Anda di halaman 1dari 14

ENURESIS

NOKTURNAL

Penyaji : Nurmaniar Majid

Pembimbing : dr. Christina Kolondam, Sp. A


PENDAHULUAN

Berkemih normal
Mengompol (Normal voding)
Enuresis

perubahan perilaku
pola berkemih perihal
No !!! hukuman
riwayat penyakit sebelumnya
 Definisi

“enourein” : mengosongkan urin.

Pengeluaran air kemih involunter malam, usia 5


tahun >>, minimal 2- 3 x/minggu, minimal 3
bulan
Anatomi
Refleks berkemih terjadi dengan cara:
- Impuls pada medulla spinalis dikirim ke otak dan menghasilkan impuls
parasimpatis yang menjalankan melalui saraf splanknik pelvis ke
kandung kemih.
- Refleks perkemihan menyebabkan otot detrusor kontraksi dan relaksasi
sfingter internal dan eksternal
Adapun usia perkembangan kandung kemih, yaitu:

- Neonatus : berkemih spontan & merupakan refleks medula spinalis. Urin >>,
VU mengembang, terjadi refleks yang menimbulkan kontraksi otot detrusor
dan relaksasi otot sfingter eksternum kandung kemih.
- 1-2 th : menyadari bila VU penuh tp belum mampu mengendalikan miksi.
- 2,5 th : tahu cara & guna miksi sehingga dpt mengendalikan VU sesuai
tempat dan waktu miksi.

- 3 th, pergi ke kamar mandi bila ingin miksi, sdh dpt menahan
miksi dalam waktu yang cukup lama, mengendalikan miksi
pd siang hari, pd malam hari 75%
- 3,5 th : sdh tdk mengalami nocturnal enuresis .
- 4,5 th, sdh dpt mengendalikan VU secara lengkap.
- 5 th, miksi sebanyak 5-8 x/hr dan menolak miksi bukan
ditempatnya
 Epidemiologi
Prasekolah
15-20%

6-7 tahun
5-10%
 Etiopatogenesis
1. Faktor genetik
77% bila kedua orang tuanya enuresis, 43-44% jika
salah satu orang tuanya enuresis, dan 15% anak
enuresis.
2. Pola tidur anak
Tidur yang sangat dalam (deep sleep) anak tidak
terbangun saat kandung kemih sudah penuh.
3. Kapasitas kandung kemih kecil
4. Kurangnya kadar antidiuretik hormon (ADH)
5. Toilet training yang kurang
 Diagnosis
• Pola berkemih
• Perihal mengompol
Anamnesis • Riwayat penyakit sebelumnya

• Inspeksi, palpasi daerah abdomen untuk melihat distensi abdomen


• Menilai kekuatan dan kualitas urin.
• Refleks sfingter, sensasi perineal, tonus anal, pemeriksaan daerah
Pemeriksaan punggung, serta refleks lumbosakral untuk menilai adanya kelainan
fisik medula spinalis

• Urinalisis : berat jenis urin untuk menyingkirkan poliuria sebagai


penyebab enuresis, glukosa (glukosuria) oleh karena diabetes. Bila
Pemeriksaan ada dugaan infeksi maka biakan urin perlu dilakukan.
penunjang

Enuresis nokturnal : pengeluaran urin dimalam hari, tanpa


adanya rasa panas atau terbakar, dan warna urin tetap jernih
 Diagnosis
(PPDGJ) III, pedoman diagnostik enuersis (F98.0) adalah :
 Suatu gangguan yang ditandai oleh buang air kecil tanpa kehendak
pada siang dan/atau malam hari, yang tidak sesuai dengan usia mental
anak, dan bukan akibat dari kurangnya pengendalian kandung kemih
akibat gangguan neurologis, serangan epilepsi, atau kelainan struktural
pada saluran kemih.
 Tidak terdapat garis pemisah yang tegas antara gangguan enuresis dan
variasi normal usia seorang anak berhasil mencapai kemampuan
pengendalian kandung kemihnya. Namun demikian, enuresis tidak lazim
didiagnosis terhadap anak dibawah usia 5 tahun atau dengan usia
mental kurang dari 4 tahun.
 Bila enuresis berhubungan dengan suatu gangguan emosional atau
perilaku, yang lazim merupakan diagnosis utamanya, hanya bila terjadi
sedikitnya beberapa kali dalam seminggu.
 Enuresis ada kalanya timbul bersamaan dengan enkopresis, dalam hal
ini enkopresis yang diutamakan.
 Penatalaksanaan

Non-Farmakologi

 Meningkatkan motivasi anak untuk :


pujian atau reward sysitem
 Perubahan kebiasaan
• Mengurangi minum 2 jam sebelum
tidur
• Miksi sebelum tidur
• Retention control training NO !!!
 Psikoterapi.
HUKUMAN
Farmakologi

 Dosmopressin asetat (DDAVP)


Dosis 5-40 µg sebagai obat semprot hidung
 Impiramin.
Dosis 25 mg/24 jam sebelum waktu tidur malam.
 Prognosis
10-20% kasus sembuh spontan tanpa komplikasi

Anda mungkin juga menyukai