Anda di halaman 1dari 15

Pendidikan pancasila

Filsafat pancasila

Deddy mursanto, s.h., m.h.


PANCASILA SEBAGAI KAJIAN ILMIAH
 Manusia a/ mahluk berpikir. Oleh karena itu manusia dapat
memahami dan menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan
manusia ada yang di peroleh secara spontan dan secara
sistematis-reflektif. Pancasila sebagai pengetahuan yang
reflektif, bukan pengetahuan spontan. Proses ini melalui
kajian empiris dan filosofis.
 Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah-filosofis dapat
dipahami dari sisi verbalis, konotatif, denotatif. Sisi verbalis
dan sisi konotatif mempunyai hubungan langsung, artinya
apa yang diucapkan dapat diinterpretasikan, dan dicari
maknanya oleh setiap orang. Sisi verbalis dan sisi denotatif
tidak terhubung secara langsung, karena apa yang
dikatakan tidak mesti langsung terwujud dalam kenyataan.
Kebenaran ilmiah dalam pancasila
 Pengetahuan manusia tidak akan mencapai pengetahuan
yang mutlak, termasuk pengetahuan tentang pancasila,
karena keterbatasan daya pikir dan kemampuan manusia.
Kemampuan manusia bersifat evolutif. Pengetahuan yang
dikejar manusia identik dengan pengejaran kebenaran.
Pengetahuan yang dikejar manusia merupakan proses
panjang yang dimulai dari purwa-madya-wasana.
Dari kriteria ini diperoleh empat macam teori kebenaran:
1. Teori kebenaran koherensi
2. Teori kebenaran korespodensi
3. Teori kebenaran pragmatisme
4. Teori kebenaran konsensus
 Kebenaran koherensi ditandai dengan pernyataan yang satu
dengan pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain
saling berkaitan, konsisten, dan runtut. Pernyataan yang satu
dengan yang lain tidak boleh bertentangan.
 Kebenaran korespodensi ditandai dengan adanya kesesuaian
antara pernyataan dan kenyataan
 Kebenaran pragmatis berdasarkan kriteria bahwa pernyataan-
pernyataan yang dibuat harus membawa manfaat. Pernyataan
harus dapat ditindaklanjuti dalam perbuatan dan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
 Kebenaran konsensus didasarkan pada kesepakatan bersama.
Suatu pernyataan dikatakan benar apabila disepakati oleh
masyarakat atau komunitas tertentu yang menjadi bagian dari
proses konsensus. Akan tetapi tidak semua kesepakatan umum
itu tidak benar, karena ada syarat tertentu untuk terwujudnya
kebenaran konsensus. Menurut Jurgen Habermas, ada empat
syarat yaitu keterpahaman, diskursus/wacana,
ketulusan/kejujuran dan otoritas
Ciri-ciri berpikir ilmiah-filsafat dalam
pembahasan Pancasila
 Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sehingga
pengetahuan itu dapat dikatakan sebagai suatu ilmu.
Pembahasan pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus
memenuhi syarat ilmiah. Menurut Poedjawijatna dalam
bukunya ‘Tahu dan Pengetahuan’ syarat-syarat ilmiah
adalah sebagai berikut:
1. Berobjek
semua pengetahuan harus memiliki objek, yang terdiri atas
objek formal Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu
dalam pembahasan pancasila atau dengan kata lain dari sudut
pandang apa Pancasila itu dibahas.
LANJUTAN........
 Sudut pandang ilmiah dalam mengkaji Pancasila bersifat
interdisipliner, artinya melibatkan berbagai sudut pandang
yang relevan dan mendukung seperti sudut pandang
historis (sejarah), yuridis (hukum), filosofis atau kultural
(budaya), dan lain-lain.
 Objek material pancasila adalah suatu objek yang
merupakan sasaran kaji atau bahasan Pancasila, baik yang
bersifat empiris maupun non-empiris. Pancasila merupakan
hasil budaya bangsa indonesia. Dengan demikian, bangsa
indonesia dengan segala hasil budayanya dalam
bermasyarakat dan bernegara adalah objek material dari
Pancasila atau asal mula nilai-nilai Pancasila. Objek material
yang bersifat non-empiris merupakan objek yang lebih
bersifat abstrak, tidak dapat diindera secara langsung
seperti nilai-nilai moral yang religius yang tercermin didalam
kepribadian, sifat karakter dan pola budaya bangsa Indo.
 Karakter, pola budaya bangsa Indonesia sejak dahulu
sampai sekarang. Contohnya peninggalan sejarah zaman
kuno berupa prasasti, candi-candi, bangunan-bangunan,
naskah-naskah kuno, peninggalan zaman menjelang dan
sesudah kemerdekaan berupa naskah sidang, lembaran
negara dan sebagainya yang menunjukkan adanya nilai-nilai
