Anda di halaman 1dari 26

YANE DILA KESWARA, M.SC.

, APT
Perubahan efek suatu obat
akibat pemakaian obat lain
(interaksi obt-obat), atau
Interaksi Obat oleh makanan, obat
tradisional dan senyawa
kimia lain.
Mekanisme interaksi obat

Farmaseutik/
Farmakodinamik
Inkompatibilitas

Farmakokinetik
1. INKOMPATIBILITAS

• Terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan)


antara obat yang tidak dapat dicampur
(inkompatibel)
• Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat
• Contoh: pembentukan endapan, perubahan warna
1. INKOMPATIBILITAS

• Interaksi farmaseutik biasa terjadi pada


pencampuran obat injeksi atau obat injeksi
dengan cairan infus
• Contohnya:
- Gentamisin mengalami inaktivasi bila dicampur
dengan karbenisilin, demikian juga penisilin G bila
dicampur dengan vitamin C
- Amfoterisin B mengendap dalam larutan garam
fisiologis atau larutan ringer
1. INTERAKSI
FARMAKOKINETIK

• Interaksi terjadi bila salah satu obat


mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme
atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma
obat kedua meningkat atau menurun
• Menyebabkan toksisitas atau penurunan
efektivitas obat tersebut
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

• Interaksi Langsung
- Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam
lumen saluran cerna sebelum absorpsi dapat
mengganggu proses absorpsi.
- Diatasi dengan pemberian jarak waktu pemakaian
minimal 2 jam
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

Obat A Obat B Efek


Tetrasiklin Kation multivalen (Ca2+, Terbentuk khelat yang
Mg2+, Al3+ dalam antasida, tidak diabsorpsi  jumlah
Ca2+ dalam susu, Fe2+ absorpsi kedua obat
dalam sediaan besi menurun
Digoksin, digitoksin Kolestiramin, Obat A diikat oleh obat B
kortikosteroid, tiroksin  jumlah absorpsi obat A

Digoksin, linkomisin Kaolin-pektin

Digoksin Mg Trisiklat, Al(OH)3 gel Obat A diabsorpsi oleh


obat B  jumlah absorpsi
Rifampisin Bentonit (bahan pengisi obat A ↓
tablet PAS)
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

• Perubahan pH cairan saluran cerna


- Cairan saluran cerna yang alkalis akan meningkatkan kelarutan
obat bersifat asam yang sukar larut dalam suasana asam
- Suasana alkalis disaluran cerna akan mengurangi kelarutan
beberapa obat bersifat basa dalam cairan saluran cerna, dengan
akibat mengurangi absorbsinya.
- Berkurangnya keasaman lambung oleh antasida akan
mengurangi pengrusakan obat yang tidak tahan asam sehingga
meningkatkan bioavailibilitasnya, dan mengurangi absorbsi Fe,
yang di absorbsi paling baik jika cairan lambung sangat asam
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

Obat A Obat B Efek


NaHCO3 Aspirin Kecepatan disolusi B ↑ 
kecepatan absorpsi obat B

NaHCO3 Tetrasiklin Kelarutan obat B ↓ 
jumlah absorpsi obat B ↓
Antasida Penisilin G, Eritromisin pH lambung ↑ 
pengrusakan obat B ↓ 
jumlah absorpsi obat B ↑
Antasida Fe pH lambung ↑  jumlah
absorpsi obat B ↓
Vitamin C Fe pH lambung ↓  jumlah
absorpsi obat B ↑
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

• Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit


dalam usus (motilitas saluran cerna)
- Usus halus adalah tempat absorpsi utama untuk semua obat
termasuk obat bersifat asam.
- Absorpsi obat di usus lebih cepat daripada di lambung sehingga
makin cepat obat sampai di usus halus makin cepat pula
absorpsinya.
- Obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung 
mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan dalamk waktu
yang sama
- Obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung 
memperlambat absorpsi obat lain.
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

