GAWAT DARURAT
Legal Etik Pasien HIV/AIDS
Kasus
Tn. B usia 40 tahun belum menikah dan bekerja disebuah perusahaan swasta,
setiap hari pulang larut malam. Saat menuju pulang kerumah Tn. B diajak oleh
teman kerjannya untuk mampir disebuah klub malam yang tidak jauh dari
tempat tinggalnya untuk memenuhi hawa nafsunya akibat tidak memiliki
pasangan. Setelah kejadian itu Tn. B mengalami demam, gejala diare selama 5
hari dan memutuskan untuk masuk kesalah satu Rumah Sakit di
Kabupatennya. Tn. B sudah sariawan selama 3 bulan dan tidak kunjung
sembuh, berat badan turun secara berangsur-angsur. Tn. B ke rumah sakit
ditemani oleh keluarganya, yaitu ibunya. Tn. B menjalani pemeriksaan dan
diambil sampel darahnya. Tn. B yang penasaran dengan penyakitnya
memberitahu perawat untuk segera memberitahukan penyakitnya setelah hasil
pemeriksaan keluar kepada dirinya ataupun ibunya jika ia berhalangan
mengambil hasil pemeriksaan. Tn. B menandatangani informed consent yang
menyatakan bahwa ibunya boleh mengetahui hasil pemeriksaan walaupun
tanpa kehadirannya Keesokan hari pukul 09.00 WIB hasil pemeriksaan keluar
dan telah diterima oleh perawat tersebut dan langsung dikasihkan kedokter
yang menangani Tn. B. Hasil dari pemeriksaan Tn. B positif terjangkit penyakit
HIV/AIDS.
Perawat kemudian memanggil Tn. B untuk menghadap dokter yang
menangani, namun Tn. B berhalangan hadir sehingga keluarga Tn. B, yaitu
ibunya yang menemani dia kemarin, yang diminta untuk menghadap dokter
yang menagani. Dokter tersebut meminta perawat untuk menjelaskan terkait
hasil pemeriksaan kepada keluarga Tn. B. Perawat menjelaskan tentang
kondisi dan penyakit Tn. B. Saat perawat menjelaskan penyakit Tn. B, keluarga
sangat syok terkait hasil pemeriksaan, dan keluarga meminta untuk
merahasiakannya penyakitnya ini kepada Tn. B. Keluarga takut jika Tn. B
mengetahui penyakitnya nanti akan terpukul dan putus asa, terlebih tidak dapat
menerima kondisinya.
Mendengar jawaban dari keluarga Tn. B perawat mengalami dilema etik,
dimana satu sisi dia harus memberitahukan kondisi yang dialami Tn. B karena
merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi terkait penyakitnya,
namun disisi lain perawat harus memenuhi permintaan keluarga yang meminta
merahasiakan penyakit Tn. B.
• Konsep Etik dan Hukum dalam Asuhan Keperawatan Pasien
HIV/AIDS
• Perawat merasa bingung dan dilema karena dihadapkan pada dua pilihan,
dia harus memenuhi permintaan keluarga, tapi di sisi lain juga harus
memenuhi hak pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil
pemeriksaan atau kondisinya.
Mendiagnosis Masalah Etik Moral
• Berdasarkan kasus dan analisis situasi yang telah dijabarkan sebelumnya,
maka dapat menimbulkan permasalahan etik moral jika perawat tersebut
tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya,
karena merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang
kondisinya, termasuk penyakit apa yang sedang dia derita.
Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan
• Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat
bersama tim kesehatan yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema
etik seperti ini. Adapun alternatif rencana yang dapat dilakukan antara lain:
• Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan
informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga,
tetapi memilih waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan situasinya
mendukung.
• Sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang kondisinya dan
ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa
menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih di proses oleh tim
kesehatan.
• Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui
penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah
didiskusikan dengan tim medis, perawat akan langsung menginformasikan
kondisi Tn. A
Kendala