Pengenalan JKN
Pengenalan JKN
2
PENDAHULUAN
• Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BPJS
Kesehatan mempunyai 7 prinsip yaitu : gotong
royong, nirlaba, portabilitas, kepesertaan bersifat
wajib, dana amanah dan pengelolaan dana jaminan
sosial.
• BPJS Kesehatan mempunyai dua jenis peserta
yaitu PBI dan non PBI (mandiri). Premi Peserta PBI
dibayarkan oleh pemerintah dgn dana APBN.
• BPJS Kesehatan bekerjasama dengan jaringan FKTP
baik pemerintah maupun swasta serta faskes
rujukan tingkat lanjut baik rawat jalan maupun
rawat inap baik pemerintah maupun swasta.
PENDAHULUAN
Kementerian Kesehatan telah menyusun road map
pelaksanaan JKN, dimana dalam road map tersebut UHC
(universal health coverage) yaitu seluruh penduduk Indonesia
telah terdaftar sebagai peserta JKN bisa tercapai pada tahun
2019.
Sampai dengan 1 September 2017 peserta BPJS Kesehatan :
180.772.917 jiwa,
70% penduduk Indonesia tercakup JKN.
Jumlah Faskes (1 Agustus 2016)
Puskesmas : 9813
Klinik TNI : 711
Klinik Polri : 569
Klink Pratama : 3549
Dokter praktek : 1164
RS Kelas D Pratama : 13
Rumah Sakit : 1807
Klinik Utama : 116
Apotek : 1966
Optik : 939
Update Faskes BPJS Kesehatan
Implementasi JKN sampai saat ini (sekitar 3,5
tahun) telah banyak prestasi dicapai tetapi
permasalahan juga cukup banyak dan
memerlukan kerjasama, sinergi dan komitmen
bersama untuk mengatasinya utk mewujudkan
seluruh warganegara Indonesia tercakup
jaminan kesehatan (UHC), aksesibilitas kepada
faskes, teratasinya masalah kesehatan dan
meningkatnya derajat kesmas.
JKN & BPJS KESEHATAN
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
9
Tahapan Transformasi BPJS
1 Januari 2014 1 Juli 2015 Th. 2029
BPJS
PT
ASKES Kes
(Jamkes)
BPJS BPJS BPJS
PT
Ketenagakerjaan Ketenaga- Ketenaga
Jamsoste
(JKK, Jkem, JHT, kerjaan kerjaan
k
JP)
PT PT
TASPEN TASPEN
PT PT
ASABRI ASABRI
KEPESERTAAN JKN
Bukan Pekerja
Peserta Jaminan
Kesehatan
Fakir Miskin
Penerima Bantuan
Iuran (PBI)
Orang Tidak Mampu
11
KELOMPOK PESERTA JAMINAN KESEHATAN
a. PNS (Pusat & Daerah)
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
Pekerja d. Pejabat Negara
Penerima Upah
(PPU) e. Pegawai Pemerintah Non PNS
f. Pegawai Swasta
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang
PENERIMA menerima upah
BANTUAN
IURAN (PBI) JK
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima Pensiun
Bukan Pekerja d. Veteran
(BP)
e. Perintis Kemerdekaan
f. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a
sampai dengan huruf e yang mampu membayar
iuran
Road Map Kepesertaan BPJS
2019
BPJS
KETENAGAKERJAAN ?
2016
BPJS 2015
KESEHATAN UC
PENERIMA
UPAH/TIDAK, PBI
2014
BUMN/BUMD, PENERIMA
UPAH/TIDAK, PBI, JAMKESDA
2013
ASKES, JAMKESMAS, JAMSOSTEK,
TNI/ POLRI AKTIF, BUMN/BUMD, SWASTA
2012 PENDAMPINGAN
JAMKESMAS
* RJTP, RITP, RJTL dan RITL serta pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan Menteri
Sistem Rujukan
Sistem Pembiayaan
Tertiary
Secondary
rujukan Rujuk balik
Primary Care
PEL BERBASIS KED KELUARGA
Tertiary Care
Self Care
15
MANFAAT KESEHATAN - PROMPREV PERPRES NO 12 TAHUN 2013
pasal 21
RAWAT JALAN
Pelayanan kesehatan Non Spesialistik: • Administrasi pelayanan
• Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
Administrasi pelayanan spesialistik oleh dokter spesialis dan
Pelayanan promotif dan preventif. subspesialis;
Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi • Tindakan medis spesialistik sesuai
medis dengan indikasi medis
Tindakan medis non spesialistik, baik • Pelayanan obat dan bahan medis HP.
operatif maupun non operatif • Pelayanan alat kesehatan implant
Pelayanan obat dan bahan medis habis • Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
pakai sesuai dengan indikasi medis
Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan • Rehabilitasi medis
medis. • Pelayanan darah
Pemeriksaan penunjang diagnostik • Pelayanan kedokteran forensik
laboratorium tingkat pertama. • Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
Rawat inap tingkat pertama sesuai
dengan indikasi RAWAT INAP
• Perawatan Inap non Intensif
• Perawatan Inap di Ruang Intensif
17
PELAYANAN KATASTROPIK
seluruh biaya pelayanan yang timbul akibat penyakit Katastropik
Tidak ada Iur Biaya
18
MANFAAT KESEHATAN – Hak Kelas Perawatan
PERPRES NO 12 TAHUN 2013
pasal 23
Kelas II
• Peserta Askes Sosial setara gol.I&II
• TNI/POLRI setara gol I & II
•Pegawai pemerintah non PNS setara gol I&II
Kelas I
• Pejabat negara
•Peserta Askes Sosial setara gol.III & IV
• TNI/POLRI setara gol III & IV
•Pegawai pemerintah non PNS setara gol III&IV
•Veteran & Perintis Kemerdekaan
ya
Perlu pemeriksaan/ ya
Perlu
tindakan spesialis RS RITL
Rujukan rawat Inap
tidak tidak
Pasien Pelayanan
RJTL
pulang 0bat
Pasien
pulang
PERPRES NO 12 TAHUN 2013 pasal
25
Pemerintah
• memenuhi persyaratan
Fasilitas (credentialing)
Kesehatan • dapat menjalin kerjasama
dengan BPJS Kesehatan
milik swasta
Hak dan Kewajiban Peserta
BPJS Kesehatan
Hak Peserta
• Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk
memperoleh pelayanan kesehatan
• PNS dan PP PNS gol III dan gol IV beserta anggota keluarganya
• Anggota TNI dan Penerima Pensiun Anggota TNI yang setara PNS
Gol III dan Gol IV beserta anggota keluarganya
• Janda, Duda, atau Anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan
IMPLEMENTASI JKN &
BPJS KESEHATAN
PERMASALAHAN
(aspek kepesertaan)
a). Jumlah kunjungan pasien peserta JKN meningkat pesat baik
rawat jalan maupun rawat inap di faskes pemerintah dan swasta,
b). Kunjungan ke faskes lebih banyak dilakukan oleh peserta
mandiri (non PBI) padahal iuran premi yang terbanyak dan
lancar dari iuran PBI (dari APBN) “subsidi salah sasaran”.
c). Masyarakat cenderung tidak mengikuti rujukan dari FKTP.
d). Menuju UHC calon peserta sektor informal
memerlukan perhatian tersendiri.
e). Data peserta miskin (PBI) terkini dan akurat, masih harus
dikembangkan pemutakiran data validasi untuk ketepatan
sasaran maskin.
f). Sosialisasi JKN dan BPJS Kesehatan kepada peserta dan calon
peserta masih dirasakan sangat kurang.
PERMASALAHAN
(aspek keuangan) :
a). Defisit keuangan BPJS Kesehatan (tahun 2015 mencapai Rp. 5
trilyun) ditutup oleh Kemenkeu, penyakit kronis menjadi penyebab
defisit. Keuangan BPJS Kesehatan ada dibawah pengawasan OJK
(Otoritas Jasa Keuangan).
Di FKTP (dokter keluarga, klinik dan Puskesmas) relatif tidak
mengalami masalah keuangan karena kapitasi BPJS Kesehatan cukup
besar.
b). Pembayaran klaim BPJS kpd rumah sakit (RS) sering terlambat
terlambat tetapi sejak awal 2015 relatif lancar.
c). Sebagian tarif INA CBG di RS lebih rendah daripada biaya riil
terutama pada penyakit dengan tindakan (terutama bedah dan penyakit
dgn tindakan lainnya).