Pancasila didalamnya.
2. Bermetode
ada beberapa metode yang digunakan dalam pembahasan
Pancasila, antara lain: analitiko sintetik (perpaduan antara
analisis dan sintesis), hermeneutika (metode untuk menemukan
makna), dan koherensi historis (kaitan sejarah)
3. Bersistem
sebuah sistem mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Merupakan suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Bagian-bagian yang termuat dalam sistem saling
berhubungan dan saling ketergantungan
d. Dalam suatu sistem termuat adanya maksud dan tujuan
tertentu (bersama)
e. Bagian-bagian sistem itu tergantung dalam suatu
lingkungan yang kompleks.
 Pengkajian pancasila secara ilmiah harus merupakan satu
kesatuan yang utuh. Terlebih lagi pancasila sebagai
rumusan bangsa Indonesia memang sudah tersusun secara
utuh, satu kesatuan majemuk tunggal, yaitu kelima sila baik
rumusannya, inti sila-sila Pancasila merupakan suatu
kebulatan dan kesatuan
 Pancasila sebagai objek pemahaman ilmiah bersifat
koheren tanpa ada pertentangan satu sama lain sehingga
makna di dalamnya menunjukkan adanya suatu kesatuan
sistem.
4. Bersifat universal
kebenaran pengetahuan ilmiah harus bersifat umum atau
universal, artinya tidak terbatas pada ruang dan waktu. Dalam
kaitannya dengan Pancasila dapat diketahui bahwa hakikat
ontologis sila-sila Pancasila adalah bersifat universal atau
dengan kata lain esensi sila-sila Pancasila itu tidak terbatas
pada ruang dan waktu dapat diterapkan dimana saja.
Bentuk dan susunan Pancasila
 1. Bentuk Pancasila
 Pancasila dalam pengertianya yaitu sebagai rumusan
Pancasila sebagaimana tercantum didalam alinea ke IV
Pembukaan UUD 45. Pancasila sebagai suatu sistem nilai
mempunyai bentuk yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Merupakan kesatuan yang utuh
b. Setiap unsur pembentuk pancasila merupakan unsur
mutlak yang membentuk kesatuan, bukan unsur yang
komplementer.
c. Sebagai suatu kesatuan yang mutlak, tidak dapat
ditambah atau dikurangi.
2. Susunan Pancasila
Susunan sila-sila Pancasila merupakan kesatuan yang
organis, satu sama lain membentuk suatu sistem yang istilah
majemuk tunggal. Majemuk tunggal artinya terdiri dari 5 sila
tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara
utuh. Selanjutnya bentuk dan susunan Pancasila adalah
hierarkis-piramidal. Hierarkis berarti tingkat, sedangkan
piramidal dipergunakan untuk menggambarkan hubungan
bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urutan luas cakupan
dan juga isi pengertian. Pancasila sebagai satu kesatuan
sistem nilai, juga membawa implikasi bahwa antara sila yang
satu dengan sila yang lain saling mengkulakifikasi, hal ini
berarti bahwa antara sila yang satu dengan yang lain, saling
memberi kualitas, memberi bobot isi
Refleksi terhadap kajian ilmiah tentang
Pancasila di Era Global
 Kajian ilmiah tentang pancasila sejak disahkan tanggal 18
agustus 1945 sampai saat ini mengalami pasang surut.
Notonagoro, Driyakara merupakan tokoh-tokoh/ilmuwan
yang mengawali pengkajian Pancasila secara ilmiah populer
dan filosofis, yang menghasilkan suatu yang bermakna bagi
perkembangan Pancasila sebagai dasar negara.
 Masih terbukanya bahan dialog dan kajian kritis terhadap
Pancasila sehingga diperoleh interpretasi baru untuk
memperoleh makna terdalam dari sila-sila Pancasila. Di era
global secara langsung maupun tidak langsung banyak
ideologi asing yang gencar menerpa masyarakat Indonesia.
Hal ini terkadang tidak disadari oleh masyarakat kita, bahkan
mereka banyak yang menganggap bahwa nilai-nilai dan
ideologi asing justru menjadi pandangan hidupnya seperti
materealisme, hedonisme, konsumerisme. Dengan adanya
gejala tersebut semakin diperlukan kajian kritis terhadap
Pancasila sebagai sumber nilai bagi kehidupan masyarakat
Indonesia. Diharapkan masyarakat kita semakin kritis dalam
menentukan pilihan pandangan hidup, sikap dan gaya
hidupnya yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila sebagai
bagian dari budaya bangsa. Dengan demikian, masyarakat
indonesia memiliki prinsip-prinsip hidup yang kokoh,
orientasi hidup yang jelas dalam bersikap dan berperilaku
sehingga tidak terombang ambing mengikuti arus global.

Anda mungkin juga menyukai