Anda di halaman 1dari 22

EKSTRAKSI CAIR-CAIR

DOSEN TIM :
Dr. Titik Sunarni, M.Si., Apt.
Fransiska Leviana, M.Sc., Apt
Fitri Kurniasari, M.Farm., Apt.
Taufik Turahman, M.Farm., Apt.
Ekstraksi Cair-Cair
 Ekstraksi cair-cair merupakan suatu cara/metode
yang bermanfaat untuk memisahkan komponen
dari campurannya

 Ekstraksi cair-cair adalah proses ekstraksi


berdasarkan perpindahan senyawa solut dari satu
fase cair ke fase cair yang lain sesuai dengan
kelarutannya. Ekstraksi menjadi sesuatu yang
sangat berguna jika Anda dapat memilih pelarut
pengekstraksi yang sesuai.
EKSTRAKSI CAIR-CAIR

• proses yang didasarkan pada distribusi solute dalam dua


macam pelarut yang satu sama lain tidak saling larut. Solut
larut dalam kedua macam pelarut yang tidak saling
campur dan terbagi dalam kedua macam pelarut tersebut
sampai dicapai keadaan yang setimbang.
• Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nernst
(hukum partisi) : “pada konsentrasi dan tekanan yang
konstant, solut akan terdistribusi dalam proporsi yang
selalu sama diantara dua pelarut yang saling tidak
campur”.
Pemilihan Pelarut
Aturan umum secara empiris:

 Pelarut non-polar (petroleum eter dan heksana) akan


melarutkan senyawa non-polar (lemak dan lilin).
 Sedangkan pelarut polar (metanol, etanol dan air)
melarutkan senyawa polar (garam alkaloid dan gula).
(yang berarti “like dissolve like”)
 Afinitas solut terhadap fase organik akan sangat meningkat
bila digunakan pelarut campur dibandingkan pelarut
tunggal
(seringkali dipakai campuran pelarut
untuk meningkatkan kelarutan).
Contoh pemilihan pelarut
• kelarutan asam karboksilat alifatis dalam pelarut etanol,
aseton dan campuran kedua pelarut.

Dalam campuran aseton


dan etanol
Ekstraksi cair-cair

Penggunaan metode ekstraksi:


1. untuk memisahkan senyawa dalam sebuah campuran;
atau
2. untuk menghilangkan pengotor yang tidak diinginkan
dalam larutan.

Pada prakteknya, biasanya satu fase berupa air atau yang


dapat bercampur dengan air (aqueous), sedangkan fase
yang lain merupakan pelarut organik yang tidak saling
campur (immiscible) dengan air.
Koefisien Distribusi (Kd)
• Keberhasilan metode ekstraksi bergantung pada
perbedaan kelarutan senyawa pada berbagai macam
pelarut. Perbedaan kelarutan senyawa dalam dua macam
pelarut dikenal dengan istilah koefisisen distribusi

• Jika suatu senyawa dikocok dalam corong pisah dengan


menggunakan dua pelarut tak-saling-campur
(immiscible), senyawa akan terdistribusi di antara kedua
pelarut tersebut.

• Kebanyakan senyawa organik lebih larut dalam pelarut


organik dan sebagian kecil dapat lebih larut di air
Koefisien Distribusi (Kd)

Aturan umum
Pada suhu tertentu, rasio konsentrasi solut dalam masing-masing pelarut
selalu tetap. Rasio ini disebut sebagai koefisien distribusi, K.

konsentrasi dalam pelarut2


K=
konsentrasi dalam pelarut1

dimana pelarut-1 dan pelarut-2 merupakan cairan tak-saling-campur (immiscible)


Aturan umum
Pada suhu tertentu, rasio konsentrasi konsentrasi dalam pelarut2
solut dalam masing-masing pelarut K=
selalu tetap. Rasio ini disebut sebagai konsentrasi dalam pelarut1
koefisien distribusi, K.

dimana pelarut-1 dan pelarut-2


merupakan cairan tak-saling-campur
(immiscible)

Misalnya, suatu senyawa memiliki


koefisien distribusi K = 2 antara
pelarut-1 dan pelarut-2.

