Anda di halaman 1dari 15

KETUBAN PECAH DINI

PENGERTIAN
• Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban
pecah dini pada kehamilan prematur (Sarwono, 2008).
ETIOLOGI
Faktor predisposisi:
1. Infeksi
 Korioamnionitis (keadaan dimana
korion, amnion dan cairan ketuban
terkena infeksi bakteri).
 Membrana khorioamnionitik terdiri
dari jaringan viskoelastik, apabila
jaringan ini dipacu oleh persalinan
atau infeksi maka jaringan akan
menipis dan sangat rentan untuk
pecah disebabkan adanya aktivitas
enzim kolagenolitik.
 Bakteri juga melepaskan mediator
inflamasi yang menyebabkan
kontraksi uterus. Hal ini
menyebabkan adanya perubahan dan
pembukaan serviks, dan pecahnya
selaput ketuban.
ETIOLOGI
2. Serviks yang tidak lagi
mengalami kontraksi
(inkompetensia)
 Ketidakmampuan serviks uteri
untuk mempertahankan
kehamilan
 Faktor resiko meliputi kelainan
uterus (septum uterus dan
bikornis), trauma bedah, riwayat
keguguran pada usia kehamilan
14 minggu atau lebih.
 Diagnosa inkompetensi serviks
ditegakkan ketika serviks menipis
dan membuka tanpa disertai
nyeri pada trimester kedua atau
awal trimester ketiga kehamilan.
ETIOLOGI
3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan
(overdistensi)
 Polihidramnion, akumulasi berlebihan cairan amnion.
 Pada kehamilan gemeli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan.
4. Trauma
 Misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis.
5. Kelainan Letak
 Misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran
bagian bawah.
ETIOLOGI
6. Multipara/Grandemultipara
 Pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi proses embriogenesis
sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan yang akan
menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda – tanda inpartu.
7. Riwayat KPD sebelumnya
 Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau menjelang
persalinan maka pada kehamilan berikutnya wanita yang telah mengalami
ketuban pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4,
karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen
yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.
8. Faktor Lain: Paparan asap rokok, defisiensi tembaga dan vitamin C
 Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
 Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal, antara lain karena merokok
GEJALA KLINIS
• Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma
ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah
• Bila sudah terjadi infeksi akan timbul demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut janin bertambah cepat
• Janin mudah diraba
DIAGNOSIS
• Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di
vagina.
• Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut
lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.
• Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan
servikalis.
• Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila
ketuban sudah pecah.
• Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam
menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta
jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase,
bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya infeksi
Anamnesa
1. Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang
banyak dan tiba-tiba.
2. Tidak ada tanda-tanda inpartu

Pemeriksaan Fisik
1. Inspekulo → adanya cairan ketuban keluar cavum uteri. Jika tidak ada dapat
dicoba dengan menggerakkan bagian terbawah janin atau meminta pasien
mengedan/batuk
2. PH vagina perempuan hamil sekitar 4,5 → ketuban 7,1-7,3 (basa). Tes lakmus
(nitrazin test) merah → biru [positif palsu: darah, semen, infeksi].
3. Tanda infeksi: suhu >38C, air ketuban keruh dan berbau, leukosit
>15.000/mm3. Janin takikardia mungkin mengalami infeksi intrauterin.
4. Tanda persalinan dan pelvik skor
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan USG untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD
terlihat jumlah cairan ketuban sedikit
(Oligohidramnion atau anhidramnion).
Oligohidramnion ditambah dengan hasil
anamnesis dapat membantu diagnosis tetapi
bukan untuk menegakkan diagnosis rupturnya
membran fetal. Selain itu dinilai amniotic fluid
index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia
janin.

• Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan


air ketuban yang diambil dari forniks posterior
pada gelas objek dan dibiarkan kering,
pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran ferning atau daun pakis.
PENATALAKSANAAN
Konservatif
• Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
• Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan
ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
• Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
• Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
PENATALAKSANAAN
Konservatif
• Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes buss
negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
• Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik, deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
• Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
• Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
PENATALAKSANAAN
Aktif
• Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
• Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
• Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
• Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
KOMPLIKASI
• Mudah terjadinya infeksi intrauterin
• Partus prematur
• Prolaps bagian janin terutama tali pusat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai