Anda di halaman 1dari 28

Oleh:

Desy Irawati
2017.04.20.0223

Pembimbing:
dr. Sri Mulyono, Sp.B

1
PENDAHULUAN
• Insiden batu empedu di Indonesia belum diketahui dengan
pasti.
• Banyak penderita batu empedu tanpa gejala dan ditemukan
secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos
abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain.
• Dengan adanya USG, maka banyak penderita batu kandung
empedu yang ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah
kemungkinan terjadinya komplikasi.
• Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya
tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan
moralitas

2
ANATOMI SYSTEM BILIER
VESICAL FELLEA
• Berbentuk buah pir
• Panjang 7-10 cm, kapasitas N 30-50
mL
• Ada 4 bagian  fundus, corpus,
infundibulum, dan collum
- Arteri: a. Cystica yang berasal dari
cabang a. Hepatica dextra
- Vena: v. Cystica menuju ke vena
porta
- Inervasi: n.Vagus dan cab. simpatis
T8 & T9
Rangsangan dari hepar, kandung
empedu, dan ductus biliaris 
menuju n. Splanichus  colic bilier
3
DUCTUS
BILIARIS

4
FISIOLOGI SYSTEM BILIER

5
CHOLELITHIASIS
Cholelithiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat
ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam ductus
choledocus, atau pada keduanya.

Tiga jenis batu empedu:


1. Batu kolesterol
2. Batu pigmen (bilirubin)
3. Batu campuran (banyak
mengandung kalsium
dan permukaan
berlapis-lapis)
6
EPIDEMIOLOGI
• Distribusi dan lokasi batu empedu bervariasi di berbagai
tempat.
• Di Amerika Serikat dan negara-negara barat umumnya 75%
batu empedu merupakan batu campuran, 15% batu pigmen,
dan 10% batu kolesterol.
• Umumnya batu terdapat di kandung empedu, namun dapat
pula ditemukan pada common bile duct (CBD) dan
intrahepatik ataupun telah bermigrasi ke traktus intestinal.
• Gambaran yang berbeda dijumpai di tempat lain seperti di Asia
Tenggara dan Timur Jauh, di mana umumnya batu empedu
merupakan batu pigmen dan banyak ditemukan intrahepatic.

7
FAKTOR RESIKO (7F)
• Female
• Fourty
• Fat
• Food (makanan berlemak)
• Fertile (anak banyak)
• Family
• Flatulance (kembung, sendawa, kentut)

8
ETIOLOGI
• Disebabkan karena gangguan metabolisme akibat
perubahan susunan cairan empedu, stasis cairan
empedu dan infeksi kandung empedu.
• Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol.
• Batu kolesterol  genetik, wanita, kehamilan, obesitas,
DM tipe II, hiperkoleterolemia, hipertensi, hormon
• Batu pigmented:
a. Hitam  turnover heme yang cepat, ex: sickle cell
anemia
b.Coklat dan kombinasi  infeksi pada ductus billiaris

9
10
PATOGENESIS

Ada 4 tahapan, yaitu:


• Saturasi
• Pembentukan nidus/inti batu
(Nukleasi)
• Kristalisasi
• Pertumbuhan batu 11
PATOFISIOLOGI
Predisposisi pembentukan batu
empedu:
1. Faktor motilitas kandung empedu
2. Billiary stasis
3. Kandungan empedu (batu
kolesterol, pigmen, campuran)

12
PATOFISIOLOGI

13
MANIFESTASI KLINIS
CHOLECYSTOLITHIASIS
1. Asimptomatik
2. Simptomatik
• Nyeri daerah epigastrium dan kuadran kanan atas
• Kolik bilier yang berlangsung > 15 menit (pasca prandial
 makanan berlemak)
CHOLEDOCHOLITHIASIS
 Nyeri / kolik epigastrium dan kuadran kanan atas
 Demam
 Ikterus
 Syok
 Penurunan kesadaran
14
DIAGNOSIS - ANAMNESIS
• Dapat asimptomatik
• Dispepsia dan intoleransi terhadap
makanan berlemak
• Nyeri region epigastrium, nyeri
kuadran kanan atas, atau nyeri pada
daerah prekordium.
• Nyeri dapat menyebar ke punggung
bagian tengah, scapula, atau ke puncak
bahu, disertai mual dan muntah
• Dapat pula timbul kolik bilier yang
bisa berlangsung > 15 menit dan baru
menghilang beberapa jam kemudian
15
• Jika terjadi kolesistitis  keluhan nyeri menetap dan
Murphy sign (+)
• Pada batu ductus choledocus  riwayat nyeri atau
kolik di epigastrium dan perut kanan atas juga dapat
disertai demam dan menggigil, hingga tanda sepsis bila
telah terjadi kolangitis berat. Biasanya terdapat icterus
dan urin berwarna gelap yang hilang timbul dan BAB
seperti dempul
• Pruritus ditemukan pada icterus obstruktif
berkepanjangan (>> tungkai)
• RPD  DM, hiperkolestrolemia

16
PEMERIKSAAN FISIK
Acute Cholecystitis Cholangitis
- Demam Cholecystitis + Icterus
- Murphy sign (+) • Ringan-sedang: bacterial non
pyogenic  TRIAS CHARCOT
Choledocolithiasis • Demam & menggigil

- Ikterus • Nyeri daerah kuadran


kanan atas
(bila kadar > 3 g/dL)
• Ikterus
- Hepar agak membesar
• Berat: bacterial pyogenic 
PENTAD REYNOLD
• Trias charcot
• Syok
• Penurunan kesadaran 17
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
• Bila asimtomatik umumnya tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium.
• Leukositosis  bila terjadi peradangan akut.
• Kenaikan bilirubin serum  Mirrizi Syndrome (↑
ringan), dan batu dalam ductus koledukus (↑ tinggi),
• Peningkatan kadar Alkali Fosfatase Serum dan Amilase
serum  serangan akut.

18
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RADIOLOGI
USG (sensitifitas dan
spesifisitas tinggi)
• Batu empedu (hiperekoik)
dengan acoustic shadow
dibawahnya
• Penebalan dinding kandung
empedu akibat edema
karena meradang (double
wall)
• Lumpur empedu (sludge)
19
Kolesistografi dengan
kontras
• Pemeriksaan tergantung pada
fungsi kandung empedu
untuk mengkonsentrasikan
kontras media.
• Hasil false negatif pada batu
yang kecil berkisar 6-8%.

CT-Scan
• Lebih akurat dalam mencari
batu CBD dibandingkan USG
• Sensitivitas mencapai 75%
20
ERCP (Endoscopic
Retrograde Cholangio-
Pancreatography)
• Pemeriksaan penting dalam
pencitraan preoperatif untuk
melihat gambaran CBD.
• Visualisasi langsung
menggunakan duodenoskopi,
papila dapat secara selektif
dikanulasi untuk mendapatkan
gambaran duktus pankreas dan
CBD.
• Zat kontras yang larut dalam air
diinjeksikan untuk
memperlihatkan gambaran
sistem bilier.
21
PENATALAKSANAAN
TERAPI NON BEDAH
• Disolusi dengan obat-obatan : Asam Ursodeoksikolat
(UDCA) untuk melarutkan batu empedu kolesterol
dibutuhkan waktu pemberian obat 6-12 bulan dan diperlukan
monitoring hingga dicapai disolusi. Terapi efektif pada ukuran
batu <1 cm dengan angka kekambuhan 50 % dalam 5
tahun
• Percutaneus Transhepatic Cholecystolitolisis (PTC): dengan
tuntunan USG. Diberi pelarut kolesterol
(methylterbutylether dan monooctanoin), kemudian diinfuskan
secara langsung ke dalam kandung empedu.
• Extracorporal Shock Wave Lithotripsy (ESWL): untuk
pasien simptomatik dengan batu empedu yang tidak
mengalami kalsifikasi dan berdiameter < 2 cm. Memerlukan
terapi adjuvant UDCA. 22
BEDAH
Cholecystotomi Open Cholecystectomi
Berguna untuk Indikasi: kolik biliaris rekuren,
dekompresi dan diikuti oleh cholecystitis akut
drainase kandung empedu Komplikasi: trauma CBD,
yang distensi, mengalami perdarahan, dan infeksi.
inflamasi, hydrops, atau
purulent.

23
Cholecystectomi Laparoscopy
Kelebihan: nyeri pasca operasi minimal, pemulihan lebih
cepat, hasil komestik lebih baik, mempersingkat waktu
perawatan di RS.

24
TEKNIK OPERASI
OPERASI TERBUKA

25
KOMPLIKASI
• Kolesistitis akut (dapat menimbulkan perforasi
dan peritonitis)
• Kolesistitis kronis
• Ikterus obstruktif
• Kolangitis
• Fistel bilienterik
• Perubahan keganasan

26
PROGNOSIS
• Untuk penderita dengan ukuran batu yang kecil,
pemeriksaan serial USG diperlukan untuk mengetahui
perkembangan dari batu tersebut.
• Batu bisa menghilang secara spontan.
• Untuk batu besar masih merupakan masalah, karena resiko
terbentuknya karsinoma kandung empedu (ukuran batu >
2cm). Karena resiko tersebut, dianjurkan untuk mengambil
batu tersebut.

27
28

Anda mungkin juga menyukai