Anda di halaman 1dari 13

KELEMAHAN-KELEMAHAN HUKUM

PIDANA INTERNASIONAL

OLEH:
RISWAN MUNTHE
Beberapa kelemahan dari hukum pidana Internasional

1. Tidak memiliki asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mandiri


dan terpadu
2. Tidak jelas sistem dan kerangka hukumnya
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor politik
4. Perjanjian-perjanjian internasional mengenai kejahatan
internasional tunduk pada ratifikasi
5. Tidak adanya aparat-aparat penegak hukum (internasional
mandiri,baik pada level legislatif, eksekutif maupun yudikatif
6. Pengimplementasiannya lebih banyak diandalkan pada hukum
(pidana) nasional masing-masing negara
A. Hukum pidana internasional tidak memiliki
asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang
mandiri dan terpadu.
Hukum pidana Internasional tampak tidak memiliki
asas2 dan kaidah2 hukum tersendiri secara mandiri. Hal ini
mengakibatkan hukum pidana internasional, baik
pembuatan kaidah2 hukumnya, pengimplementasian,
maupun pemaksaan terhadap para pelanggarnya di
berbagai kawasan dunia ini tampak tidak konsisten. Dalam
banyak kasus kejahatan, penyelesaiannya sebagain besar
masih mengandalkan pada hukum pidana nasional
negara-negara. Hanya sebagian kecil saja yang sudah
mengandalkan pada hukm internasional yang secara
mandiri pada tataran internasional antara lain, melalui
organisasi internasional, seperti:
Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB ataupun
melalui Badan-Badan peradilan kriminal internasional, seperti
Mahkamah Militer Internasional di Nuremberg 1945 dan Tokyo
1946, Mahamah kejahatan Perang dalam bekas kasus
Yugoslavia 1993 dan Rwanda 1994, serta Mahkamah pidana
internasional.
B. Hukum Pidana Internasional itu tidak Jelas sistem
dan Kerangka Hukumnya
Dikalangan para ahli hukum pidana internasional tidak ada
kesepakatan. Ini menunjukkan bahwa ruang lingkup subjek
hukum dari hukum pidana internasional itu sendiri masih
kontroversial, belum lagi asas-asas dan kaidah-kaidah
hukumnya masih belum ada kejelasan dan kesepakatan para
ahli hukum pidana internasional. Namun tujuannya sudah ada
kepastian yakni pencegahan dan pemberantasan kejahatan
internasional dengan mencari, menangkap, menahan,
mengusut, mengadili dan menjatuhkan putusan yang memiliki
kekuatan mengikat yang pasti terhadap pelaku yang
bersalah. Dalam kondisi seperti ini tentu akan sulit
merumuskan dan menyusun kerangka dan sistem hukum dari
hukum pidana internasional tersebut.
C. Hukum Pidana Internasional sangat dipengaruhi
oleh faktor politik
Hukum pidana internasional terutama yang berbentuk
perjanjian-perjanjian internasional, baik dalam
pembentukan,pengimplementasian, maupun proses
pemaksaannya terhadap pihak-pihak yang melanggarnya,
baik pada tataran internasional maupun nasional sangat
dipengaruhi oleh faktor politik. Negara-negara akan
berpartisipasi ataukah tidak didalam suatu perundingan
untuk merumuskan naskah suatu perjanjian internasional,
pertama-tama tentulah mendasarkan keputusannya pada
pertimbangan-pertimbangan politik. Bahkan bukan saja
hukum pidana internasional saja yang dipengaruhi faktor
politik, bidang-bidang kehidupan lain pada umumnya juga
tidak terlepas dari pengaruh politik.
D. Perjanjian-perjanjian Internasional
Mengenai Kejahatan Internasional Tunduk
Pada Peratifikasian Oleh Negara-negara

Sifat dan hakikat dari perjanjian-


perjanjian internasional, terutama perjanjian-
perjanjian internasional yg substansiinya
tergolong penting dan besar yg lazimnya
disebut law making treaty yang membutuhkan
adanya peratifikasian atau pengikatan diri dari
negara-negara, barulah akan dimulai berlaku
pda suatu wakttu tertentu, setelah
terpenuhinya sejumlah minimum tertentu
negara-negara yang sudah meratifikasinya.
Perjanjian-perjanjian yg termasuk dalam ruang lingkup
HPI sebagai salah satu jenis perjanjian internasional,
suatu perjanjian internasional mengenai suatu
kejahatan internasional seperti:
- Kejahatan terorisme

- Kejahatan Genosida

- Kejahatan Agresi , perang, dll

Hanya berlaku dan mengikat terhadap negara-negara


yang sudah meratifikasinya.
Kelemahan ini adalah kelemahan dari hukum
internasional pada umumnya, kelemahan dari semua
macam perjanjian pada khususnya, termasuk
perjanjian dalam bidang hukum pidana internasional.
Bahwa semakin banyaknya kejahatan
internasional yang diatu dalam bentuk perjanjian-
perjanjian internasional materil-substansial maupun
proses pencarian, penemuan, penangkapan,
penahanan ataupun pengekstradisian si pelakunya
atapun alat-alat bukti yg berkaitan kejahatan
internasional tersebut yg diatur dalam perjanjian-
perjanjian internasional formal-prosedural, justru
adalah merupakan suatu kemajuan yg pesat dari
hukum pidana internasional.
E. Tidak Adanya Aparat-aparat Penegak Hukum
yang Mandiri (pada Tataran Internasional) baik
Legislatif, Eksekutif, maupun Yudikatif

Ketiadaan aparat2 penegak hukum pidana


internasional pada tataran internasioanl, misalnya,
badan penegak hukum dalam bidang pembuatan
peraturan2 HPI (legislatif), pelaksanaan (eksekutuf,
ataupun pemaksaannya (yudikatif) merupakan titik
lemah dari HPI.
Meskipun badan2 peradilan HPI yang bersifat ad
hod yang memiliki yuridiksi untuk mengadili pelaku-
pelaku kejahatan kemanusiaan, genosida, agresi dan
kejahatan perang, namun pembentukannya pun tidak
terlepas dari faktor politik. Meskipun sekarang sudah
ada atau berdiri Mahkamah Pidana Internasional
(International Criminal Court) yg bersifat pemanen,
peranannya hanya lah sebagai pelengkap atas yuridiksi
nasional negara-negara.
F. Pengimplementasiannya Lebih Banyak
Diandalkan pada Hukum (Pidana) Nasonal
Negara-Negara

Pengimplementasiannya Lebih Banyak


Diandalkan pada Hukum (Pidana) Nasonal Negara-
Negara mengakibatkan si pelaku kejahatan relatif
akan lebih sulit untuk menghidarikan diri dari
pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya itu.
Kesulitan bagi si pelaku ini akan semakin berat lagi
apabila semakin banyak negara-negara yg
mengatur kejahatan internasioanl tersebut di dalam
hukum atau UU pidana nasionalnya.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai