Anda di halaman 1dari 37

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

DALAM
PENGELOLAAN LIMBAH
FASILITAS PELAYANANKESEHATAN

Pada
DINAS KESEHATAN Pelatihan PLB3 Agam, 26
PROVINSI SUMATERA BARAT Februari 2019
sites.google.com/site/ pengelolaanlimbahfasyankes Latar Belakang
TIMBULAN LIMBAH MEDIS

Limbah medis
dihasilkan dalam • Timbulan limbah medis dari Rumah Sakit sekitar
jumlah yang tidak 140 gr/tempat tidur/hari (Ditjen PP & PL, 2003)
sedikit • 610 gr/ tempat tidur /hari (Monev PP dan PL , Juli 2015)
(data di samping belum • Rumah Sakit berjumlah 2.300 (Jan 2015).
termasuk Posyandu, Apotek, • Timbulan limbah medis dari Puskesmas sekitar
Laboratorium, Institusi
akademis, Pengobatan 7,5 gr/pasien/hari (PATH, 2004).
tradisional, Klinik, dan Praktik • Puskesmas berjumlah 9.655 (Jan 2014).
dokter)
FASYANKES YANG BERDAMPAK PADA
KESEHATAN LINGKUNGAN
Praktik Seseorang yang JKN
Limbah medis yang recapping
dihasilkan dari RS Banyak terluka karena meningkatkan
(belum termasuk
(menutup tusukan jarum akses terhadap
kembali jarum pengangkut
Fasyankes lainnya) limbah medis suntik dari sumber pelayanan
sebesar suntik setelah infeksi berisiko kesehatan
digunakan) yang tidak
- 0,61 Kg/tempat menggunakan terkena: sehingga
tidur/hari masih umum meningkatkan
dilakukan alat pelindung • HBV 30%
• 72,83 Kg/RS/hari diri (APD). jumlah
petugas • HCV 1,8% timbulan
• 167,50 Ton/hari
kesehatan. • HIV 0,3% limbah medis.

Pengolahan limbah medis


di Indonesia pada Insinerator limbah medis yang
tidak sesuai dengan
umumnya menggunakan persyaratan teknis merupakan
insinerator. penghasil utama dioksin.

Stockholm Convention Dampak kesehatan dioksin:


mempersyaratkan negara- • Karsinogenik (kanker)
negara untuk mengeliminasi • Teratogenik (kelahiran cacat)
penghasil POPs termasuk • Mutagenik (kerusakan genetik)
dioksin.
Pilah Olah

Tidak
11%

Tidak
46%
Ya
54%

Ya
89%

RS YANG MELAKSANAKAN PENGELOLAAN LIMBAH


Juli 2015
MEDIS SESUAI PERATURAN
RS YANG MELAKSANAKAN
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS Pilah-Olah
SESUAI PERATURAN

Timbulan limbah dari 2.300 RS


(sampel 184 RS, Juli 2015)

• 0,61 Kg/tempat tidur/hari


• 72,83 Kg/RS/hari
• 167,50 Ton/hari Tidak Ya
51% 49%

Pengelolaan limbah dari 2.300 RS


(sampel 184 RS, Juli 2015)

• 8,00% data RS diterima


• 3,96% RS mengelola limbah (dari 10% target)
• 91 RS mengelola limbah (dari 230 target)
PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM

Pengamanan limbah Fasyankes :


1. Pengamanan limbah Padat
a. Pengamanan limbah padat medis
b. Pengamanan limbah padat non medis
2. Pengamanan limbah cair

Dasar hukum terkait pengamanan limbah:


1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 163 ayat 3 “Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:
a. limbah cair
b. limbah padat
c. limbah gas
d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah
e. radiasi sinar pengion dan non pengion
2. PP 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3, Pasal 3 ayat 1 “setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya”
3. Tata cara dan persyaratan teknis dalam pengelolaan limbah B3 (padat) tertuang dalam Permen LHK No. P-56 tahun 2015
tentang Tata cara dan Persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan.
4. Kepmenkes no. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

5. Permen LHK No. 66 tahun 2016 tentang Baku Mutu Limbah Domestik
PERMEN LHK NOMOR: P.56/MENLHK-SEKJEN/2015
TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS
PENGELOLAAN LIMBAH B3 DARI FASYANKES
•Mengatur Terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan Meliputi:
a. Pusat Kesehatan Masyarakat;
b. Klinik Pelayanan Kesehatan Atau Sejenis; Dan
c. Rumah Sakit

