0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan15 halaman
Pancasila harus dikaji secara ilmiah dengan menggunakan metode analisis, sintesis, dan hermeneutika serta secara sistematis dan koheren. Pancasila terdiri atas lima sila yang membentuk kesatuan utuh dan hierarkis. Di era global, kajian kritis terhadap Pancasila perlu dilakukan agar nilai-nilai Pancasila tetap relevan bagi bangsa Indonesia.
Pancasila harus dikaji secara ilmiah dengan menggunakan metode analisis, sintesis, dan hermeneutika serta secara sistematis dan koheren. Pancasila terdiri atas lima sila yang membentuk kesatuan utuh dan hierarkis. Di era global, kajian kritis terhadap Pancasila perlu dilakukan agar nilai-nilai Pancasila tetap relevan bagi bangsa Indonesia.
Pancasila harus dikaji secara ilmiah dengan menggunakan metode analisis, sintesis, dan hermeneutika serta secara sistematis dan koheren. Pancasila terdiri atas lima sila yang membentuk kesatuan utuh dan hierarkis. Di era global, kajian kritis terhadap Pancasila perlu dilakukan agar nilai-nilai Pancasila tetap relevan bagi bangsa Indonesia.
PANCASILA SEBAGAI KAJIAN ILMIAH Manusia a/ mahluk berpikir. Oleh karena itu manusia dapat memahami dan menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan manusia ada yang di peroleh secara spontan dan secara sistematis-reflektif. Pancasila sebagai pengetahuan yang reflektif, bukan pengetahuan spontan. Proses ini melalui kajian empiris dan filosofis. Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah-filosofis dapat dipahami dari sisi verbalis, konotatif, denotatif. Sisi verbalis dan sisi konotatif mempunyai hubungan langsung, artinya apa yang diucapkan dapat diinterpretasikan, dan dicari maknanya oleh setiap orang. Sisi verbalis dan sisi denotatif tidak terhubung secara langsung, karena apa yang dikatakan tidak mesti langsung terwujud dalam kenyataan. Kebenaran ilmiah dalam pancasila Pengetahuan manusia tidak akan mencapai pengetahuan yang mutlak, termasuk pengetahuan tentang pancasila, karena keterbatasan daya pikir dan kemampuan manusia. Kemampuan manusia bersifat evolutif. Pengetahuan yang dikejar manusia identik dengan pengejaran kebenaran. Pengetahuan yang dikejar manusia merupakan proses panjang yang dimulai dari purwa-madya-wasana. Dari kriteria ini diperoleh empat macam teori kebenaran: 1. Teori kebenaran koherensi 2. Teori kebenaran korespodensi 3. Teori kebenaran pragmatisme 4. Teori kebenaran konsensus Kebenaran koherensi ditandai dengan pernyataan yang satu dengan pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain saling berkaitan, konsisten, dan runtut. Pernyataan yang satu dengan yang lain tidak boleh bertentangan. Kebenaran korespodensi ditandai dengan adanya kesesuaian antara pernyataan dan kenyataan Kebenaran pragmatis berdasarkan kriteria bahwa pernyataan- pernyataan yang dibuat harus membawa manfaat. Pernyataan harus dapat ditindaklanjuti dalam perbuatan dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kebenaran konsensus didasarkan pada kesepakatan bersama. Suatu pernyataan dikatakan benar apabila disepakati oleh masyarakat atau komunitas tertentu yang menjadi bagian dari proses konsensus. Akan tetapi tidak semua kesepakatan umum itu tidak benar, karena ada syarat tertentu untuk terwujudnya kebenaran konsensus. Menurut Jurgen Habermas, ada empat syarat yaitu keterpahaman, diskursus/wacana, ketulusan/kejujuran dan otoritas Ciri-ciri berpikir ilmiah-filsafat dalam pembahasan Pancasila Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sehingga pengetahuan itu dapat dikatakan sebagai suatu ilmu. Pembahasan pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi syarat ilmiah. Menurut Poedjawijatna dalam bukunya ‘Tahu dan Pengetahuan’ syarat-syarat ilmiah adalah sebagai berikut: 1. Berobjek semua pengetahuan harus memiliki objek, yang terdiri atas objek formal Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam pembahasan pancasila atau dengan kata lain dari sudut pandang apa Pancasila itu dibahas. LANJUTAN........ Sudut pandang ilmiah dalam mengkaji Pancasila bersifat interdisipliner, artinya melibatkan berbagai sudut pandang yang relevan dan mendukung seperti sudut pandang historis (sejarah), yuridis (hukum), filosofis atau kultural (budaya), dan lain-lain. Objek material pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran kaji atau bahasan Pancasila, baik yang bersifat empiris maupun non-empiris. Pancasila merupakan hasil budaya bangsa indonesia. Dengan demikian, bangsa indonesia dengan segala hasil budayanya dalam bermasyarakat dan bernegara adalah objek material dari Pancasila atau asal mula nilai-nilai Pancasila. Objek material yang bersifat non-empiris merupakan objek yang lebih bersifat abstrak, tidak dapat diindera secara langsung seperti nilai-nilai moral yang religius yang tercermin didalam kepribadian, sifat karakter dan pola budaya bangsa Indo. Karakter, pola budaya bangsa Indonesia sejak dahulu sampai sekarang. Contohnya peninggalan sejarah zaman kuno berupa prasasti, candi-candi, bangunan-bangunan, naskah-naskah kuno, peninggalan zaman menjelang dan sesudah kemerdekaan berupa naskah sidang, lembaran negara dan sebagainya yang menunjukkan adanya nilai-nilai Pancasila didalamnya. 2. Bermetode ada beberapa metode yang digunakan dalam pembahasan Pancasila, antara lain: analitiko sintetik (perpaduan antara analisis dan sintesis), hermeneutika (metode untuk menemukan makna), dan koherensi historis (kaitan sejarah) 3. Bersistem sebuah sistem mengandung unsur-unsur sebagai berikut: a. Merupakan suatu kesatuan bagian-bagian b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri c. Bagian-bagian yang termuat dalam sistem saling berhubungan dan saling ketergantungan d. Dalam suatu sistem termuat adanya maksud dan tujuan tertentu (bersama) e. Bagian-bagian sistem itu tergantung dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pengkajian pancasila secara ilmiah harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Terlebih lagi pancasila sebagai rumusan bangsa Indonesia memang sudah tersusun secara utuh, satu kesatuan majemuk tunggal, yaitu kelima sila baik rumusannya, inti sila-sila Pancasila merupakan suatu kebulatan dan kesatuan Pancasila sebagai objek pemahaman ilmiah bersifat koheren tanpa ada pertentangan satu sama lain sehingga makna di dalamnya menunjukkan adanya suatu kesatuan sistem. 4. Bersifat universal kebenaran pengetahuan ilmiah harus bersifat umum atau universal, artinya tidak terbatas pada ruang dan waktu. Dalam kaitannya dengan Pancasila dapat diketahui bahwa hakikat ontologis sila-sila Pancasila adalah bersifat universal atau dengan kata lain esensi sila-sila Pancasila itu tidak terbatas pada ruang dan waktu dapat diterapkan dimana saja. Bentuk dan susunan Pancasila 1. Bentuk Pancasila Pancasila dalam pengertianya yaitu sebagai rumusan Pancasila sebagaimana tercantum didalam alinea ke IV Pembukaan UUD 45. Pancasila sebagai suatu sistem nilai mempunyai bentuk yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Merupakan kesatuan yang utuh b. Setiap unsur pembentuk pancasila merupakan unsur mutlak yang membentuk kesatuan, bukan unsur yang komplementer. c. Sebagai suatu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau dikurangi. 2. Susunan Pancasila Susunan sila-sila Pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk suatu sistem yang istilah majemuk tunggal. Majemuk tunggal artinya terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara utuh. Selanjutnya bentuk dan susunan Pancasila adalah hierarkis-piramidal. Hierarkis berarti tingkat, sedangkan piramidal dipergunakan untuk menggambarkan hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urutan luas cakupan dan juga isi pengertian. Pancasila sebagai satu kesatuan sistem nilai, juga membawa implikasi bahwa antara sila yang satu dengan sila yang lain saling mengkulakifikasi, hal ini berarti bahwa antara sila yang satu dengan yang lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi Refleksi terhadap kajian ilmiah tentang Pancasila di Era Global Kajian ilmiah tentang pancasila sejak disahkan tanggal 18 agustus 1945 sampai saat ini mengalami pasang surut. Notonagoro, Driyakara merupakan tokoh-tokoh/ilmuwan yang mengawali pengkajian Pancasila secara ilmiah populer dan filosofis, yang menghasilkan suatu yang bermakna bagi perkembangan Pancasila sebagai dasar negara. Masih terbukanya bahan dialog dan kajian kritis terhadap Pancasila sehingga diperoleh interpretasi baru untuk memperoleh makna terdalam dari sila-sila Pancasila. Di era global secara langsung maupun tidak langsung banyak ideologi asing yang gencar menerpa masyarakat Indonesia. Hal ini terkadang tidak disadari oleh masyarakat kita, bahkan mereka banyak yang menganggap bahwa nilai-nilai dan ideologi asing justru menjadi pandangan hidupnya seperti materealisme, hedonisme, konsumerisme. Dengan adanya gejala tersebut semakin diperlukan kajian kritis terhadap Pancasila sebagai sumber nilai bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Diharapkan masyarakat kita semakin kritis dalam menentukan pilihan pandangan hidup, sikap dan gaya hidupnya yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila sebagai bagian dari budaya bangsa. Dengan demikian, masyarakat indonesia memiliki prinsip-prinsip hidup yang kokoh, orientasi hidup yang jelas dalam bersikap dan berperilaku sehingga tidak terombang ambing mengikuti arus global.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita