Anda di halaman 1dari 11

WAFA KHAIRANI

W100180015
DEFINISI ASURANSI SYARIAH (TAKAFUL)

Asuransi syariah adalah pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi


ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta
dan operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an
dan as- Sunnah.

Asuransi syariah dikenal dengan istilah takaful yang berasal dari bahasa arab
taka<fala-yataka<fulu-takaful yang berarti saling menanggung atau saling
menjamin. Asuransi dapat diartikan sebagai perjanjian yang berkaitan dengan
pertanggungan atau penjaminan atas resiko kerugian tertentu
SEJARAH ASURANSI SYARIAH
Praktik bernuansa asuransi tumbuh dari budaya suku Arab pada zaman
Nabi Muhammad saw yang disebut aqilah. Al-Aqilah mengandung
pengertian saling memikul dan bertanggung jawab bagi keluarga. Dalam
kasus terbunuhnya seorang anggota keluarga, ahli waris korban akan
mendapatkan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh angota keluarga
terdekat dari si pembunuh yang disebut aqilah. Aqilah mengumpulkan
dana secara bergotong royong untuk membantu keluarga yang terlibat
dalam perkara pembunuhan yang tidak sengaja itu.

Pada dekade 70-an di beberapa Negara Islam atau di Negara-


negara yang mayoritas penduduknya penduduknya muslim
bermunculan asuransi yang prinsip operasionalnya mengacu kepada
nilai-nilai Islam dan terhindar dari ketiga unsure yang diharamkan
Islam. Pada tahun 1979 “Faisal Islamic Bank of Sudan” mengambil
prakarsa untuk mendirikan Perusahaan Asuransi atas dasar koperatif
yang bernama di Sudan
Mekanisme Asuransi Syariah

• Setiap “peserta” (bukan tertanggung), memberikan “kontribusi” (bukan membayar premi) ke dalam
pool of fund (kumpulan dana kebajian = tabarru).
• Sebenarnya sesama Peserta melakukan akad Tabarru dengan peserta lain, untuk bersama-sama
mengumpulkan Dana Tabarru tersebut.
• Untuk melakukan pengelolaan Dana Tabarru, ditunjuklah Pengeloa Asuransi Syariah (Takaful
Operator).
• Pengelola Asuransi Syariah (Takaful Operator) melakukan analisa (baik secara matematis, statistik,
aktuaria, kondisi pasar, dsb) guna menentukan tarif yang (dianggap) sesuai dengan faktor risiko.
• Peserta melakukan akad Wakalah (agency) kepada Pengelola Asuransi Syariah. Dengan demikian,
Pengelola Asuransi Syariah sesuai dengan hasil kerjanya berhak atas upah (ujrah).
• Tentunya guna memenuhi nilai minimum statistik, tidak mungkin apabila dana tabarru itu hanya diisi
oleh seorang Peserta tadi. Dibutuhkan cukup banyak, sehingga dana tabarru itu cukup besar dan bisa
memberikan tarif yang adequate bagi masing-masing Peserta sesuai dengan tingkat risikonya.
Istilahnya Law of Large numbers.
• Apabila adalah salah seorang Peserta yang mengalami musibah, karena taqdir dari Allah SWT, maka
adalah tugas dari Pengelola Asuransi Syariah (mewakili seluruh Peserta) memberikan santunan
(manfaat).
• Prinsipnya, manfaat yang diterima oleh seseorang yang mengalami musibah adalah santunan dari
peserta lain.
AKAD-AKAD DALAM ASURANSI SYARIAH

• Akad tijarah adalah akad yang dilakukan untuk tujuan komersial. Bentuk akadnya menggunakan
mudhorobah. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru' bila pihak yang tertahan
haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum
menunaikan kewajibannya. Akad tijarah ini adalah untuk mengelola uang premi yang telah diberikan
kepada perusahaan asuransi syariah yang berkedudukan sebagai pengelola (Mudorib), sedangkan
nasabahnya berkedudukan sebagai pemilik uang (shohibul mal). Ketika masa perjanjian habis, maka uang
premi yang diakadkan dengan akad tijaroh akan dikembalikan beserta bagi hasilnya (Fatwa DSN No.
21/DSN MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari'ah).

• Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong,
bukan semata untuk tujuan komersial. Kemudian akad dalam akad tabarru adalah akad hibah dan akad
tabarru’ tidak bisa berubah menjadi akad tijaroh. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan
hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan
bertindak sebagai pengelola dana hibah (Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syari'ah).
MODEL WAKALAH DALAM TAKAFUL
Akad Wakalah bil Ujrah Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan
sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru' dan/ atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang
diberikan dengan imbalan berupa ujrah (fee).

Kedudukan dan ketentuan para pihak dalam Akad Wakalah bil Ujrah
a. Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk mengelola dana
b. Peserta (pemegang polis) sebagai individu, dalam produk saving dan tabarru’, bertindak sebagai muwakkil (pemberi
kuasa) untuk mengelola dana
c. Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk
mengelola dana
d. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas izin muwakkil (pemberi
kuasa)
e. Akad Wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) dan bukan tanggungan (yad dhaman) sehingga wakil tidak
menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena
kecerobohan atau wanprestasi.
f. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi, karena akad yang digunakan
adalah akad Wakalah (Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 52/DSNMUI/III/2006Tentang Akad Wakalah Bil Ujrah
Pada Asuransi Syari’ah Dan Reasuransi Syari’ah).