• Waktu transit dalam usus


Mempengaruhi absorpsi obat yang :
- Obat yang sukar larut dalam cairan untuk saluran cerna atau
sukar diabsorpsi sehingga membutuhkan waktu untuk melarut
dan diabsorpsi
- Obat yang diabsorpsi secara aktif hanya di satu segmen halus
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna
Obat A Obat B Efek
Antikolinergik Parasetamol, diazepam, Obat A memperpanjang
Antidepresi trisiklik propanolol, fenilbutazon waktu pengosongan
lambung 
memperlambat absorpsi
obat B
Analgesik narkotik Parasetamol Obat A memperpanjang
waktu pengosongan
lambung 
memperlambat absorpsi
obat B
Antikolinergik Levodopa Obat A memperpanjang
Antidepresi trisiklik waktu pengosongan
lambung  BA obat B ↓
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna
Obat A Obat B Efek
Antikolinergik Digoksin Obat A memperpanjang
waktu transit usus  BA
obat B↑
Metoklopramid Parasetamol, diazepam, Obat A memperpendek
propanolol waktu pengosongan
lambung mempercepat
absorpsi obat B
Metoklopramid Levodopa Obat A memperpendek
waktu pengosongan
lambung BA obat B↑
Metoklopramid Digoksin Obat A memperpendek
waktu transit usus  BA
obat B ↓
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

• Kompetisi untuk mekanisme absorpsi aktif


- Obat yang merupakan analog dari zat makanan misalnya
levodopa, metildopa, dan 6-merkaptopurin diabsorpsi aktif
melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme untuk zat
makanan
- Absorpsi obat tersebut dapat dihambat oleh zat makanan yang
bersangkutan
- Contoh :
Absorpsi levodopa dihambat oleh fenilalanin yang berasal dari diet
tinggi protein. Dan sebaliknya absorpsi levodopa meningkat pada
diet rendah protein
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

• Perubahan flora usus


- Flora normal usus berperan dalam: sintesis vitamin K dan
merupakan sumber vitamin K; memecah sulfasalazin menjadi
bagian2 aktif; sebagian metabolisme obat (levodopa); hidrolisis
glukuronid yang diekskresi melalui empedu sehingga terjadi
sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat
- Pemberian AB spektrum luas (tetrasiklin, kloramfenikol,
ampisilin, sulfonamid) akan mensupresi/mengubah flora normal
usus  meningkatkan efektivitas antikoagulan oral (antagonis vit
K) yang diberikan bersama, mengurangi efektivitas sulfasalazin,
meningkatkan BA levodopa, dan mengurangi efektivitas
kontrasepsi oral
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

• Efek toksik pada saluran cerna


- Terapi kronik dengan asam mefenamat, neomisin, dan kolkisin
menimbulkan sindrom malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat
lain terganggu.

Obat A Obat B Efek

Kolkisin (kronik) Vitamin B12 Obat A mengganggu absorpsi obat B

Neomisin (kronik) Penisilin, digoksin Obat A mengganggu absorpsi obat B

Neomisin (kronik) Kolesterol, asam-asam Obat A mengganggu pembentukan


empedu, vitamin A misel  menghambat absorpsi obat B
1.1. Interaksi Dalam Absorpsi Di
Saluran Cerna

• Mekanisme tidak diketahui


• Beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan
mekanisme yang tidak diketahui.

Obat A Obat B Efek

Al(OH)3 Propanolol, Indometasin Obat A mengurangi jumlah absorpsi


obat B
Fenobarbital Griseofulvin, dikumarol Obat A mengurangi jumlah absorpsi
obat B
Sulfasalazin Digoksin Obat A mengurangi jumlah absorpsi
obat B
1.2. Interaksi Dalam Distribusi

• Interaksi dalam ikatan protein plasma


- Banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam
terutama pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada
asam α1-glikoprotein
- Jumlah protein terbatas  terjadi kompetisi antara obat asam
dan basa untuk bisa berikatan dengan protein yang sama
- Ini terjadi untuk obat yang: mempunyai ikatan yang kuat dengan
protein plasma (min 85%) dan Vd yang kecil; mempunyai batas
keamanan yang sempit; efek toksik yang terjadi sebelum
kompensasi tsb; eliminasi mengalami kejenuhan
1.2. Interaksi Dalam Distribusi

