Wa0021
Wa0021
MARASMUS
Dosen Pembimbing : Kusmini Suprihatin. S.kep,M.kep.Sp.An
33 •Idilil Fitriyani
34 •Devia Putri O
DEFINISI
• Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh
defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat terjadi
bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila
kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam
waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam
status marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001).
• Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan kalori protein.Marasmus adalah malnutrisi
berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan
tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan
satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan
kalori.(Suriadi,2001:196)
Ciri- Ciri Terkena Penyakit Marasmus
10. Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada
kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari
bantalan pipi.
11. Abdomen dapat kembung dan datar.
12. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, kemudian lesu dan nafsu
makan hilang.
13.Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe
kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.
KOMPLIKASI MARASMUS
1 Defisiensi
vitamin A 4 Diare kronis
2
Dermatosis
Tuberculosis
3
Kecacingan
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN MARASMUS
A. PENCEGAHAN
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi
yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6
tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu
kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
B.PENGOBATAN
2. Sumber Protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, Dimasak dengan banyak minyak
susu, keju, yoghurt dan es krim atau kelapa/santan kental
3. Sumber protein Semua jenis kacang-kacangan, Dimasak dengan banyak minyak
nabati tempe, tahu dan pindakas
atau kelapa/santan kental
6. Minuman Soft drink, madu, sirup, teh dan kopi Minuman rendah energi.
encer
7. Bumbu Bumbu tidak tajam seperti bawang Bumbu yang tajam seperti cabe
merah, bawang putih, laos, salam dan
kecap. dan merica.
• Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai
bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol
dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi
seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina
Mursada, 2002:11).
P
A
T
H
W
A
Y
MANIFESTASI KLINIS
1) Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2) Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3) Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4) Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil
laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
DIAGNOSA