Pengelolaan investasi dana tabaru' atau dana Investasi peserta dengan Akad Wakalah bil Ujrah, perusahaan sebagai
pengelola tidak berhak mendapatkan bagian dari hasil investasi tetapi hanya mendapatkan
MODEL MUDHARABAH DALAM TAKAFUL

Di bawah konsep mudharabah (bagi hasil), para peserta takaful (rabbul- mal) memberikan dana kepada
operator takaful (mudarib), yang mengelola dana dan menghasilkan keuntungan melalui investasi atau
perdagangan yang sesuai dengan Syariah. Para pihak untuk transaksi takaful masuk ke dalam kerja sama
pembagian risiko dan pembagian keuntungan perjanjian. Operator takaful berbagi dalam keuntungan
yang diperoleh dari investasi tetapi tidak dalam kerugian; para peserta masing-masing menanggung
beban kerugian.
MODEL WAKALAH DENGAN WAKAF DALAM ASURANSI SYARIAH

Model wakalah-dengan-wakaf adalah penyempurnaan dari model wakalah dan disatukan badan
hukum terpisah yang dikenal sebagai wakaf untuk menyimpan sumbangan pemegang saham dan
kontribusi peserta. Wakaf pada dasarnya adalah hadiah tanah atau properti yang dimaksudkan untuk
tujuan keagamaan, pendidikan, atau amal, dan penggunaan wakaf adalah diterima praktik di sebagian
besar negara Muslim. Wakaf adalah entitas yang mematuhi Syariah yang dapat beroperasi di bawah
kepemilikan langsung atas aset wakaf atau, sebagai alternatif, dengan pihak ketiga yang memiliki aset.
Berbeda dengan model mudharabah dan wakalah, para peserta tidak memiliki dana takaful atau wakaf.
Dana wakaf dikelola berdasarkan biaya oleh manajer dana yang ditunjuk atau administrator.
Operator takaful, atau mudarib, memiliki pemegang saham sendiri dan, pada selain menerima biaya
untuk mengelola aset wakaf dan untuk mengelola takaful rencana, bagikan laba apa pun dari investasi
wakaf, yang didanai oleh keduanya sumbangan pemegang saham dan kontribusi peserta. Keuntungan
atau kerugian takaful Operator diteruskan ke pemegang sahamnya.
ASURANSI SYARIAH TERDIRI DARI DUA JENIS YAITU:

• Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) adalah bentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan dalam menghadapi
musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful. Produk asuransi takaful keluarga meliputi :
1. Takaful pembiayaan
2. Takaful pendidikan
3. Takaful dana haji
4. Takaful berjangka
5. Takaful kecelakaan siswa
6. Takaful kecelakaan diri

• Takaful Umum (asuransi Kerugian) adalah bentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan finansial dalam
menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta benda milik peserta takaful. Produk-produk Asuransi Takaful umum
adalah :
1. Takaful kebakaran
2. Takaful kendaran bermotor
3. Takaful pengangkutan
4. Takaful Resiko Pembangunan
5. Takaful Resiko Pemasangan
6. Takaful Penyimpanan Uang
7. Takaful Gabungan
8. Takaful Aneka
Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
Secara umum, ada beberapa perbedaan antara asuransi syariah dan konvensional, yakni : (Muhamad Syakir Sula,
2004 : 293-319).

No Prinsip Asuransi Syariah Asuransi Konevensional


1 Konsep Sekumpulan orang yang Perjanjian antara dua pihak atau lebih,
saling membantu, saling dimana pihak penanggung
menjamin, dan bekerja sama, mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan cara masing-masing dengan menerima premi asuransi untuk
mengeluarkan dana tabarru’ memberikan pergantian kepada
tertanggung
2 Sumber Hukum Alquran, Sunnah, Ijma, Istihsan, Pikiran manusia dan kebudayaan
Qiyas, Fatwa sahabat, UrfMaslahah
Mursalah
3 Maisir, Gharar, dan Tidak mengandung unsur Mengandung maisir, gharar, serta riba
Riba maisir, gharar, serta riba yang merupakan suatu yang
dilarang dalam muamalah
4 Jaminan / risiko Sharing of risk, dimana terjadi Transfer of risk, dimana adanya
proses saling menanggung antara perpindahan risiko dari tertanggung
satu peserta dengan peserta kepada penanggung
lainnya
No Prinsip Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
5 Penggelolaan dana Pada produk saving (life) terjadi Tidak ada pemisahan dana. Ini akan
pemisahan dana yaitu dana tabarru’, berakibat pada terjadinya dana
derma, serta dana peserta hangus
sehingga tidak mengenal dana
hangus. Sedangkan untuk asuransi
jiwa dan kerugian, semua dana
bersfat tabarru’
6 Kepemilikan dana Dana yang terkumpul dari peserta Dana yang terkumpul dari premi
dalam bentuk iuran atau kontribusi peserta seluruhnya menjadi milik
merupakan milik peserta. perusahaan
Perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah dalam mengelola
dana tersebut
7 Pembayaran klaim Dari rekening tabarru Dari rekening perusahaan
8 Keuntungan Diperoleh dari surplus underwriting, Diperoleh dari surplus underwriting,
komisi reasuransi, serta hasil komisi reasuransi, serta hasil
investasi. Akan tetapi, seluruh investasi yang dilakukan perusahaan
keuntungan itu bukan milik
perusahaan karena harus dilakukan
bagi hasil (mudharabah) dengan
peserta

Anda mungkin juga menyukai