•Limbah B3 Yang Diatur Meliputi Limbah: Dengan Karakteristik Infeksius; Benda Tajam,
Patologis, Bahan Kimia Kedaluwarsa, Tumpahan, Atau Sisa Kemasan, Radioaktif,
Farmasi, Sitotoksik, Peralatan Medis Yang Memiliki Kandungan Logam Berat Tinggi; Dan
Tabung Gas Atau Kontainer Bertekanan.
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 59
• Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
• Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah
kedaluwarsa, pengelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan
limbah B3.
• Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan
limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
• Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
DEFINISI LIMBAH B3

Peraturan • Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang


selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu
Pemerintah nomor usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
101 tahun 2014 Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya
tentang Pengelolaan disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
Limbah Bahan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
Berbahaya dan langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
Beracun lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
(Pasal 1) hidup manusia dan makhluk hidup lain.
LIMBAH B3 DARI RS DAN FASYANKES

11
LIMBAH MEDIS ADALAH LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN

Limbah medis dikategorikan dalam limbah B3


(Pasal 5 ayat 2, Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun)

Karakteristik Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

mudah beracun; Menyebab-


meledak; kan infeksi;

mudah terbakar; bersifat reaktif; bersifat korosif.


Undang-undang No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan

Pasal 162
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya
Undang-undang No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
Pasal 163 (ayat 1)
Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan
lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan

Pasal 163 (ayat 2)


Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat
dan fasilitas umum
PP 66 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN

Pasal 1
• Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial

Pasal 2
• Pengaturan Kesehatan Lingkungan bertujuan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial, yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
UNDANG-UNDANG NO. 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT
Pasal 7
Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian dan peralatan

Pasal 8
Ayat 1
Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi
ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta
sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.
UNDANG-UNDANG NO. 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT

Pasal 10 ayat 2
Bangunan rumah sakit paling sedikit
terdiri atas:
a. Rawat jalan Pasal 11
b. Ruang rawat inap Prasarana rumah sakit dapat meliputi:
c. Ruang gawat darurat a. Instalasi air
d. Ruang operasi b. Instalasi mekanikal dan elektrikal
e. ……….. Dst c. Instalasi gas medis
t. Pengolahan sampah d. Instalasi uap
e. Instalasi pengelolaan limbah
f. …….dst
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NO. 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Persyaratan Kes Lingkungan RS meliputi:

•Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman rumah sakit


•Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman
•Penyehatan Air
•Pengelolaan Limbah
•Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)
• Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lainnya
• Dekontaminasi Melalui Desinfeksi dan Sterilisasi
• Persyaratan Pengamanan Radiasi
• Upaya Promosi Kesehatan dari Aspek kesehatan lingkungan
KETENTUAN PIDANA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH B3
(UU NO. 32/2009)
Pidana Penjara Denda
Pelanggaran dalam Pengelolaan Limbah B3
Min Max Min Max
Pengelolaan Limbah B3 tanpa izin
1 tahun 3 tahun 1 Milyar 3 Milyar
(Pasal 102)
Tidak melakukan pengelolaan limbah B3
1 tahun 3 tahun 1 Milyar 3 Milyar
(Pasal 103)
Pejabat berwenang tidak melakukan
pengawasan - 1 tahun - 500 juta
(Pasal 112)
Impor Limbah (Pasal 105) 4 tahun 12 tahun 4 Milyar 12 Milyar
Impor Limbah B3 (Pasal 106) 5 tahun 15 tahun 5 Milyar 15 Milyar
JENIS LIMBAH FASYANKES BERDASARKAN KARAKTERISTIKNYA

Limbah tajam Termometer &


1% tabung rusak
1%
Limbah kimia &
farmasi
3%

Limbah infeksius &


patologi Limbah domestik
15% 80%

Limbah domestik Limbah infeksius & patologi Limbah kimia & farmasi Limbah tajam Termometer & tabung rusak
KEBIJAKAN DALAM PENGELOLAAN
LIMBAH MEDIS
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 FASYANKES

Mencegah risiko kesehatan terkait dengan pemajanan terhadap petugas limbah layanan kesehatan dan
masyarakat melalui promosi kebijakan manajemen limbah pelayanan kesehatan yang ramah lingkungan

Mendukung upaya global untuk mereduksi jumlah pembuangan emisi NOx ke atmosfir untuk mereduksi
penyakit dan menunda serangan perubahan global

Mendukung Stockholm Convention atas Persistent Organic Pollutants (POPs)

Mendukung Basel Convention atas limbah berbahaya dan limbah lain

Mendukung Minamata Convention on Mercury

Mereduksi pemajanan polutan toksik terkait proses pembakaran melalui promosi praktek yang memadai
terhadap insinerasi suhu tinggi
STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH B3 FASYANKES

Mewajibkan semua
pengelola fasyankes untuk Melakukan program
Meningkatkan kapasitas SDM
mengelola limbah dengan pengurangan limbah
benar (sesuai persyaratan)

Penggunaan
Meningkatkan kemitraan Meningkatkan monitoring
khususnya dengan swasta teknologi alternatif dan evaluasi
selain insinerasi
KEBIJAKAN FREE-MERCURY
Hasil Pertemuan
Intergovernmental Negotiating Committee (INC) ke-5
Geneva, Januari 2013
Pengaturan terhadap:
• suplai dan perdagangan merkuri,
• produk dan proses yang menggunakan merkuri,
• penambangan emas skala kecil (artisanal and small-scale gold mining/ASGM),
• emisi ke udara dan pembuangan merkuri ke tanah dan air,
• penyimpanan dan pengelolaan limbah merkuri,
• peran sektor medis dalam mencegah dan menangani dampak merkuri pada
kesehatan,
• penyusunan rencana implementasi nasional,
• mekanisme pendanaan,
• peningkatan kapasitas dan alih teknologi untuk membantu implementasi
konvensi.
MERKURI DALAM ALAT MEDIS

Alat Medis Perkiraan Kandungan Merkuri


Termometer klinis 0.5 - 1.5 g
Termometer laboratorium 3.0 - 4.0 g
Portable and wall-mounted blood pressure units 110 - 200 g
(sphygmomanometers)

Maloney or Hurst bougies One tube may (esophageal contain up to


dilators) 1361 g of mercury

Cantor tubes 54 - 136 g


Miller-Abbott tubes 136 g
Dennis tubes 136 g
Foley catheter 68 g
LANGKAH-LANGKAH
PENGHAPUSAN MERKURI NASIONAL BIDANG KESEHATAN

• Peninjauan dan penyusunan regulasi terkait penghapusan alat mengandung


merkuri
• Inventarisasi peralatan yang mengandung merkuri
• Kajian terhadap dampak penggunaan alat mengandung merkuri
• Evaluasi dan kajian peralatan pengganti non merkuri
• Peningkatan kapasitas bagi petugas dan masyarakat
• Melakukan kemitraan dengan berbagai pihak dalam eliminasi penggunaan merkuri
di sektor kesehatan
• Monitoring dan evaluasi
LANGKAH-LANGKAH PENGHAPUSAN MERKURI
DI RUMAH SAKIT

1. Membuat Gugus Tugas ELIMINASI MERKURI


2. Manajemen Rumah Sakit menandatangani Surat Komitmen untuk
PENGHAPUSAN MERCURY
3. Melakukan Inventarisasi Merkuri
4. Menyusun program substitusi merkuri
• Mengganti termometer dan alat ukur tekanan darah dengan yang aman,
akurat, afordabel
• Mengadopsi kebijakan pembelian ‘mercury-free’
• Menetapkan program pengelolaan dan penyimpanan limbah merkuri
• Pelatihan dan pendidikan

5. Evaluasi Pasca Implementasi


KEPMENKES 1204 TAHUN 2004
PENGUMPULAN DATA DAN
INFORMASI PENGELOLAAN Peraturan
goo.gl/A2XvMd
LIMBAH MEDIS
sites.google.com/site/ pengelolaanlimbahfasyankes Instrumen
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA datalimbahfasyankes@gmail.com

Matriks Data Limbah Fasyankes diisi dan dikirimkan oleh Dinkes ke Kemenkes sesuai data
yang diperoleh dari Fasyankes atau formulir elektronik, satu matriks dapat diisi hingga
sepuluh Fasyankes.

Formulir elektronik Data Limbah Fasyankes diisi dan dikirimkan oleh Fasyankes ke
Dinkes/Kemenkes atau Dinkes ke Kemenkes melalui surat elektronik, satu formulir diisi
untuk satu Fasyankes.

Formulir online Data Limbah Fasyankes diisi dan dikirimkan oleh Fasyankes atau Dinkes ke
Kemenkes melalui sistem online, satu formulir diisi untuk satu Fasyankes.

Kuesioner Data Limbah Fasyankes diisi langsung di Fasyankes (wawancara) dan dikirimkan
oleh Dinkes ke Kemenkes atau diisi oleh Kemenkes dalam rangka pemantauan, satu
kuesioner diisi untuk satu Fasyankes.
MATRIKS DATA goo.gl/aZftMd
FORMULIR ELEKTRONIK goo.gl/US9Qw7
FORMULIR ONLINE goo.gl/forms/pW8eza7a6M
KUESIONER goo.gl/WGTkG5
Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi

Data Kesehatan
Data Umum Perizinan Organisasi Kebijakan
Lingkungan

Penanganan Penanganan
Jenis Limbah Penanganan
Program Limbah Medis Limbah
Medis Limbah cair
Padat domestik

Kendala,
Lampiran
Aspek lainnya rintangan, dan
dokumen
hambatan

Anda mungkin juga menyukai