Obat A Obat B Efek


Ikatan protein plasma: obat B (ikatan protein sangat kuat) menggeser obat A (ikatan protein
kurang kuat dibanding obat B) dari ikatannya dengan protein plasma  efek/toksisitas obat A

Warfarin Fenilbutazon, Pendarahan
oksifenbutazon, salisilat,
klofibrat, fenitoin, asam
mefenamat
Tolbutamid, Fenilbutazon, Hipoglikemia
klorpropamid oksifenbutazon, salisilat
Metotreksat Salisilat, sulfonamid Pansitopenia
Fenitoin Fenilbutazon, Toksisitas fenitoin ↑
oksifenbutazon, salisilat,
valproat
Kinin Pirimetamin Sinkonisme, depresi sumsum tulang
Bilirubin Salisilat, sulfonamid Kernikterus pada neonatus
1.2. Interaksi Dalam Metabolisme

• Metabolisme obat dipercepat


- Banyak obat larut dalam lemak dapat menginduksi sintesis enzim
mikrosom hati.
- Setiap reaksi metabolisme dikatalisis oleh beberapa jenis enzim
yang berbeda dalam spesifitas substratnya dan kemampuannya
untuk diinduksi, sehingga tergantung dari jenis enzim yang
diinduksinya, suatu zat penginduksi dapat mempercepat
metabolisme beberapa obat tapi tidak mempengaruhi
metabolisme obat yang lain
- Bila metabolit hanya sedikit atau tidak mempunyai efek
farmakologis, maka zat penginduksi mengurangi efek obat.
- Sebaliknya, bila metabolit lebih aktif atau merupakan zat yang
toksik, maka zat penginduksi meningkatkan efek atau toksisitas
obat
1.2. Interaksi Dalam Metabolisme

Obat A Obat B Efek


Obat A menginduksi sintesis enzim metabolisme obat B  metabolisme obat B ↑  kadar
plasma obat B ↓ sedangkan metabolitnya ↑

Fenobarbital Barbiturat, fenitoin,


warfarin, dikumarol,
kontrasepsi oral,
kortikosteroid, digitoksin,
kloramfenikol parasetamol
Fenitoin Kortikosteroid, kontrasepsi
oral, kuinidin
Rifampicin Tolbutamid, antikoagulan
oral, INH, kortikosteroid
Karbamazepin Fenitoin, warfarin
DDT Kortikosteroid, kontrasepsi
oral, tiroksin
Merokok, makanan Teofilin
panggang arang
1.2. Interaksi Dalam Metabolisme

• Metabolisme obat dihambat


- Penghambatan metabolisme suatu obat menyebabkan
peningkatan kadar plasma obat sehingga meningkatkan efek
atau toksisitasnya.
- Kebanyakan interaksi terjadi akibat kompetisi antar substrat
untuk enzim metabolisme yang sama
- Efek penghambatan ini akan menjadi lebih nyata bila
menyangkut obat poten yang metabolismenya mengalami
kejenuhan, seperti fenitoin dan dikumarol, atau pada penderita
penyakit hati berat, status gizi buruk, usia ekstrim, atau kelainan
genetik, dimana terdapat aktivitas enzim metabolisme yang
rendah
1.2. Interaksi Dalam Metabolisme

Obat A Obat B Efek


Obat B menghambat metabolisme obat A  efek atau toksisitas obat A↑

Fenitoin Dikumarol, disulfiram,


kloramfenikol, simetidin, INH,
klorpromazin, imipramin

Dikumarol Kloramfenikol, fenilbutazon,


oksifenbutazon
Warfarin Fenilbutazon, kotromoksazol,
disulfiram, simetidin,
metronidazol
Tolbutamid Dikumarol, fenilbutazon,
oksifenbutazon, kloramfenikol,
probenesid, salisilat
Lidokain Simetidin
1.2. Interaksi Dalam Metabolisme

• Perubahan aliran darah hepar (Qh)


- Untuk obat yang dimetabolisme di hati dengan kapasitas tinggi
- Bersihan hepar sangat dipengaruhi oleh perubahan Qh
1.2. Interaksi Dalam Metabolisme

Obat A Obat B Efek

Anda mungkin juga menyukai