Asma
Asma
Oleh :
Kurnia Hernolingga
Pembimbing :
dr. IGM Afridoni, Sp.A
Asma pada anak
Definisi
GINA (Global Initiative For Asthma) mendefinisikan asma sebagai gangguan inflamasi
kronis saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil,
dan limfosit T.
1. Faktor genetik
• Atopi / alergi
• Obesitas
2. Faktor lingkungan
• Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa, serpihan kulit binatang seperti
anjing, kucing, dan lain-lain).
• Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
3. Faktor lain
• Alergen makanan
• Alergen obat-obatan tertentu
• Bahan yang mengiritasi
• Asap rokok
• Perubahan cuaca
Reaksi antigen Sel-sel inflamasi (sel mast,
antibodi makrofag,
Pencetus serangan
(Hiperreaktivitas eosinofil,limfosit T,
saluran napas) basofil)
Serangan ASMA
Patofisiologi Asma
klasifikasi
Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan
Persisten
>1x/minggu, namun tidak setiap hari
sedang
Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
Diagnosis
– Pemeriksaan penunjang.
Penilaian derajat serangan asma
Asma serangan Serangan asma dengan
Asma serangan berat
ringan-sedang ancaman henti napas
ASMA
Pemeriksaan Fisik
inspeksi perkusi auskultasi
Pernapasan
cepat dan Hipersonor
sukar
wheezing
Batuk-batuk
paroksimal
– Spirometer.
– Peak Flow Meter/PFM. Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat tersebut
digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru. Oleh karena pemeriksaan jasmani
dapat normal, dalam menegakkan diagnosis asma diperlukan pemeriksaan obyektif (spirometer/FEV1
atau PFM).
– X-ray dada/thorax. Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma
– Pemeriksaan IgE. Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya antibodi IgE spesifik pada
kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus.
– Uji Hipereaktivitas Bronkus/HRB. Pada penderita yang menunjukkan FEV1 >90%, HRB dapat dibuktikan
dengan berbagai tes provokasi. Provokasi bronkial dengan menggunakan nebulasi droplet ekstrak alergen
spesifik dapat menimbulkan obstruksi saluran napas pada penderita yang sensitif.
Diagnosis banding
– Bronkitis kronik
– Emfisema paru
– Emboli paru
Pengobatan
1. Medikamentosa :
– Pelega (reliver)
Bronkodilator :
beta 2 agonis selektif
(salbutamol oral dosis 0,1-0,15 mg/kgBB/kali setiap 6jam, terbutalin oral 0,05-0,1
mg/kgBB/kali setiap 6jam).
Aminofilin, dosis 16-20 mg/kgBB/hari.
– Antikolinergik
Pengontrol
Antiinflamasi :prednison, prednisolon atau triaminisolon dengan dosis 1-2
mg/kgBB/hari diberikan 2-3 kali/hari selama 3-5 hari.
– Non medikamentosa :
1. Identifikasi dan pengendalian faktor pencetus
2. Kontrol secara teratur
3. Pola hidup sehat
Tatalaksana serangan asma di fasyankes (1)
Tatalaksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD (1)
Tatalaksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD (2)
Komplikasi
– Emfisema
– Atelektasis
– Bronkietasis
– Gagal napas
– kematian
Prognosis