Kolangitis
Kolangitis
Rudolf M. Patandianan
Pembimbing
dr.Samuel M. Baso, Sp.PD
• Penurunan Kesadaran
KU
• Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran ± 6 jam
SMRS. Penurunan kesadaran terjadi secara perlahan-lahan.
Awalnya pasien merasa lemas kemudian hanya tidur-tiduran.
Penurunan kesadaran juga disertai adanya demam (+), demam
terjadi sejak ± 8 jam SMRS. Demam tinggi terus-menerus, pasien
RPS minum obat penurunan panas tapi kemudian panas muncul lagi.
Mual (+), muntah (+) 1 kali ± 4 jam SMRS. Muntah makanan
sebanyak kira-kira < 100 cc pasien merasa lebih enak jika
berbaring.
LANJUTAN
Hipertensi
DM (+)
(+)
RPD
Penyakit
Asma (-)
jantung (-)
TB Paru
(+)
pengobatan
tuntas
• Riwayat penyakit yang sama dengan
pasien tidak ada dan penyakit
jantung, paru, diabetes mellitus
RPK disangkal.
TD:
180/100
Kesadaran: mmHg
Somnolen
(E:3V:4M:6)
Keadaan
Umum :
TSS
Extremitas
Abdomen akral
datar, BU (+) hangat,
Thorax edem (-)
Normal,
PARU=Simetris tympani, CRT<2”
Leher retraksi (-), V/F D=S, Nyeri Tekan
DBN Thrill (-), sonor, SN kanan atas
Vesikuler Rho(-) (+)
Kepala/ Whez(-).
Leher CA (-/-) COR=Thrill (-), Batas
SI(+/+) P>KGB(-) Jantung Normal, BJ I-
OC(-), napas bau II regular, Mur-Mur (-
aseton (+) ) Gallop (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis
Hasil Nilai Normal
pemeriksaan
Protein 1+
Bilirubin 2+
Urinalis Keton 4+
Blood 2+
Pro/Crea 2+
ALB/Crea 2+
Warna Kuning gelap
Resume
Ketoasidosis Diabetikum
Hipertensi Grade II
DISKUSI
Akut kolangitis dideskripsikan dengan adanya trias charcot yaitu
nyeri perut kanan atas, demam dan kuning yang dilaporkan pada
50-70%. Ditemukannya trias charcot dan juga ditunjang dengan
hasil pemeriksaan laboratorium yaitu terdapat leukositosis,
hiperbilirubinemia, peningkatan SGOT, SGPT dan ALP yang
juga ditemukan pada pasien kolangitis akut.
Pada pasien Ny.L dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
sesuai dengan teori dengan ditemukannya trias charcot dan peningkatan dari hasil
laboratorium. Terapi yang diberikan pada pasien bersifat suportif berupa antibiotic
spectrum, resusitasi cairan dan UDCA untuk mengatasi batu empedu.
Etiologi dari kolangitis yaitu CBD Stone sebenarnya perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti USG atau CT Scan
namun karena keterbatasan alat dan kondisi pasien yang tidak
memungkinkan maka pemeriksaan tersebut tidak dapat
dilakukan. Etiologi ditetapkan berdasarkan dari etiologi
tersering dari kolangitis yaitu adanya batu pada ductus
koledokus.
Pada pasien ny.L di diagnosis dengan sepsis (Pentad
Reynold). Pentad Reynold merupakan trias charcot
ditambah dengan adanya sepsis dan penurunan kesadaran.
Pada pasien ny.L saat datang telah mengalami adanya
tanda-tanda SIRS dan penurunan kesadaran dan hasil
pemeriksaan fisik dan laboratorium di dapatkan tanda-tanda
sepsis.
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) sesuai teori bahwa 80% pasien dengan KAD merupakan
pasien dengan riwayat DM. KAD ditandai dengan trias Hiperglikemi, asidosis dan ketosis.
Gejala klinis pada pasien KAD yaitu pernapasan cepat dan dalam (kussmaul), dehidrasi,
kadang dijumpai hipovolemik hingga syok dan bau napas aseton. Derajat kesadaran dapat
dijumpai compos mentis hingga koma. Pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya
hiperglikemi (kadar glukosa > 250 mg%), keton serum positif, anion gap yang tinggi, HCO3
rendah dan ph < 7,35. Menurut teori bahwa salah satu pencetus KAD yaitu adanya infeksi.
Pada pasien ny.L didiagnosis KAD berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki riwayat DM
saat pasien masuk ke IGD RSUD Dok II Jayapura. Pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi napas pasien yang cepat dan dalam (35 x/m) atau disebut pernapasan kussmaul
dan bau aseton dari mulut pasien. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar gula
darah 407 mg/dl, pemeriksaan Urin didapatkan Proteinuri 1+ dan ketonuri 4+. Terapi
pada pasien ny.L yang diberikan yaitu dilakukan resusitasi cairan, pemberian insulin dan
antibiotic spectrum luas.
Penatalaksanaan pasien KAD pada prinsipnya yaitu: resusitasi cairan, menekan
lipolysis dan gluconeogenesis sel hati, mengatasi sumber pencetus terjadinya
KAD dan mengembalikan keadaan fisiologi normal dengan melakukan
pemantauan dan penyesuaian obat.