Anda di halaman 1dari 22

Ruptur Perineum

Definisi
• Robeknya mukosa vagina dan/atau kulit badan perineum yang
disebabkan oleh proses persalinan normal, episiotomi, persalinan
buatan, atau trauma lainnya
Faktor Resiko
• Persalinan dengan ekstrksi forsep (7%)
• Nullipara (4%)
• Kala II lebih dari 1 jam (4%)
• Distosia ahu (4%)
• Episiotomi mediana (3%)
• Posisi oksipito posterior menetap (3%)
• Berat bayi >4000gr (2%)
• Induksi persalinan (2%)
• Analgesia epidural (2%)
Faktor yang mempengaruhi ruptur
• Paritas
Adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang
pernah dilahirkan hidup maupun mati bila berat badan tidak diketahui
maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu. Robekan perineum
hampir terjadi pada semua persalinan pertama (primipara) dan tidak
jarang pada persalinan berikutnya (multipara)
Faktor yang mempengaruhi ruptur
• Berat lahir bayi
Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan
akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum
tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan
bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat
badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum.
Faktor yang mempengaruhi ruptur
• Cara mengejan
Kelahiran kepala harus dilakukan cara-cara yang telah direncanakan
untuk memungkinkan lahirnya kepala dengan pelan-pelan. Lahirnya
kepala dengan pelan-pelan dan sedikit demi sedikit mengurangi
terjadinya laserasi. Penolong harus mencegah terjadinya pengeluaran
kepala yang tiba-tiba oleh karena ini akan mengakibatkan laserasi yang
hebat dan tidak teratur, bahkan dapat meluas sampai 14 sphincter ani
dan rektum
Faktor yang mempengaruhi ruptur
• Elastisitas perineum
Perineum yang kaku dan tidak elastis akan menghambat persalinan kala
II dan dapat meningkatkan resiko terhadap janin. Juga menyebabkan
robekan perineum yang luas sampai tingkat 3. Hal ini sering ditemui
pada primigravida berumur diatas 35 tahun
Diagnosis - Anamnesis
• Tidak dapat menahan flatus, feses cair, atau lembek yang dirasakan
setelah persalinan
• Feses keluar dari vagina saat BAB
• Riwayat persalinan dengan episiotomi
• Riwayat persalinan dengan bantuan alat
• Persalinan dengan dugaan trauma traktus genital
• Pernah mengalami robekan perineum sebelumnya
Klasifikasi
• Derajat 1 : mengenai fourchette, kulit perineum, dan membran
mukosa vagina, tetapi tidak mengenai fasia dan otot.
• Derajat 2 : mengenai kulit dan membran mukosa, fasia dan otot-otot
perineum, tetapi tidak mengenai sphincter ani.
• Derajat 3
• Derajat 3a: 50% spinchter ani externa
• Derajat 3b: >50% spinchter ani externa
• Derajat 3c: spincter ani externa & interna
• Derajat 4 : derajat 3 yang meluas sampai ke mukosa rektum sehingga
lumen rektum. Menurut Chapman (2006), robekan mengenai kulit,
otot dan melebar sampai sphincter ani dan mukosa rektum
Klasifikasi
Episiotomi
• insisi bedah yang dibuat di perineum untuk memudahkan proses
kelahiran
• Insisi tersebut dilakukan pada garis tengah (episiotomi medialis) atau
ke jurusan lateral (episiotomi mediolateralis)
• Indikasi dilakukan episiotomi adalah sebagai persiapan persalinan
operatif dimana hal ini biasanya dilakukan untuk mempermudah
kelahiran dengan komplikasi distosia bahu.
• Tujuan episiotomi adalah untuk mengurangi komplikasi trauma dasar
panggul saat kelahiran, yang mencakup perdarahan, infeksi, prolaps
genital, dan inkontinensia akibat OASI.
Jenis episiotomi
• Episiotomi medialis
• Tipe ini akan dilakukan insisi garis tengah vertikal dari fourchette
posterior sampai ke rektum.
• Episiotomi Mediolateral
• Tipe episiotomi ini adalah pengirisan pada posisi 45 derajat terhadap
fourchette posterior pada satu sisi.
• Episiotomi lateralis
• Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau
9 menurut arah jarum jam.
Tatalaksana
• Perbaikan perineum secara langsung dilakukan setelah persalinan
atau maksimal 24 jam pascasalin bila tidak ada infeksi atau inflamasi
dengan golden period 6-8 jam
• Bila lebih dari 24 jam pascasalin maka perbaikan perneum dilakukan 3
bulan pascasalin
• Teknik pembedahan:
• Sfingterorafi
• Perineorafi
• Sfingteroplasti
• perineoplasti
Penjahitan episiotomi
medial
Penjahitan episiotomi
medial
Penjahitan Stadium I dan II
Teknik konvensional
Penjahitan Stadium III dan IV
• aproksimasi ujung ke ujung (end toend approximation) baik dengan
jahitan interuptus (interrupted) atau jahitan angka delapan (figure of
eight) Dengan inkontinensia alvi
• teknik “overlap” pada saat menjahit sfingter.
Teknik “end-to-end”
Teknik “overlap”
• Penjahitan robekan perineum
derajat empat menggunakan
teknik overlap pada sfingter ani
eksterna. Epitel anus (A) dan
sfingter ani interna (E) juga telah
dijahit

Anda mungkin juga menyukai