PERMASALAHAN
(aspek keuangan) :
d). Ketidaksinkronan penilaian verifikator, BPJS Kesehatan
dan tenaga medis sehingga memancing perdebatan dan
memperlambat proses klaim.
e). Rumah sakit terpaksa menanggung pembiayaan bayi
keluarga miskin yang baru lahir atau pasien miskin yang
belum satu bulan terdaftar, awal tahun 2016 bayi neonatus
sudah tercakup dlm kepesertaan.
f). Secara umum Rumah sakit harus melakukan manajemen
keuangan dan melakukan efisiensi pelayanan agar sesuai
dengan paket pembayaran INA CBG
PERMASALAHAN
(aspek pelayanan kesehatan) :
a) Terjadi peningkatan jumlah kunjungan baik rawat
jalan (FKTP) maupun rawat inap di RS membuat
antrian panjang dan beban kerja SDM di faskes
meningkat , berpengaruh pada kepuasan peserta.
b) Peningkatan pasien klas I sehingga RS berlomba2
meningkatkan jumlah tempat tidur dan tempat tidur
klas I.
c) Thn 2014 FKTP “rajin” merujuk, sehingga
meningkatkan antrian pasien di RS, tahun 2015 angka
rujukan FKTP dibatasi oleh BPJS Kesehatan, angka
rujukan menurun.
PERMASALAHAN
(aspek pelayanan kesehatan) :
d) Ketidakpuasan terhadap jasa pelayanan sebagian SDM
khususnya tenaga medis,
e) Daftar obat BPJS Kesehatan perlu ditambah lagi
f) Masyarakat belum paham peraturan sistem rujukan.
g) Penduduk peserta di luar pulau Jawa masih
terkendala akses ke faskes walau mereka sudah
membayar iuran.
PERMASALAHAN
(aspek kelembagaan/ organisasi) :
a). Sosialisasi JKN dan BPJS kesehatan kepada masyarakat dan
stakeholder JKN dirasakan sangat kurang,
b). Masih cukup banyak peraturan payung JKN dan BPJS
Kesehatan yang masih harus dilengkapi dan disusun bersama.
b). Peraturan-peraturan BPJS Kesehatan seringkali berubah dan
sosialisasinya sering terlambat
c). Tahun 2016 dan 2017 diharapkan Jamkesda (jaminan Kesehatan
Daerah) sudah integrasi di dalam JKN dan menyerahkan
kepesertaan PBI berikut pendanaannya (dari APBD) kpd BPJS
Kesehatan, masih cukup banyak daerah yang “menunda” karena
berbagai pertimbangan, Di Propinsi Jawa Tengah masih ada 11
kabupaten/ kota yng belum integrasi.
d). Koordinasi dan komunikasi antara BPJS Kesehatan dan para
stakeholder.
SARAN :
1). Mengembangkan peraturan2 penjabaran dua undang2
payung JKN.
2).Meningkatkan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat
terkait JKN dan BPJS Kesehatan,
3). Meningkatkan pembangunan faskes dan ketersedian SDM
nya di wilayah Indonesia.
4).Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara BPJS
Kesehatan dengan FKTP dan Rumah sakit untuk memecahkan
masalah bersama,
5). Melakukan advokasi kpd Kepada daerah ttg integrasi
Jamkesda ke JKN.
6. Meningkatkan kepsertaan terutama sektor informal.
7). Mengembangkan sistem penarikan dan pengumpulan iuran
peserta mandiri (Non PBI).
SARAN :
8). Pengembangan program Prolanis (utk
mpenanggulangan penyakit kronis) di FKTP dan
Rujkan juga promosi kesehatan di masyarakat.
9).Pengelolaan pelayanan dan keuangan di BPJS
Kesehatan dan faskes agar lebih efisien.
10).Daftar obat yang bisa diresepkan agar ditambah,
11). INA CBG RS direvisi dan dilakukan penyesuaian
agar rumah sakit tak banyak dirugikan
12)).Meningkatkan peran Tim JKN di rumah sakit,
agar pelayanan peserta menjadi lebih baik
13). Meningkatkan kepuasan peserta BPJS dengan
tidak membedakan pasien BPJS dan pasien umum