Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

F 43.1 Gangguan Stress Pasca Trauma


(Post Trauma Stress Disorder) PTSD

Oleh :
Altirsa Warni Samara

Pembimbing :
dr. Izak Yesaya Samay, M. Kes, Sp.KJ
Definisi
Gangguan stress pasca trauma adalah suatu sindrom
yang timbul setelah seseorang melihat, terlibat
didalam, atau mendengar stresor traumatik yang
ekstrim. Seseorang bereaksi terhadap pengalaman
tersebut dengan rasa takut dan tidak berdaya, dan
mencoba menghindari hal itu.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan stres pasca trauma pada masyarakat umum diperkirakan
dari 1 sampai 3 persen dimana 0,5 % untuk pria dan 1,2 % pada wanita, dan
pada anak-anak juga dapat mengalami gangguan tersebut.

Contoh peristiwa yang dapat menyebabkan gangguan stress pasca trauma:


perang, perkosaan atau penyerangan secara seksual, serangan yang melukai
tubuh, penyiksaan, penganiayaan anak, peristiwa bencana alam seperti :
gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, kecelakaan lalu lintas atau
musibah pesawat jatuh.
Etiologi

STRESSOR

 Faktor biologis individual


 Faktor psikososial sebelumnya
 Peristiwa yang terjadi setelah trauma
BAGAN STRES DAN STRES PASCA TRAUMA
Gambaran Klinis dan Diagnosis

Gambaran klinis utama dari gangguan stres pasca trauma adalah


 Pengalaman ulang peristiwa yang menyakitkan.
 Pada pemeriksaaan dapat ditemukan perasaan rasa bersalah, penolakan dan
penghinaan., keadaan disosiatif , serangan panik, ilusi, halusinasi, agresi,
kekerasan dan gangguan daya ingat serta gangguan memusatkan perhatian
(konsentrasi).
 Tes kognitif mungkin mengungkapkan bahwa pasien memiliki gangguan
daya ingat dan perhatian.
 Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol dan obat juga dapat
ditemukan
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III
1. Diagnosis baru ditegakkan bilamana 2. Sebagai bukti tambahan selain trauma,
gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 harus dibedakan bayang-bayang atau
bulan setelah kejadian traumatik berat (masa mimpi-mimpi dari kejadian traumatik
laten yang berkisar antara beberapa minggu tersebut secara berulang-ulang krmbali
sampai beberapa bulan, jangan sampai (flashbacks)
melampaui 6 bulan). Kemungkinan
diagnosis masih dapat ditegakkan apabila 3. Gangguan otonomik, gangguan afek dan
tertundanya waktu mulai saat kejadian dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
asal saja manifestasi klinisnya adalah khas
dan tidak terdapat alternative kategori 4. Suatu “sequelae” manahun yang terjadi
gangguan lainnya. lambat setelah stress yang luar biasa,
misalnya saja beberapa puluh tahun setelah
trauma, diklasifikasikan dalam kategori
F62.0 (perubahan kepribadian yang
berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa).
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Stres Pasca Trauma
menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder,ed 4)
A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian 3. Berkelakuan atau merasa seakan-akan
traumatik dimana kedua dari kejadian traumatik terjadi kembali (termasuk
berikut ini terdapat : perasaan penghidupan kembali pengalaman
1. Orang mengalami, menyaksikan, atau kembali pengalaman, ilusi, halusinasi dan
dihadapkan dengan suatu kejadian atau episode kilas balik disosiatif, termasuk yang
kejadian-kejadian yang berupa ancaman terjadi saat terbangun atau saat terintoksikasi).
kematian atau kematian yang sesungguhnya 4. Penderitaan psikologis yang kuat saat
atau cedera yang serius, atau ancaman kepada terpapar dengan tanda internal atau eksternal
integritas fisik diri atau orang lain. yang menyimbolkan atau menyerupai suatu
2. Respon orang tersebut berupa rasa takut aspek kejadian traumatik.
yang kuat, rasa tidak berdaya atau horor. 5. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan
tanda internal atau eksternal yang
B. Kejadian traumatik secara menetap dialami menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek
kembali dalam satu (atau lebih) cara berikut : kejadian traumatik.
1. Rekoleksi yang menderitakan, rekuren, dan
mengganggu tentang kejadian, termasuk angan C. Penghindaran stimulus yang persisten yang
pikiran atau persepsi. berhubungan dengan trauma dan kaku karena
2. Mimpi menakutkan yang berulang tentang responsivitas umum (tidak ditemukan sebelum
kejadian. trauma), seperti yang ditunjukkan oleh tiga
(atau lebih) berikut ini :
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Stres Pasca Trauma
menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder,ed 4)
1) Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, 1) Kesulitan untuk tidur atau tetap tidur
atau percakapan yang berhubungan trauma 2) Iritabilitas atau ledakan kemarahan
2) Usaha untuk menghindari aktivitas, tempat 3) Sulit berkonsentrasi
atau orang yang menyadarkan rekoleksi dengan 4) Kewaspadaan berlebihan
trauma. 5) Respon kejut yang berlebihan
3) Tidak mampu untuk mengingat aspek
penting dari trauma. E. Lama gangguan (gejala dalam kriteria b, c, d)
4) Hilangnya minat atau peran serta yang jelas adalah lebih dari satu bulan
dalam aktivitas yang bermakna
5) Rentang afek yang terbatas F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang
6) Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek. bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
D. Gejala menetap adanya peningkatan Sebutkan jika : Akut : jika lama gejala adalah
kesadaran (tidak ditemukan sebelum kurang dari 3 bulan. Kronis : jika lama gejala
trauma ) yang ditunjukkan oleh dua (atau lebih) adalah 3 bulan atau lebih.
berikut : Sebutkan jika : Dengan onset lambat : onset
gejala sekurangnya enam bulan setelah stressor
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Stres Akut
A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana D. Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan
kedua dari rekoleksi trauma
berikut ini ditemukan : (misalnya, pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat,
1. Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu orang).
kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian
atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau E. Gejala kecemasan yang nyata atau pengingat kesadaran
ancaman kepada integritas diri atau orang lain. (misalnya, sulit tidur, iritabilias, konsentrasi buruk, kewaspadaan
2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berlebihan, respon kejut yang berlebihan, dan kegelisahan
berdaya atau horor. motorik).

B. Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
yang menakutkan, individu tiga (atau lebih) gejala disosiatif klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi
berikut : penting lain, menganggu kemampuan individu untuk mengerjakan
1. perasaan subyektif kaku, terlepas, atau tidak ada responsivitas tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan yang diperlukan
emosi atau menggerakan kemampuan pribadi dengan menceritakan
2. penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya (misalnya, berada kepada anggota keluarga tentang pengalaman traumatik.
dalam keadaan tidak sadar)
3. derelisasi G. Gangguan berlangsung selama minimal 2 hari dan maksimal 4
4. depersonalisasi minggu dan terjadi dalam 4 minggu setelah traumatik
5. amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat
aspek penting dari trauma) H. Tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum,
C. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan psikotik singkat dan
sekurangnya satu cara berikut: bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, tidak semata-mata suatu eksaserbasi gangguan Aksis I atau Aksis
episode kilas balik yang rekuren, atau suatu perasaan hidupnya II dan telah ada sebelumnya.
kembali pengalaman atau penderitaan saat terpapar dengan
mengingat kejadian traumatik
Prognosis

Prognosis yang baik dapat dilihat dari onset gejala yang cepat, durasi
gejala yang singkat (kurang dari enam bulan), dukungan sosial yang
kuat dan tidak adanya gangguan psikiatrik, atau berhubungan dengan
zat lainnya.

Tersedinya dukungan sosial juga mempengaruhi perkembangan,


keparahan dan durasi gangguan stres pasca trauma, pasien yang
mendapat dukungan sosial yang baik kemungkinan tidak mengalami
gangguan atau tidak mengalami gangguan dalam bentuk yang parah.
Diagnosis Banding

 Cedera kepala selama trauma


 Gangguan penggunaan alkohol dan gangguan yang
berhubungan dengan zat lainnya
 Gangguan mood
 Stress akut
Penatalaksanaan

Terdapat tiga pendekatan terapetik untuk mengatasi gejala


berhubungan dengan kecemasan yaitu :
 Manajemen krisis
 Psikoterapi
 Farmakoterapi : Selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRIs), seperti sertraline dan paroxetin. Buspirone, imipramin
dan amitriptilin, monoamine oxidase inhibitors (MAOIs),
trazodone, dan haloperidol.
KESIMPULAN

 Gangguan Stress Pasca Trauma / Post  Menurut DSM-IV bagi pasien yang gejalanya
Traumatic Stress Disorder (PTSD) dapat ditemukan kurang dari satu bulan, diagnosis
didefinisikan sebagai suatu sindrom yang yang tepat adalah gangguan stress akut.
timbul setelah seseorang melihat, terlibat
didalam, atau mendengar stresor traumatik  Pendekatan terapetik untuk mengatasi gejala
yang ekstrim. yaitu manajemen krisis, psikoterapi,
farmakoterapi : Selective serotonin reuptake
 Prevalensi gangguan stres pasca trauma inhibitors (SSRIs), seperti sertraline dan
pada masyarakat umum yaitu 0,5% untuk paroxetin. Buspirone, imipramin dan
pria dan 1,2% untuk wanita. Anak-anak amitriptilin, monoamine oxidase inhibitors
dapat mengalami gangguan tersebut. (MAOIs), trazodone, dan haloperidol.
Etiologi dari gangguan stres pasca trauma
antara lain : Stresor , faktor psikodinamik,
faktor biologis

 Diagnosis dapat ditegakkan dengan


mengikuti pedoaman DSM- IV, dan atau
Kriteria menurut PPDGJ III
Terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai