Anda di halaman 1dari 26

Pemeriksaan Fisik

THT

dr. Hanggoro, Sp. THT-KL


Telinga

Alat yang Digunakan


Headlamp Spekulum Telinga Otoskop

Serumen Spoon & Hook Pinset Bayonet


Garpu Tala

Aligator
MENYIAPKAN PASIEN

Pasien Anak Pasien Dewasa


Memegang Otoskop
Inspeksi & Palpasi
Aurikula
 Inspeksi : bentuk dan ukuran
(mikrotia/makrotia, bat ear, cauliflower ear),
Pembengkakan, ulks, jaringan parut (trauma,
post op)
 Palpasi : Nyeri tekan

Meautus Akustikus Eksternus (MAE)


 Inspeksi : ukuran meatus(menyempit /
melebar), lumen (serumen? debris? Corpus
alienum? polip?), pembengkakan pada MAE

Membran Timpani
 Bentuk : apakah bentuknya normal?
menonjol? retraksi?. Perhatikan juga bagian-
bagian membran timpani (anulus, plica
anterior & posterior, umbo, dan refleks
cahaya
 Warna : Normal  keabu-abuan dan
mengkilap
 Keutuhan
Uji Bisikan
Tujuan: Untuk skrining adanya gangguan pendengaran dan tuli konduktif dengan tuli
sensorineural

Cara Pemeriksaan
Pendengaran dengan
Syarat Bisikan
 Ruangan sunyi, tidak ada echo 1. Atur posisi pasien berdiri
 Mata pasien ditutup agar tidak
membelakangi anda pada jarak
membaca gerak bibir pemeriksa sekitar 4,5-6 meter
 Telinga yang diperiksa dihadapkan ke 2. Anjurkan pasien untuk menutup salah
arah pemeriksa dan telinga yang tidak satu telinga yang tidak diperiksa
diperiksa ditutup 3. Bisikkan suatu bilangan (mis: tujuh
 Pemeriksa membisikkan kata-kata enam)
dengan udara cadangan paru setelah
ekspirasi. 4. Beritahu pasien untuk mengulangi
bilangan yang didengar
 Pasien mengulang dengan keras dan
jelas kata-kata yang diucapka pemeriksa 5. Periksa telinga sebelah dengan cara
terdiri atas 1 atau 2 suku kata yang yang sama
dikenal penderita
6. Bandingkan kemampuan mendengar
telinga kanan dan kiri pasien
 Normal : 6 meter
Interpretasi Hasil
 Tuli ringan : > 4 meter - < 6 meter
 Tuli sedang : > 1 meter - < 4 meter
 Tuli sedang : < 1 meter
 Tuli total : Jika berteriak di depan
penderita tetapi penderita tetap
tidak mendengan
Uji Rinne
Untuk membandingkan hantaran udara dan tulang
pada suatu telinga pasien

Cara Interpretasi Hasil


 Bunyikan garpu tala frekuensi  Normal: Rinne (+)
512 Hz lalu letakkan garpu tala
tegak lurus planum mastoid  Tuli sensoris: Rinne (+)
(posterior MAE) sampai  Tuli konduktif: Rinne (-)
penderita tidak mendengar lagi,
kemudian segera pindahkan ke
depan MAE penderita. Jika
masih mendengar  Rinne (+)
Uji Weber
Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan
kanan
Cara Interpretasi Hasil
 Getarkan garpu tala frekuensi  Normal: tidak ada lateralisasi
512 Hz lalu letakkan tegak lurus
di dahi pada garis median  Tuli konduktif: Lateralisasi ke
(dapat juga diletakkan divertex) telinga yang sakit

 Minta pasiaen menunjukkan  Tuli sensorineural: Lateralisasi ke


pada telinga mana suara telinga yang sehat
terdengar lebih keras / terjadi
lateralisasi
Uji Swabach
Membandingkan hantaran tulang pasien dan pemeriksa
Syarat Telinga pemeriksa harus normal

Cara
 Getarkan garpu tala frekuensi 512
Hz lalu letakkan tegak lurus pada
mastoid pemeriksa. Bila tidak
terdengar, secepatnya
dipindahkan pada mastoid
planum pasien.
Bila pasien masih mendengar =
swabach memanjang
Bila pasien tidak mendengar, 2
kemungkinan:
 Swabach memendek
 Swabach normal
Uji Batas Atas dan Batas Bawah
Untuk menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar pasien
melalui hantaran udara jika dibunyikan pada intensitas ambang
normal
Garpu tala dibunyikan satu
Interpretasi Hasil
persatu (Frek. Terendah 
tertinggi) dan didengarkan  Tuli Konduktif : Batas bawah naik
dulu oleh pemeriksa hingga (tidak dapat mendengan pada
suara hampir hilang untuk frekuensi garpu tala terendah)
mengetahui nilai ambang  Tuli sensorineural : Batas atas
bagi telinga normal. turun (Tidak dapat mendengar
Kemudian didengarkan pada frekuensi tinggi)
pada pasien dengan  Normal: dapat mendengar
meletakkan garpu tala di pada semua frekuensi
depan MAE

– Kesalahan yang dapat terjadi : Garpu tala dibunyikan terlalu kuat sehingga tidak
dapat mendeteksi pada frekuensi dimana pasien tidak dapat mendengar
Tuli Konduktif Tes Tuli Sensorineural

Normal Batas Atas Menurun

Naik Batas Bawah Normal

(-) Rinne (+)

Lateralisasi ke telinga Weber Lateralisasi ke telinga


yang sakit yang sehat
Memanjang Swabach Memendek
HIDUNG
 Persiapan
Headlamp Spekulum Hidung Pinset Bayonet Spatel

Bunsen Kaca Nasofaring


– Inspeksi dan palpasi
Cara inspeksi dan palpasi hidung bagian luar serta palpasi sinus-sinus
1. Duduk menghadap pasien
2. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari sisi depan, samping dan sisi
atas. Perhatikan bentuk atau tulang hidung dari ketiga sisi ini
3. Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung
4. Amati kesimetrisan lubang hidung
5. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat bila ditemukan
ketidaknormalan kulit atau tulang hidung
6. Kaji mobilitas septum nasi
7. Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmodialis. Perhatikan adanya nyeri tekan
Cara inspeksi hidung bagian dalam

1. Duduk menghadap pasien


2. Pasang lampu kepala
3. Atur lampu sehingga tepat menerangi lubang hidung
4. Elevasikan ujung hidung pasien dengan cara menekan hidung secara lembut dengan
ibu jari, kemudian amati bagian anterior lubang hidung
5. Amati posisi septum nasi dan kemungkinan adanya perfusi
6. Amati bagian konka nasalis inferior
7. Pasang ujung spekulum pada lubang hidung sehingga rongga hidung dapat diamati
8. Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung, atur posisi kepala sedikit
mengadah
9. Dorong kepala mengadah sehingga bagian rongga atas hidung mudah diamati
10. Amati bentuk dan posisi septum, kartilago, dan dinding-dinding rongga hidung serta
selaput lendir pada rongga hidung
11. Bila sudah selesai, lepas spekulum secara perlahan-lahan
Cara
memegan
g spekulum
hidung
Rhinoskopi Anterior
 Memasukkan spekulum ke dalam hidung dalam keadaan tertutup, setelah
berada dalam cavum nasi, spekulu dibuka perlahan
 Dinilai: vestibulum (krusta, sekret), cavum nasi bawah (warna mukosa,
besarnya lumen cavum nasi, deviasi septum, dasar cavum nasi), cavum
nasi atas (Kaput konka media, meatus medial (pus, polip), mukosa septum
 Setelah selesai, spekulum hidung ditutup perlahan tetapi tidak ditutup total
dan dikeluarkan perlahan
Rhinoskopi Posterior
 Uapkan kaca nasofaring
 Kaca nasofaring dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri
memegang spatel lidah
 Minta pasien membuka mulutnya lalu spatel lidah ditekan ada 2/3 bagian
dorsum lidah
 Kaca nasofaring dimasukkan perlauan dalam posisi menghadap ke
bawah hingga bagian hidung terlihat (jangan sampai menyentuh dinding
posterior faring)
 Putar perlahan kaca nasofaring ke kanan dan ke kiri untuk mengamati
struktur dalam hidung
Uji Transiluminasi Sinus
Alat yang diperlukan: Lampu listrik 6 volt bertangkai
panjang (Heyman)
Uji Transiluminasi Sinus Frontalis
Cara:
1. Lampu ditekan pada lantai sinus frontalis
2. Lampu ditekan ke arah media superior
3. Cahaya yang memancar ke depan ditutup dengan
tangan kiri

Sinus normal: Dinding depan terlihat terang


Uji Trasiluminasi Sinus Maksilaris
Cara 1 Cara 2

 Mulut dibuka lebar  Mulut dibuka lalu dimasukkan


lampu ke dalam mulut
 Lampu ditekan pada margo  Mulut ditutup rapat
inferior orbita ke arah inferior
 Cahaya yang memancar dari ulut
 Cahaya yang memancar ke ke bibir atas ditutup dengan
tangan kiri
depan ditutup dengan tangan
kiri
Sinus maksilaris normal  Daerah
dinding depan di bawah orbita
terlihat bayangan terang brbentuk
Normal: Palatum durum bulan sabit
homolateral tampak terang
Interpretasi
Pemeriksaan memiliki nilai  ada perbedaan antara sinus kiri dan kanan

Kedua sinus terang  laki-laki: sinus normal


perempuan: sinus normal / keduanya berisi cairan
Bila sama gelap  pada pria: sinus normal (karena tulang tebal)
LARING
Alat yang Dibutuhkan
Headlamp Spatel Cermin nasofaring

Xylocaine spray Bunsen


Pemeriksaan Rongga Mulut
 Pasien diminta membuka mulut, proyeksi cahaya lampu kepala diarahkan
ke muut pasien
 Inspeksi keadaan bibir, mukosa rongga mulut, lidah dan gerak lidah

Inspeksi  Trismus, gerakan bibir dan sudut mulut (Nilai N.VII), mukosa dan
gingiva (nilai apakah terdapat ulkus, lidah (nilai apakah ada parese N.IX,
atropi atau tumor), pergerakan palatum mole & palatum durum.
Pemeriksaan Tonsil

 Besar tonsil
 Warna : normal  merah muda
 Permukaan :
 Halus/ berbenjol-benjol,
 Ulserasi,
 Detritus,
 Pelebaran kripte,
 Micro abses,
 Tonsil berlobus-lobus,
 Penebalan arcus,
 Besar tonsil kanan-kiri sama/ tidak,
 Disertai pembesaran kelenjar leher/ tidak.
Laringoskopi Indirek

 Tubuh pasien sedikit condong ke depan, dengan mulut


Laringoskopi indirek dilakukan terbuka lebar dan lidah dijulurkan keluar. Supaya kaca
menggunakan kaca laring laring tidak berkabut oleh nafas pasien, hangatkan kaca
laring sampai sedikit di atas suhu tubuh.
(laryngeal mirror) atau flexible
fiberoptic endoscope.  Pegang ujung lidah pasien dengan kassa steril supaya
tetap berada di luar mulut. Minta pasien untuk tenang
Laringoskopi dapat dan mengambil nafas secara lambat dan dalam
mengidentifikasi kelainan- melalui mulut.

kelainan laring dan faring baik  Fokuskan sinar dari lampu kepala ke orofaring pasien.
akut maupun kronis, benigna  Untuk mencegah timbulnya refleks muntah, arahkan
atau maligna kaca laring ke dalam orofaring tanpa menyentuh
mukosa kavum oris, palatum molle atau dinding
posterior orofaring.
 Putar kaca laring ke arah bawah sampai dapat melihat
Alat yang dibutuhkan: Cermin laring, permukaan mukosa laring dan hipofaring. Ingat bahwa
kasa, lampu kepala, bunsen pada laringoskopi indirek, bayangan laring dan faring
terbalik : plika vokalis kanan terlihat di sisi kiri kaca laring
dan plika vokalis kanan terlihat di sisi kiri kaca laring.
 Minta pasien untuk berkata “aaahh”, amati pergerakan

Anda mungkin juga menyukai