Diasumsikan bahwa pelarut-1


merupakan pelarut organik dan
pelarut-2 adalah air
(1) Bila terdapat 30 partikel
senyawa, akan terdistribusi
antara solven1 dan solven2
yang jumlahnya sama

(2) Bila terdapat 300 partikel


senyawa, rasio distribusi yang
sama akan teramati dalam
solvent 1 dan 2

(3) Bila volume solven2


digandakan (i.e., 200 mL solven2
dan 100 mL solven1),
maka
300 partikel senyawa akan
terdistribusi seperti gambar 3.

Makin besar volume pelarut pengekstraksi,


makin banyak solut yang akan terekstraksi.
Apa yang akan terjadi jika dilakukan ekstraksi dua kali dengan
100 ml solven 2 ?
Dalam hal ini, solven ekstraksi yang digunakan jumlahnya sama
dengan volume pada gambar 3, tetapi total volume tersebut dibagi
menjadi dua bagian dan ekstraksi dilakukan dua kali masing-
masing 100 ml solven.
Bila dikocok langsung dengan
200 ml solven-2, maka yang
terekstraksi adalah 240
partikel (gambar 3)

Bila dikocok dengan 100 ml


solven-2 kemudian dipisah,
yang terekstraksi 200 partikel
dan masih tertinggal 100 ml
dalam solven-1 (gambar 2).
Bila solven-1 dikocok lagi
dengan 100 ml solven-2 maka
akan terekstraksi 67 partikel.
Berarti total partikel yang
terekstraksi adalah 267
partikel
Penambahan 67 partikel berasal
dari ekstraksi kedua dengan 100 ml
solven-2. Pada ekstraksi pertama
dengan 100 ml solven-2 diperoleh
200 partikel; sehingga total partikel
terekstraksi (200+67)= 267 partikel.
Jumlah ini lebih besar daripada
dilakukan ekstraksi tunggal dengan
200 ml solven-2 dimana
terekstraksi 240 partikel.

Dengan demikian , ekstraksi lebih


efisien bila dilakukan dua kali
dengan ½ kali volume pelarut
pengekstraksi dari pada ekstraksi
dilakukan sekali dengan volume
penuh.
Jika ekstraksi dua kali dengan volume setengah kali, maka ekstraksi
akan lebih efisien dari pada jika ekstraksi dilakukan sekali dengan
volume penuh.
Dengan demikian tiga kali ekstraksi dengan volume 1/3 kali akan lebih
efisien-, empat kali ekstraksi dengan volume pelarut ekstraksi ¼ kali
akan lebih efisien-, lima kali ekstraksi dengan volume 1/5 akan lebih
efisien-, dst.

Semakin banyak jumlah ekstraksi kecil maka akan semakin banyak


jumlah solut yang dapat terekstraksi. Namun untuk efisiensi
maksimal, aturan praktis adalah untuk melakukan ekstraksi
sebanyak tiga kali dengan 1/3 volume
• Perbandingan konsentrasi kesetimbangan antara dua fase
tersebut disebut koofesien distribusi atau koefisien partisi
(KD).

KD = [S] org atau D = (Cs) org


[S]aq (Cs) aq
Ket :
D : rasio distribusi / rasio partisi
Jika tidak ada interaksi antara solut yang terjadi dalam kedua fase
maka nilai KD dan D adalah identik

• Kesempurnaan ekstraksi dipengaruhi oleh :


– pH - polar
– macam pelarut - ratio distribusi
– jumlah volume pelarut - jumlah ekstraksi yang
dilakukan
1. pH
• Sebagian besar senyawa obat bersifat asam lemah atau basa lemah,
kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH. Umumnya :
– bentuk tak terionisasi , mudah larut dalam pelarut nn polar
– bentuk terionisasi , mudah larut dalam pelarut polar.
• Jumlah bentuk tak terionisasi dan terionisasi dapat diubah-ubah dengan
mengubah pH lingkungan.
• Keberhasilan ekstraksi asam/basa lemah juga dipengaruhi harga pKa
– Misal : jika pKa 5, maka pada :

