Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK 6
Etiologi Diare:
- Enteritis
- Diare psikogenik
- Kolitis Ulserativa
Klasifikasi Diare
Diare dengan
Diare tanpa
dehidrasi
dehidrasi
ringan
Diare dengan
dehidrasi Diare dengan
sedang dehidrasi berat
MANIFESTASI KLINIS
Berikan nutrisi
Pada Kasus Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan-sedang Diberikan Tambahan
Cairan Lebih Banyak Dari Biasanya. Pemberian Asi Diberikan Lebih Sering Dan
Lebih Lama.
Con’t
Suplementasi zinc
Zinc sulfat diberikan pada usia ˃6 bulan sama dengan 20 mg perhari yang
dilarutkan sehingga dalam terapi yang diberikan pada kasus ini sudah sesuai
yaitu zinc sirup yang mengandung zinc sulfar 10 mg, diberikan 1 x 2 sendok
takar.
Pemberian antibiotik
Pemberian angtibiotek harus berdasarkan indikasi yang sesuai, seperti diare
berdarah atau diare karena kolera, atau diare disertai penyakit lain.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan tinja (Zein, Sagala, & Ginting, 2004)
2. Makroskopis dan mikroskopis
3. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan table clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
4. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
5. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
6. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
7. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan faktor
dalam serum (terutama dalam penderita diare yang disertai kejang).
8. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
KOMPLIKASI
Dehidrasi
Disritmia jantung
Enterokolitis
Gangguan elektrolit
Kerusakan kulit
Malnutrisi
Pendarahan GI
Sindrom malabsorpsi
Sindrom Zollinger-Ellison
Pencegahan
Intraseluler 40 % 40 % 40 % 27 %
Plasma
ekstraselule (intrasvask 5% 5% 5% 7%
r ular)
Intersisial 35 % 25 % 15 % 18%
EXAMPLE :
BB pasien = 56 kg maka,
10 kg pertama : 1000 cc cairan
10 kg kedua : 500 cc cairan
46 kg terakhir : 20 mL x 36 kg =720 cc cairan
Total cairan yang dibutuhkan = 1000 cc + 500 cc +
720 cc = 2220 mL/hari = 2,2 L/hari
Berdasarkan berat badan bayi dan anak (me
nurut Darrow)
Example :
BB pasen : 23 kg maka,
10 kg pertama : 4cc x 10 = 40 cc cairan
10 kg kedua : 2 cc x 10 = 20 cc cairan
23 kg terakhir = 1 cc x 3 kg = 3 cc cairan
Total cairan yang dibutuhkan = 40 cc + 20 cc + 3
cc = 63 mL/jam . 63 mL x 24 jam = 1512 mL/hari
Berdasarkan umur, tapi BB tidak diketahui
• 1 tahun : 2n + 8 (n
dalam tahun )
• 3 – 12 bulan : n + 9
(n dalam bulan )
Example :
1. Biasa terjadi setelah intake cairan 1. Pada anak yang diare yang banyak
minum air atau cairan hipotonik atau
hipertonik ( natrium, laktosa )
diberi infus glukosa 5%
selama diare
2. Kadar natrium rendah ( <130 mEq/L)
2. Kehilangan air >> kehilangan
3. Osmolaritas serum < 275 mOsm/L
natrium
4. Letargi, kadang-kadang kejang
3. Konsentrasi natrium > 150 mmol/ L
4. Osmolaritas serum meningkat > 295
mOsm/L
5. Haus, irritable
6. Bila natrium serum mencapai 165
mmol/L dapat terjadi kejang
Tipe-tipe dehidrasi
1. Dehidrasi isotonik (isonatremik). Tipe ini merupakan yang
paling sering (80%). Pada dehidrasi isotonik kehilangan air
sebanding dengan jumlah natrium yang hilang, dan biasanya
tidak mengakibatkan cairan ekstrasel berpindah ke dalam
ruang intraseluler.
2. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik). Natrium hilang yang
lebih banyak dari-pada air. Penderita dehidrasi hipotonik
ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang
dari 135 mmol/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari
270 mOsml/L).
Con’t
1. Dehidrasi Isotonik
Pada kondisi isonatremia, defisit natrium
secara umum dapat dikoreksi dengan mengganti
defisit cairan ditambah dengan cairan pemeliharaan
dextrose 5% dalam NaCl 0,45-0,9%. Kalium (20
mEq/L kalium klorida) dapat ditambahkan ke dalam
cairan pemeliharaan saat produksi urin membaik
dan kadar kalium serum berada dalam rentang
aman.
2. Dehidrasi Hipotonik
Pada tahap awal diberikan cairan pengganti intravaskuler
NaCl 0,9% atau RL 20 mL/kgBB sampai perfusi jaringan
tercapai. Pada hiponatremia derajat berat (<130 mEq/L)
harus dipertimbangkan penambahan natrium dalam cairan
rehidrasi.
3. Dehidrasi Hipertonik
Pada tahap awal diberikan cairan pengganti intravaskuler
NaCl 0,9% 20 mL/kgBB atau RL sampai perfusi jaringan
tercapai. Pada tahap kedua, tujuan utama adalah memulihkan
volume intravaskuler dan mengembalikan kadar natrium
serum sesuai rekomendasi, akan tetapi jangan melebihi 10
mEg/L/24 jam.
ASKEP
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Kekurangan volume Dalam waktu 1 x 24 Manajemen elektrolit/cairan
cairan jam, kekurangan 1) Monitor perubahan status paru/jantung
volume cairan yang menunjukkan kelebihan volume cairan
pasien dapat teratasi atau dehidrasi
, dengan kriteria: 2) Monitor TTV yang sesuai
Keseimbangan 3) Monitor respon pasien terhadap terapi
cairan: elektrolit yang diresepkan
Tekanan darah 4) Monitor manifestasi dari
normal ketidakseimbangan elektrolit
Denyat nadi 5) Timbang BB harian dan pantau gejala
radial normal 6) Berikan cairan yang sesuai
Denyut perifer 7) Pastikan bahwa larutan intravena yang
normal mengandung elektrolit diberikan dengan
Intake dan aliran yang konstan dan sesuai
output dalam 24 8) Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan
jam seimbang gejala ketidakseimbangan cairan/elektrolit
menetap/memburuk
Diagnosa keperawatan NOC NIC