Wa0001
Wa0001
TINGKAT : 2-A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO
Nama Anggota Kelompok :
• 1. Estrogen
• 2. Progesteron
• 3. Relaksin
• 4. Hormon hipofisis
• 5. Pars posterior
• 6. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
• 7. Luteinizing Hormone (LH) disebut juga interstistial cell–stimulating hormone.
• 8. Prolaktin
FISIOLOGI HAID
Pada proses haid yang umum yaitu 28 hari dalam satu daur, terjadi perubahan–
perubahan interaksi berbagai hormon sebagai berikut.
1. Fase folikuler awal
Sebelum terjadi perdarahan haid, kadar estrogen, progesteron dan inhibin sangat rendah.
Kadar yang rendah ini akan merangsang pusat impuls GnRH di hipotalamus, yang
berdampak pada peningkatan hormon FSH. Peningkatan FSH akan berpengaruh pada
pertumbuhan folikel dengan cara dihasilkan estrogen.
Perkembangan folikel juga akan menyebabkan dihasilkannya hormon oleh sel granulosa,
yaitu LH, prolaktin, prostaglandin, serta inhibin. Hormon inhibin diduga dapat menekan FSH
sehingga terjadi perubahan ratio LH/FSH; hormon FSH menurun, sedangkan LH naik pada 5
hari pertama daur haid.
2. Fase folikuler tengah
Fase ini ditandai oleh sekresi folikuler dominan dan peranan folikel dominan yang penuh
dengan reseptor FSH dan mampu memproduksi estrogen FSH dan mampu memproduksi
estrogen. Pada hari ke 9, vaskularisasi folikel sangat bertambah sehingga produksi FSH, LH
dan LDL (lipoprotein densitas rendah), prolaktin serta reseptor prostaglandin juga semakin
bertambah. Peningkatan estrogen dan inhibin memiliki dampak umpan balik negatif
terhadap FSH, sehingga FSH menurun.
3. Fase folikuler akhir
Pada fase ini, terjadi lonjakan gonadotropin dan ovulasi. Fase ini ditandai dengan
adanya umpan balik estrogen terhadap gonadotropin, terjadinya lonjakan LH dan
FSH, pematangan oosit, serta pembentukan korpus luteum.
Pada fase praovulasi, estradiol meningkat, demikian juga FSH dan LH selain itu,
progesteron dan 17 hidroksiprogesteron juga bertambah. Biasanya terjadi 2–3 hari
menjelang lonjakan tengah daur.
Lonjakan LH yang berlangsung rata–rata 48 jam tidak hanya merangsang keluarnya
ovarium, tetapi juga mampu merubah kadar progesteron dan prostaglandin. Ovulasi
terjadi 36–40 jam setelah dimulainya lonjakan LH.
4. Fase luteal awal
Pasca ovulasi, terjadi fase luteal yang ditandai oleh peninggian kadar LH. Dalam 3
hari pasca ovulasi, mulai terbentuk korpus luteum yang dapat menghasilkan relaksin,
oksitosin dan progesteron. Kadar progesteron sejak 24 jam sebelum ovulasi
dipertahankan untuk 11– 14 hari kemudian. Kadar progesteron maksimal dicapai
pada hari ke 3–4 pasca ovulasi. Fase luteal umumnya berlangsung sekitar 14 hari,
dengan variasi antara 11–17 hari. Progesteron menekan pertumbuhan folikel baru, di
samping penekanan dari hormon inhibin dan estrogen.
5. Fase luteal akhir
Prahaid, setelah hari ke 4–5 dari pertumbuhan korpus luteum, terjadi
penurunan kadar progesteron estradiol dan inhibin. Penurunan ini akan
merubah kadar LH melalui mekanisme umpan balik negatif dan
meningkatkan kembali FSH, untuk mengawali pembentukan folikel baru.
PERUBAHAN ENDOMETRIUM
1. Fase haid
• Kadar hormon, terutama estrogen dan progesteron yang rendah, akan
menyebabkan perubahan endometrium yang ditandai dengan adanya
perdarahan awal. Selama 4–24 jam sebelum haid, adanya vasokonstriksi
arteri pada endometrium menimbulkan iskemia dan nekrosis endometrium.
Pada keadaan ini terjadi penyusutan akibat vasospasme. Vasospasme itu
sendiri kemungkinan disebabkan adanya rangsangan prostaglandin F–2α
serta dikeluarkannya enzim lisosomalitik. Relaksasi arteri spiralis setelah
iskemia ini menyebabkan endometrium terlepas dari lapisan dasar, yang
disusul dengan pelepasan sel dan bagian–bagian pembuluh darah.
Keadaan ini terjadi selama 4–6 hari, dengan jumlah darah umumnya 20–60
cc.
2. Fase pascahaid
• Pada hari V hingga VI, ketika haid mulai berhenti, terjadi proliferasi di
bawah pengaruh estrogen yang ditandai peningkatan mitosis epitel dan
stroma lapisan permukaan atau lapisan fungsional. Saat ini, kira–kira hanya
seperempat bagian dari pertumbuhan yang berada di bawah pengaruh
progesteron.
3. Fase akhir proliferasi endometrium
• Di bawah pengaruh estrogen, proliferasi epitel dan stroma endometrium
berjalan terus. Proses glikogenesis dan pengendapan glikogen dimulai
hingga hari ke 10 sejak mulai haid. Tebal endometrium pada tengah daur
sekitar 10–12 mm, dengan diameter sekitar 5. Terjadi pula penambahan
pertumbuhan silia dan mikrovili mulai hari VII hingga VIII dari daur.
Penambahan reseptor progesteron dan penurunan reseptor estrogen juga
mulai terjadi.
4. Fase sekresi awal
• Pasca ovulasi, endometrium mengalami diferensiasi di bawah pengaruh progesteron, yang
ditandai adanya vakuola pada bagian basal kelenjar endometrium. Pada hari VI–VII dari fase
luteal ini, hasil sekresi mencapai puncak kelenjar, kemudian masuk ke dalamnya dengan
bantuan sekresi apokrin. Meskipun menghentikan proliferasi kelenjar, kadar progesteron yang
meninggi tetap membantu pertumbuhan sistem arteriol.
• Puncak sekresi endometrium menghasilkan glikoprotein, peptida, plasma transudat dan
imunoglobulin. Pada pertengahan awal fase sekresi ini, terjadi peningkatan enzim yang bersifat
dapat melisiskan kelenjar. Akan tetapi, kadar progesteron yang ada mempertahankan
kestabilan kelenjar sehingga tidak keluar sebelum waktunya.
5. Fase sekresi akhir
• Kelenjar yang padat dan berisi penuh menandai endometrium di hari VII pasca ovulasi. Pada
hari ke 13 pasca ovulasi, endometrium mengalami diferensiasi menjadi 3 bagian, yaitu bagian
basal, spongiosum dan kompaktum (superfisial). Pembengkakan kelenjar dan stroma
endometrium terjadi di bawah pengaruh hormon estrogen, progesteron dan prostaglandin.
• Pada hari II–III dan akhir fase ini, estrogen dan progesteron menurun. Enzim proteolitik akan
masuk ke sitoplasma, merangsang keluarnya prostaglandin, menyebabkan nekrosis jaringan
hingga terlepas dan kemudian terjadilah haid.