HA H + A
pH 5  [HA] = [A]
pH 6  + 10% dalam bentuk tak terion
pH 7  + 1% dalam bentuk tak terion
• Untuk menyakinkan senyawa telah terionisasi sempurna, maka pada :
– asam lemah  pH larutan minimal harus 3 satuan lebih basa dari pKa-nya
– basa lemah  pH larutan minimal harus lebih asam dari pKa-nya
2. Jenis pelarut
• Umumnya salah satu pelarut adalah air, shg Kd lebih banyak
dipengaruhi sifat fisikokimia pelarut ke-2
• Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh :
– Polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat
polar dan ionik, begitu sebaliknya.
– struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar
dari suatu molekul, makin panjang rantai gugus non polar dari
suatu zat makin sukar zat tersebut larut dalam air.
• Pelarut organik yang sering digunakan : eter, kloroform, CCl4, etil
asetat
3. Jumlah ekstraksi yang dilakukan dan volume pelarut
• Penyarian lebih efektif jika CP dibagi dalam beberapa
bagian kecil dari pada sekali dg semua penyari yg
tersedia
• Untuk ‘n’ kali ekstraksi dengan pelarut organik,
banyaknya zat terlarut yang tersisa dalam air
dirumuskan :

V = volume larutan dalam air


n Vo = volume pelarut organik
KD . Va
Wn =Wo Kd = koefisien distribusi
KD . Va +Vorg Cn = Konsentrasi solut yang tertinggal
dalam air setelah ‘n’ kali ekstraksi
Co = Konsentrasi solut dalam air
sebelum ekstraksi (g/ml)
Ekstraksi cair-cair bertahap
1. Ekstraksi menggunakan corong
pisah.
• Berberapa hal yang perlu diperhatikan
al:
– corong hendaknya tidak diisi
melebihi ¾ bagian
– penggojokan mula-mula pelan
dan kelebihan tekanan
dibebaskan melalui tangkai.
– Penggojokan dilakukan kearah
badan

Cara pengatasan jika terjadi emulsi


 penambahan garam ke dalam fase air
 pemanasan atau pendinginan corong
pisah
 penambahan sedikit pelarut organik
yang berbeda
 sentrifugasi
2. Ekstraksi Craig
• Menggunakan peralatan Craig terdiri dari
serangkaian tabung kaca (r = 0, 1, 2 ..) yang
dirancang dan diatur sedemikian rupa
sehingga fase cair ringan (bj kecil) ditransfer
dari satu tabung ke yang berikutnya.
• untuk memisahkan dua zat atau lebih,
apabila perbandingan distribusi (D) dari zat-
zat tersebut perbedaannya kecil sekali.
• Proses ”Craig” ini merupakan fraksionasi
secara bertahap dengan menggunakan
peralatan khusus.
• Alat yang digunakan pada prinsipnya terdiri
dari sejumlah besar (bisa 100 atau lebih)
tabung-tabung pengekstrak yang identik,
yang berfungsi sebagai corong pemisah yang
biasanya diatur oleh electromechanically.
Ekstraksi cair-cair berkesinambungan :

– Menggunakan cairan penyari dengan BJ lebih besar atau yang


lebih kecil dari berat jenis yang diekstraksi
– Terjadi ekstraksi sampai habis  memungkinkan pemisahan
komponen-komponen dalam campuran yang mempunyai nilai
pembanding distribusi kurang menguntungkan (D <1).
– Dipakai peralatan khusus, didalam mana pelarut organik secara
otomatis disuling, didinginkan dan dialirkan secara terus menerus
melalui lapisan air.
– Hasil ekstraksi setara dengan beberapa ratus kali ekstraksi
memakai pelarut murni organik, dapat diperoleh dalam waktu
kurang lebih satu jam .
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai