Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA

BERDAMPAK GANGGUAN
PERNAFASAN

IKA SULISTIANI, S.Si


UPT. BALAI HIPERKES & KK PROV. BALI

1
DASAR HUKUM
 Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2
 Undang-undang 13 Tahun 2003 Ps 86 & 87
 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja.
 PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
SMK3
 Permenakertrans No. 13/ MEN/2011 Tentang
NAB Faktor Fisika dan Kimia Di Tempat Kerja.
 Permen Perburuhan No. 7 /MEN/1964 Tentang
Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan
Penerangan di Tempat Kerja.

2
UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3
(1) Dengan Peraturan Perundangan ditetapkan syarat-syarat
Keselamatan Kerja Untuk :
g. Mencegah dan mengendalikan timbul dan
menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,suara
dan getaran

3
PERMENAKER NO. 13 TAHUN 2011
PASAL 13
1. Pengukuran dan Penilaian Faktor kimia dan
faktor fisika di tempat kerja dilakukan oleh
Pusat K3, Balai K3, serta Balai Hyperkes dan
KK atau pihak lain yang ditunjuk Menteri.
2. Persyaratan pihak lain yang ditunjuk menteri
akan ditetapkan oleh menteri atau pejabat
yang ditunjuk

4
PP 50 Tahun 2012
Bagian Kelima
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
(1). Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3.
(2). Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) melalui
pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan
audit internal SMK3 dilakukan oleh SDM yang
kompeten.
(3). Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber
daya untuk melakukan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud
ayat (2) dapat menggunakan pihak lain. 5
PP 50 Tahun 2012
Bagian Kelima
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
(4). Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan
kepada pengusaha.
(5). Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan.
(6). Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja
K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan dan /atau standar.
6
FAKTOR-FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA
A. Faktor Fisika :
Kebisingan, Getaran, Tekanan Panas, Tekanan Dingin,
Gelombang Elektro Magnetik, Sinar Ultraviolet,
Pencahayaan
B. Faktor Kimia :
Gas, Uap, Debu, Fume, Asap Kabut, Cairan Dan Benda
Padat Serat
C. Faktor Biologi :
Baik dari Golongan Hewan dan Tumbuhan
D. Faktor Fisiologi :
Sikap dan Cara Kerja, Konstruksi Mesin
E. Faktor Psikologis :
Suasana Kerja, Hubungan Antara Pekerja atau dengan
Pengusaha, Stres Kerja 7
KEADAAN FISIK BAHAN KIMIA

GAS

UAP
(PARTIKEL CAIR)

DEBU

CAIRAN

PADATAN 8
PENGENALAN BAHAN KIMIA LINGKUNGAN
KERJA (CHEMISTRY IDENTIFICATION ):

1. Flow Diagram dari proses produksi.


Kondisi Operasi tiap-tiap proses.
Bahan baku, tambahan, hasil utama dan
bahan buangan.

9
10
TEMPAT KERJA BERPOTENSI KIMIA

 Pabrik Semen
 Pabrik Calsit
 Industri Pemintalan Benang
 Stone Crusher
 Tambang Batu Bara, Tembaga,
Emas dsb
 Perbengkelan
 Furniture
 Sektor Konstruksi, dsb

11
Lanjutan.....
 Laboratorium
 Rumah Sakit
 Industri Kimia
 Industri Migas
 Pengecatan
 Pertanian
 Perkebunan, dll

12
Difinisi Debu

 Debu (partikel padat yang


terjadi karena kekuatan
mekanis atau alami).

13
Klasifikasi Debu

1. Debu Respirabel (0,5 – 4 µm)


2. Debu Thoracic (5 – 10 µm).
3. Debu Inhalabel (> 10µm – 100µm).
4. Serat (bentuk karakteristik, rasio
panjang : lebar adalah 3 : 1, panjang
min,
5 µm dan max. 100 µm)
14
Morfologi debu

1. Pasir (sand) 2. Coke fired boiler 15


Kontaminan Debu

Loading kuarsa ke dalam Loading kuarsa ke dalam


truk truk
16
Kontaminan Debu
1. Abrasive blasting 2. Sawdust

17
Debu di LK

18
Catatan
Kecepatan jatuh partikel

 Partikel pasir, d = 200 µm


jatuh setinggi 1m pada kolom air suhu
20oC,
waktu jatuh = 29 detik

 Partikel pasir d = 1 µm
waktu jatuh = 1,17 juta detik 19
Dampak Debu di LK
 Asbestosis
 Silicosis
 Beryliosis
 Bysinosis
 Stanosis
 dsb

20
Pnemokoniosis Akibat Debu Mineral

1. Silikosis

 Tjd akibat menginhalasi debu silika bebas (SiO2)


 Jenis kerja berisiko silikosis : menambang & ekstraksi
batu-batu keras, penghalusan & pemolesan batu,
pabrik keramik, proses kerja yg menggunakan pasir
sebagai amplas.
 Gejala silikosis ringan : sesak napas, batuk kering, tdk
mengganggu kerja
 Silikosis tingkat sedang :selalu mengurangi
kemampuan kerja
 Silikosis berat : sesak napas, tidak mampu bekerja
Lanjutan . . .

2. Silikosis

 Disebabkan karena paparan debu campuran (bermacam


batu, C, Silika bebas).

 Tjd pd pekerja tambang batu bara

 Pd stadium dini tidak dijumpai gejala penyakit

 Pneumokoniosis timbul pd kadar debu sangat tinggi.

 Pd stadium lanjut tjd gangguan fungsi paru


Lanjutan . . .

3. Asbestosis

 Tjd karena inhalasi debu asbestos

 Asbestos tdr dari campuran berbagai silikat, yg terpenting


: magnesium silikat.

 Pekerja berisiko tjd pd : pertambangan, penggilingan,


pengolahan asbestos

 Gejala asbestosis : sesak napas, batuk, kelainan foto


rontgen
lanjutan

4. Bisinosis

 Tjd akibat inhalasi debu kapas.

 Penyebab sebenarnya belum diketahui secara pasti.

 Teori :
- Adanya efek mekanis debu kapas yg dihirup.
- Adanya kontaminan yg berpengaruh pd pernapasan.
lanjutan

4. Stanosis

 Tjd akibat inhalasi debu timah putih


 Banyak terdapat pada pekerja -pekerja tambang timah
putih, penyakit ini tidak begitu berbahaya, tetapi karena
timah putih ada hubungannya dengan batuan asam maka
biasanya penderita Stanosis ini disertai dengan silikosis.
Klasifikasi Asbestos
1.Serpentine group 2. Amphibole group
Amosite or Brown asbestos, Crocidolite
Chrysotile or White asbestos or blue asbestos, Anthophyllite,
Actinolite and Tremolite

26
27
Identifikasi asbestos

28
Gambaran mikroskopik asbestos

29
PENILAIAN/PENGUKURAN
FAKTOR BAHAYA KIMIA

Mengetahui potensi bahaya dari faktor


bahaya Kimia lingkungan kerja, dengan
pengukuran, pengambilan sampel dan
analisa laboratorium, kemudian
dibandingkan dengan standar.

30
CARA PENGUKURAN F-KIMIA

 Indra Manusia
 SO2 ---> 4 ppm
 H2S ---> 0.2 ppm
 Binatang Percobaan
 Alat Detector
 Gas Monitoring
 Pengambilan Sampel ( cara yg paling
dianjurkan)

31
CARA PENGAMBILAN SAMPEL FAKTOR KIMIA

1. FILTRASI : YAITU MENGAMBIL CONTOH FAKTOR KIMIA DI UDARA


DENGAN CARA MENGAKIRKAN UDARA MELALUI SUATU KERTAS
FILTER KEMUDIAN KERTAS FILTER DITIMBANG SELISIH
BERATNYA DI LABORATORIUM

2. ABSORBSI : YAITU MENGAMBIL CONTOH FAKTOR KIMIA DI


UDARA DENGAN CARA MENGALIRKAN UDARA MELALUI
ABSORBEN

3. ADSORBSI : YAITU MENGAMBIL CONTOH FAKTOR KIMIA DI


UDARA DENGAN CARA MENGALIRKAN UDARA MELALUI SUATU
ADSORBENSIMISAL, SILICA GEL ATAU KARBON AKTIF.

32
PENENTUAN TITIK DAN WAKTU
PENGUKURAN

 TITIK PENGUKURAN DITENTUKAN ATAS DASAR TUJUAN DARI


PENGUKURAN, APABILA TUJUAN PENGUKURAN ADALAH UNTUK
MENILAI DAMPAKNYA TERHADAP TENAGA KERJA, MAKA TITIK
PENGUKURAN ADALAH DI TEMPAT TENAGA MELAKUKAN
PEKERJAAN.

 WAKTU PENGUKURAN ADALAH REPRESENTATIF MEWAKILI 8


KERJA PER HARI. DAN BIASANYA DIWAKILI PADA WAKTU MULAI
OPERASIONAL, PEAK HOUR (JAM OPERASIONAL MAKSIMAL) YAITU
1 JAM SEBELUM ISTIRAHAT 1 DAN PADA WAKTU MENJELANG
SELESAI WAKTU KERJA

33
MEASUREMENT OF WORKER EXPOSURE
A Full period

A B Full period
A B
Single sample
A B C

 A B
Partial Period
A B Consecutive
A B C samples

A B C D E
     (Random)
A B C D Grab Samples

0
1 2 3 4 5 6 7 8
34
HOURS AFTER START OF WORK SHIFT
BEBERAPA METODE YANG DIGUNAKAN UNTUK
MELAKUKAN MONITORING DI LINGKUNGAN KERJA

CARA MONITORING
 DIRECT READING/PEMBACAAN LANGSUNG
 SEMI DIRECT READING
 PENGAMBILAN CONTOH UJI

METODE PENGUJIAN
 GRAVIMETRI
 TITRASI
 SPEKTROFOTOMETRI
 CHROMATOGRAPHY
 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
 FLUORESENSE SPEKTROFOTOMETRI
 X RAY DEFRACTOFOTOMETRI

35
METODA ANALISA KIMIA DI UDARA

 TUBE DETECTOR
PRINSIP : REAGEN (TERADSORBSI) + GAS PERUBAHAN
WARNA
 IMPINGER (ABSORSI LARUTAN PENYERAP)
PRINSIP : MENANGKAP GAS BEREAKSI DIANALISA
 ADSORBSI (CARCOAL TUBE)
PRINSIP : UDARA MENEMPEL PADA REAGEN ANALISA
 GRAVIMETRI
PRINSIP : FILTER, UDARA BERDEBU MENEMPEL PADA
FILTER PAPER DITIMBANG BERATNYA
 DETECTOR (DIRECT READING)
PRINSIP : DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR

36
GAS CHROMATOGRAFI MASS LIQUID
SPECTROFOTOMETRI CHROMATOGRAFI MASS
SPECTROFOTOMETRI

37
Personal Dust Sampler

38
Colorimetric Tubes…
…are NOT sorben tube
Colorimetric tubes “Drager®
Tube”
Are compound specific
Change color to indicate
concentration
“Direct Reading” for
immediate response
Advantages
Require no laboratory
Easy to use
Disadvantages
Accuracy: +/- 25%
Not all compounds 39
available
40
Gas & Vapor Sampling

With sorbent tubes

Main bed
Precision drawn
Back-up bed glass tube
Retaining clip

Foam separator

41
PENGAMBILAN CONTOH UDARA SECARA AKTIF

42
TERIMA KASIH

43

Anda mungkin juga menyukai