Memberikan penyuluhan kepada peternak dan
RPH tentang system pengolahan limbah yang
baik dan benar.

SARAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai