Anda di halaman 1dari 63

SKENARIO 3 : KETUBAN SAYA PECAH DOK….

OLEH : KELOMPOK 4

ACHMAD TRI SUGIARTO KHARISUL I.F (1691006)


RISLAN FAIZ MUHAMMAD (1691008)
BASYAR ADNANI (16910011)
FAHRURROZI HARI PURNOMO (16910012)
SITI ROZIAH RIA FAMUJI (16910018)
CHOLIS NUR AINI (16910033)
GALIH INDRA PURLISTYARINI (16910042)
PUTRI AULAWIYA ROSYIDA HALIM (16910044)
SILVIA DEWI MARANSISCA (16910047)
Ny. A, 27 tahun, diantar keluarganya ke Rumah Bersalin Asy-Syifa dengan keluhan kenceng –kenceng. Sehari sebelumnya pasien sudah merasakan kenceng – kenceng tapi

masing jarang dan tidak terlalu sakit. Pasien juga mengeluh keluar cairan merembes sedikit – sedikit sejak 2 hari ini. Pasien merasa khawatir dengan kondisi bayi dan

kehamilannya.Akhirnya pasien dibawa keluarga ke Rumah Bersalin terdekat untuk diperiksakan.

Hari pertama haid terakhir pasien adalah 34 minggu yang lalu. Merupakan kehamilan pertama, tidak ada riwayat keguguran. Riwayat pijat disangkal. Riwayat kencing dan buang

air besar dBN. Riwayat keputihan dirasakan pasien sejak 1 minggu ini, tetapi pasien tidak memeriksakan dirinya. Riwayat antenatal care di bidan 6x.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, GCS 456. Tinggi badan 140 cm, berat badan 72 kg. Tensi 110/70, Nadi 98x/menit, RR 20x/menit, tax 36,7°C, trect

37,0°C. Kepala/Leher conjunctiva anemia -/-, icterus -/-,Thorax cor dan pulmo dbn,Abdomen supel. Ekstrimitas superior dan inferior hangat kering merah.

Pemeriksaan Obstetri, palpasi abdomen fundus uteri 25 cm, kontraksi (+) jarang, doppler djj 175x/menit. Leopold 1 teraba bulat lunak, Leopold II teraba punggung kiri dan

bagian kecil janin kanan, Leopold III teraba bulat keras, Leopold IV merapat di pintu atas panggul. Pemeriksaan Vaginal Toucher, aliran ketuban (+) merembes, dilatasi (-),

effacement 0%, Hodge 1.

Pemeriksaan laboratorium Darah lengkap. Hb : 11,2 gr%, Leukosit : 10..400/μL, trombosit : 204.000/ μL, PCV : 30%, LED : 1 mm/jam. Pemeriksaan USG didapatkan janin

intrauterine tunggal hidup, letak kepala, taksiran berat janin 2015 gram, plasenta di fundus, amniotic fluid index 10.

Pasien disarankan untuk bed rest dan rawat inap oleh dokter. Pasien diberikan obat injeksi gentamycin 2 x 80 mg iv, induksi maturasi paru dengan dexamethason 4 x 6 mg iv.

Terapi oral : isoksuprin 3x1 tablet.


KATA SULIT

 Amnion Fluid Index : Metode semi kuantitatif untuk memperkirakan volume cairan amnion
 Kenceng-kenceng : Rasa kencang atau kontraksi di fundus uteri sebagai tanda persalinan
 Isoksuprin : Derivat fenil tilamin dari adrenalin
 Ketuban : Cairan bening kekuningan yang terdapat dalam ruangan diliputi selaput janin
 Keputihan : Disebut juga fluor albus, merupakan gejala fisiologis atau gangguan alat
kelamin berupa cairan putih kekuningan atau putih kelabu dari vagina
 Gentamycin : Antibiotik golongan aminoglikosida yang dapat digunakan untuk
. mengobati infeksi gram negatif
RUMUSAN MASALAH + JAWABAN

1. Mengapa pasien mengeluh kenceng kenceng tapi masih jarang dan tidak terasa sakit?
- Peningkatan tekanan intrauterine
- Ketegangan Rahim karena adanya kehamilan ganda
- Adanya pergerakan bayi di dalam perut, gas berlebih di dalam lambung
- Merupakan keadaan umum, saat kehamilan tua biasanya menjelang kelahiran (true labor atau kontraksi persalinan dimana bersifat nyeri
dan menetap dengan jeda yang teratur, makin lama makin kuat karena myometrium meningkatkan produksi oksitosin menjelang
persalinan serta didapatkan cairan). Saat kehamilan muda, merupakan tanda pertumbuhan rahim.
- Bisa karena kontrasi palsu (Braxton hicks) yang merupakan persiapan persalinan tapi tidak lebih dari 30 detik dan tidak lebih dari
2x/jam. Kekuatannya tidak meningkat.Tidak menimbulkan rasa sakit saat berjalan.
- Adanya infeksi dari vagina atau selaput ketuban
- Bisa karena adanya MMP yang merupakan junctional zone (Zams) yang meningkatkan MMP sehingga menyebabkan pengurangan volume
ketuban sebagai akibat lesi yang menyebabkan bocornya ketuban. MMP ini menginduksi dari reseptor oksitosin like substance yang
mengiduksi kontraksi otot halus pada myometrium dalam laju rendah.
2. Mengapa Ny. A mengeluh keluar cairan merembes?
 Kemungkinan adanya kebocoran cairan ketuban. Bisa disebabkan karena degradasi dari matriks ekstrasel selaput
ketuban yang disebabkan peningkatan MMP dan penurunan TIMP sehingga cairan merembes.
 Amnion memiliki lapisan epitel amnion yang dikelilingi lapisan spongiosa dan korion. Pada korion ada bagian
sitotrofoblas yang memproduksi cairan amnion. Di bagian proksimal desidua, trofoblas bersama lapisan spongiosa
dan epitel membentuk struktur yang disebut Zone of Altered Morphology (ZAM). ZAM ini mengalam defek sehingga
terdapat penurunan kolagen I, III, dan V serta peningkatan Tenascin-c dan osteonektin yang menyebabkan compact
layer di basement membrane epithelium melemah sehingga menyebabkan penurunan resistensi atau tahanan untuk
melawan tekanan hidrostatik dari amnion yang menyebabkan pengeluaran amnion menuju genital tract sehingga
menurunkan volume amnion intrauterine.
3. Apa hubungan HPHT, primigravida, tidak ada riwayat keguguran dengan keluhan?
 HPHT: menunjukkan usia kehamilan trimester ke tiga berarti meningkatkan risiko pecahnya ketuban. HPHT masih
belum cukup bulan (<37 minggu) yang merupakan Premature Preterm Rupture of Membrane
 Primigravida : mungkin ibunya stress sehingga memicu pecahnya ketuban
 Riwayat keguguran : berarti tidak ada kelainan pada rahimnya dan tidak menunjukkan adanya inkompetensi serviks
yang merupakan salah satu etiologi dari pecahnya selaput ketuban.
4. Mengapa dokter menanyakan riwayat pijat kepada pasien?
 Menyingkirkan penyebab pecahnya ketuban karena trauma
5. Apa hubungan tidak adanya keluhan BAK dan BAB dengan keluhan pasien?
 Riwayat BAK : Keluhan tidak berhubungan dengan kelainan pada saluran kencing atau ISK yang menjadi faktor
predisposisi. Untuk membedakan juga cairan yang merembesnya berasal dari urin atau ketuban.
 Riwayat BAB : Rembesnya amnion bisa menunjukkan adanya defek pada endometrium yang bisa masuk ke rongga
intraperitoneum sehingga menimbulkan gejala seperti perut kembung dan mulas secara terus menerus. Bisa juga
untuk menyingkirkan infeksi Ascending GI Tract.
6. Apa hubungan keputihan pasien selama satu minggu dengan keluhan pasien?
 Keputihan dapat menandakan adanya infeksi seperti bakteri vaginosis yang menuju rongga korio desidua sehingga
bakteri melepaskan endotoksin dan eksotoksin. Bakteri ini juga bisa menyebabkan degradasi pada lapisan ketuban
sehingga terjadi sintesis prostaglandin dan kontraksi uterus. Keputihan yang disebabkan infeksi biasanya berbau
tidak enak dan gatal.
 Keputihan bisa merupakan hal yang normal di kehamilan karena adanya peningkatan hormon kehamilan yang dapat
meningkatkan produksi cairan di vagina sehingga menurunkan keasaman vagina.
 Keputihan lebih kental daripada cairan ketuban.
7. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
 BMI : 36.73. Jika pada wanita yang sebelum hamil BMI nya normal, kenaikan berat badan ketika hamil biasanya yaitu
11 kg -16 kg.
 TTV normal
8. Bagaimana interpretasi pemeriksaan obstetrik dan VT?
 Pemx. Obstetri :
- Normalnya ketika kehamilan 34 minggu, ukuran fundus uteri yaitu 31-33 cm. Nilai ini tidak sesuai mungkin karena t inggi ibu yang pendek.
Bisa disebabkan ukuran janin yang kecil.
- DJJ tinggi
- Leopold I-IV normal
 VT :
- Aliran ketuban (+) -> merembes
- dilatasi vagina –
- effacement 0% berarti belum ada pembukaan
- hodge 1 : di bagian simfisis pubis dan promontorium
9. Pem. Darah Lengkap :
 Hb : Normal
 Leukosit : Normal
 Trombosit : Normal
 PCV : Normal
 LED : Normal
Pemx. USG :
Kehamilan intrauterine tunggal : menyingkirkan penyebab ketuban pecah karena gemeli dan menyingkirkan adanya kehamilan ektopik, letak
kepala normal, berat janin kecil (normalnya 2100-2200 gram), plasenta di fundus normal,AFI normal.
Berat janin dapat dihitung berdasarkan = (tinggi fundus uteri-n) x 155
Hasil n = 12. Berarti kepala masih berada di atas spina ischiadika
10. Apa kemungkinan diagnosis dari pasien?
Dx : PPROM (Preterm Premature Rupture of Membrane)
DD : Partus premature (preterm delivery)
Kandidiasis
11. Mengapa pasien disarankan bed rest dan rawat inap?
Trauma berkepanjangan uterin bisa meningkatkan resiko ekstravasasi cairan amnion. Rawat inap bertujuan agar bisa
dilakukan tindakan segera jika diperlukan persalinan.
Observasi (agar cairan ketuban tidak semakin merembes), evaluasi (tanda infeksi) dan tatalaksana lebih lanjut
(antibiotik, induksi pematangan paru).
12. Mengapa pasien diberi terapi medikamentosa seperti skenario?
 Gentamycin untuk profilaksis infeksi, karena efektif untuk mencegah kandidiasis dan infeksi ascending tapi bersifat
nefrotoksik dan ototoksik.
 Induksi maturasi paru untuk jaga jaga jika surfaktan bayi belum cukup
 Isoksuprin untuk meningkatkan suplai nutrisi dan darah sehingga menurunkan kemungkinan risiko plasental defect
PROBLEM TREE
LEARNING OUTCOME
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya
selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan.

premature rupture of membranes (PROM) Preterm Premature Rupture of membrane


(PPROM)

Ketuban pecah pada saat usia kehamilan ≥ 37 Ketuban pecah dini premature (PPROM)
minggu. Pada PROM penyebabnya mungkin karena merupakan pecahnya ketuban sebelum mencapai
melemahnya membran amnion secara fisiologis. umur kehamilan 37 minggu dan sebelum onset
Kondisi klinis seperti inkompetensi serviks dan persalinan
polihidramnion
EPIDEMIOLOGI
KPD Aterm

terjadi pada sekitar 6,46-15,6% pada kehamilan aterm

PPROM

2-3% dari semua kehamilan tunggal 7,4% dari kehamilan kembar


Komplikasi
pada1 /3 dari semua
kelahiran prematur, yang
PPROM telah meningkat sebanyak
. 38% sejak tahun 1981

Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD preterm


akan mengalami infeksi yang berpotensi berat, bahkan fetus/
neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan mortalitas
terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya,
hingga 47,9% bayi mengalami kematian
PPROM

dengan sekitar 18-20%


kematian perinatal di Amerika
Serikat
ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan
intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Beberapa hal masih merupakan kontroversi di bidang obstetri. Penyebab lainnya
adalah sebagai berikut (Sualman, 2009):
 Serviks inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat
persalinan, kuretase, atau tindakan bedah obstetri lainnya).
Ketegangan rahim berlebihan (tekanan intra uterin meningkat secara
berlebihan/overdistensi uterus: seperti pada keadaan trauma, kehamilan ganda,
hidramnion)
Kelainan letak janin dan Rahim misalnya: letak sungsang dan letak lintang,
sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang
dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
 Kemungkinan kesempitan panggul dimanabagian terendah belum masuk PAP misalnyapada Cephalo Pelvic
Disproportion (CPD).
 Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga
memudahkan ketuban pecah (Amnionitis / Korioamnionitis).
 Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, ataupun kelainan genetik).
 Akhirnya, pecahnya selaput ketuban juga dapat disebabkan oleh trauma dan setelah fetoskopi atau amniosentesis
(iatrogenic) (Devlieger, 2006).
Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten, makintinggi
kemungkinan infeksi.Makin muda kehamilan, makin sulit upaya penatalaksanaannya tanpamenimbulkan morbiditas
janin.
FAKTOR RESIKO
 Pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien kulit putih.
 Pasien lain yang juga berisiko: pasien dengan status sosioekonomi rendah, perokok, mempunyai riwayat infeksi
menular seksual, memiliki riwayat persalinan prematur, riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya,
perdarahan pervaginam, atau distensi uterus (misalnya pasien dengan kehamilan multipel dan polihidramnion).
INFEKSI

Kelemahan selaput ketuban dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri yang terjadi melalui beberapa mekanisme
yaitu infeksi asenderen oleh bakteri, aktifitas enzim phospolipase A2 yang merangsang pelepasan prostaglandin,
interleukin maternal, endotoksin bakteri, dan produksi enzim proteolitik yang menyebabkan lemahnya selaput
ketuban. Sedangkan dilepaskannya radikal bebas dan reaksi peroksidase dapat merusak selaput ketuban
Kehamilan kembar dan polihidramnion dapat meningkatkan tekanan intrauterin. Ketika terdapat juga kelainan selaput
ketuban, seperti kehilangan elastisitas dan pengurangan kolagen, peningkatan tekanan tersebut jugs akan
memperlemah kondisi selaput ketuban janin dan dapat menyebabkan KPD
Kondisi posisi janin yang abnormal dan Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) dapat menyebabkan kegagalan kepala janin
memasuki pintu masuk panggul. Panggul yang kosong dapat mengakibatkan tekanan intrauterin yang tidak merata
disebabkan oleh cairan ketuban yang memasuki rongga kosong tersebut sehingga dapat menyebabkan KPD
 Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum juga berpengaruh terhadap produksi struktur kolagen yang
menurun pada kulit ketuban.
 Faktor-faktor seperti trauma kelahiran dan kelainan kongenital pada struktur serviks yang rentan dapat merusak
fungsi otot pada serviks. Konsekuensinya adalah serviks akan melonggar sehingga membuat bagian depan kulit
cairan ketuban dapat dengan mudah mendesak ke dalam, menyebabkan tekanan yang tidak merata pada kapsul
cairan ketuban
PATOFISIOLOGI
KRITERIA DIAGNOSIS
PADA ANAMNESIS HAL-HAL YANG PERLU DIGALI ADALAH MENENTUKAN USIA KEHAMILAN,
ADANYA CAIRAN YANG KELUAR DARI VAGINA, WARNA CAIRAN YANG KELUAR DARI VAGINA,
ADANYA DEMAM DAN FAKTOR RESIKONYA.

PADA ANAMNESIS DIDAPATKAN:

1. TERASA KELUAR AIR DARI JALAN LAHIR

2. BIASANYA TANPA DISERTAI DENGAN KONTRAKSI ATAU TANDA INPARTU . ADANYA RIWAYAT
KELUARNYA AIR KETUBAN BERUPA CAIRAN JERNIH KELUAR DARI VAGINA YANG KADANG-
KADANG DISERTAI TANDA-TANDA LAIN DARI PERSALINAN.
PADA PEMERIKSAAN FISIK

1. TERCIUM BAU KHAS KETUBAN

2. APAKAH MEMANG AIR KETUBAN KELUAR DARI KANALIS SERVIKALIS PADA BAGIAN YANG SUDAH PECAH, LIHAT DAN
PERHATIKAN ATAU TERDAPAT CAIRAN KETUBAN PADA FORNIKS POSTERIOR.

3. MENENTUKAN PECAHNYA SELAPUT KETUBAN DENGAN ADANYA CAIRAN KETUBAN DI VAGINA. PASTIKAN BAHWA CAIRAN
TERSEBUT ADALAH CAIRAN AMNION DENGAN MEMPERHATIKAN BAU CAIRAN KETUBAN YANG KHAS.

4. JIKA TIDAK ADA CAIRAN AMNION, DAPAT DICOBA DENGAN MENGGERAKKAN SEDIKIT BAGIAN TERBAWAH JANIN ATAU
MEMINTA PASIEN BATUK ATAU MENGEJAN

5. TIDAK ADA TANDA INPARTU

6. PEMERIKSAAN FISIK DILAKUKAN UNTUK MENILAI ADANYA TANDA-TANDA INFEKSI PADA IBU
DENGAN MENGUKUR SUHU TUBUH (SUHU ≥ 38°C).
Diagnosis Banding Ketuban Pecah DIni

Gejala dan tanda selalu Gejala dan tanda kadang- Diagnosis


ada kadang ada kemungkinan

Keluar cairan ketuban -Ketuban pecah tiba-tiba Ketuban pecah


-Cairan tanpa diintroitus dini

-Tidak ada his dalam 1 jam

Keluar cairan ketuban -Ketuban pecah tiba-tiba Hind water dan fore water rupture of the
membarane

–Keluar cairan ketuban -Riwayat keluarnya cairan Amnionitis


- Cairan vagina berbau -Uterus nyeri
– Demam/menggigil
-Denyut jantung janin cepat
– Nyeri perut
-Perdarahan pervaginam sedikit

–Keluar cairan ketuban -Gatal Infeksi Vaginitisf


-Cairan vagina berbau -Keputihan Servicitis
– Tidak ada riwayat ketuban pecah
-Nyeri perut

-Perdarahan pervaginam sedikit

Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri, Jilid 1, EGC : Jakarta


SWAB SERVIKS
Dilakukan jika terdapat kecurigaan adanya infeksi

Diambil 2 swab, satu untuk kultur dan satunya


digunakan untuk pengamatan dibawah mikroskop
TES PH
Dilakukan jika bingung cairan berasal dari mana

PH amnion biasanya ph 7.1-7.3


Jika Asam bisa jadi sekret vagina normal
USG
Dilakukan jika terdapat kecurigaan adanya infeksi

Pemeriksaan USG berguna


untuk melengkapi
diagnosis DALAM menilai
indeks cairan amnion
PEMERIKSAN
LAB

Darah lengkap
Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi

tes fern
Memastikan bahwa cairan itu cairan ketuban,
gambaran fern leaf pada mikroskop
TATALAKSANA
(POGI, 2016)
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas dan morbiditas
perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atau akibat kelahiran
preterm pada kehamilan dibawah 37 minggu.

A. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan <24 minggu

Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm didapatkan
bahwa morbiditas minor neonatus seperti hiperbilirubinemia dan takipnea
transien lebih besar apabila ibu melahirkan pada usia tersebut dibanding pada
kelompok usia lahir 36 minggu. Morbiditas mayor seperti sindroma distress
pernapasan dan perdarahan intraventrikular tidak secara signifikan berbeda (level
of evidence III). Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan
kehamilan adalah pilihan yang lebih baik.
B. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 34-38 minggu

Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan akan


meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis (level of evidence Ib).Tidak
ada perbedaan signifikan terhadap kejadian respiratory distress syndrome.
Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan
lebih buruk dibanding melakukan persalinan
KPD
memanjang

• Antibiotik profilaksis disarankan pada kejadian KPD preterm. Dibuktikan dengan


22 uji meliputi lebih dari 6000 wanita yang mengalami KPD preterm
• Disimpulkan bahwa administrasi antibiotik mengurangi morbiditas maternal dan
neonatal dengan menunda kelahiran yang akan memberi cukup waktu untuk
profilaksis dengan kortikosteroid prenatal.
• Pemberian eritromisin atau penisilin adalah pilihan terbaik.
Tata cara perawatan konservatif :

a. Dilakukan sampai janin viable

b. Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam

c. Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG untuk menilai air ketuban:
Bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan.
Bila air ketuban kurang (oligohidramnion), dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan.

d. Pada perawatan konservatif, pasen dipulangkan pada hari ke-7 dengan saran sebagai berikut :
tidak boleh koitus.
tidak boleh melakukan manipulasi vagina.
segera kembali ke RS bila ada keluar air ketuban lagi

e. Bila masih keluar air, perawatan konservatif dipertimbangkan dengan melihat pemeriksaan
laboratorium. Bila terdapat leukositosis atau peningkatan LED, lakukan terminasi.
Pemberian kortikosteroid antenatal pada wanita dengan KPD preterm telah dibuktikan
manfaatnya dari 15 RCT yang meliputi 1400 wanita dengan KPD dan telah disertakan
dalam suatu metaanalisis. Kortikosteroid antenatal dapat menurunkan risiko respiratory
distress syndrome dan enterokolitis nekrotikan, dan mungkin dapat menurunkan kematian
neonatus (Harding, 2001).
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
KOMPLIKASI

 Komplikasi Neonatal

Aterm : Infeksi (septikemia, meningitis, pneumonia, sepsis dan


konjungtivitis)

Preterm : Sindrom gangguan pernapasan, prolaps tali pusat dan


kecacatan
KOMPLIKASI

 Komplikasi Maternal

Infeksi hingga sepsis


Peritonitis, terutama jika dilakukan pembedahan
Ruptur uteri
Korioamnionitis
Solusio plasenta
PROGNOSIS

 Penatalaksanaan

 Komplikasi

 Umur kehamilan
Konseling dan Edukasi

1. Memberikan informasi kepada ibu, adanya air ketuban yang


keluar sebelum tanda inpartu normal
2. Menenangkan ibu dan memberitahu kepada suami dan
keluarga agar ibu dapat diberi kesempatan untuk tirah
baring.
3. Memberi penjelasan mengenai persalinan yang lebih cepat
dan rujukan yang akan dilakukan ke pusat pelayanan
sekunder jika penatalaksanaan tidak dapat secara konservatif
4. Menganjurkan pemeriksaan ANC rutin jika penatalaksanaan
dilakukan secara konservatif hingga kelahiran

Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri, Jilid 1, EGC : Jakarta


Pencegahan

1. Mengurangi aktifitas berat


2. Menghindari asap rokok
3. Mempertahankan nutrisi yang cukup bagi ibu dan bayi
4. Menghindari stress emosional
5. Menjaga hygiene genital sehingga memperkecil resiko
infeksi

Mercer BM. Preterm premature rupture of the membranes: diagnosis and management. Clin Perinatol. 2014;4:765-82

Anda mungkin juga menyukai