- Rotor
Adalah bagian dari mesin yang berputar bebas
dan letaknya bagian dalam. Terbuat dari besi
laminasi yang mempunayi slot dengan batang
alumunium / tembaga yang dihubungkan
singkat pada ujungnya.
- Rotor ada macam:
Rotor sangkar bajing (squarrel cage)
Rotor Belitan
Rotor Sangkar
Konstruksi rotor sangkar
( squarrel-cage rotor )
Rotor kumparan ( wound rotor )
ns f = frekuensi sumber
p = jumlah kutup
P
2. Medan putar stator akan memotong
konduktor yang terdapat pada sisi rotor,
akibatnya pada kumparan rotor akan
timbul tegangan induksi ( ggl ) sebesar
E2 s 44,4 fN
E = tegangan induksi ggl
f = frekkuensi
N = banyak lilitan
Q = fluks
3. Karena kumparan rotor merupakan
kumparan rangkaian tertutup, maka
tegangan induksi akan menghasilkan
arus ( I ).
4. Adanya arus dalam medan magnet akan
menimbulkan gaya ( F ) pada rotor.
5. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya
F pada rotor cukup besar untuk memikul
torsi beban, maka rotor akan berputar
searah dengan arah medan putar stator.
6. Untuk membangkitkan tegangan induksi E2s agar tetap
ada, maka diperlukan adanya perbedaan relatif antara
kecepatan medan putar stator ( ns )dengan kecepatan putar
rotor ( nr ).
n s nr 1200 1140
s
ns 1200
60
0,05 atau 5%
1200
Kecepatan putar rotor bila s = 0,02
ns nr nr
s 1
ns ns
nr
0,02 1
1200
nr (1 0,02) x1200
1176 rpm
TEGANGAN TERINDUKSI PADA ROTOR
– fR = s x f S
fR frekuensi rotor
fS frekuensi stator
Contoh Soal
A three-phase 60 Hz four-pole 220-V
wound induction motor has a stator
winding Delta connected and a rotor
winding Y connected. The rotor has 40%
as many turns as the stator. For a rotor
speed of 1710 r/min, calculate:
– The slip
– The block rotor-induced voltage per phase EBR
– The rotor-induced voltage per phase ER
– The voltage between rotor terminals
– The rotor frequency
Solution
The slip
nr 1710
s 1 1 0,05
ns 1800
The block rotor-induced voltage per
phase EBR
EBR 40% of Vstator / phase
VL L ( rotor) 3 VR
VL L ( rotor) 3 x4,4 7,62 V
The rotor
frequency
f R sf 0,05x60 3 Hz
Arus Rotor
Lilitan rotor dihubung singkat dan tidak mempunyai
hubungan langsung dengan sumber, arusnya
diinduksikan oleh fluks magnet bersama (φ)
antara stator dan rotor lewat celah udara,
sehingga arus rotor bergantung pada perubahan-
perubahan pada stator;
Bila tegangan sumber V1 diberikan pada stator, pada
stator timbul tegangan E1 yang diinduksikan oleh
fluks-fluks tersebut, juga menimbulkan tegangan
E2 pada rotor, (E2= E1 pada saat rotor ditahan dan
S.E2= E1 pada waktu motor berputar) . Besarnya
arus rotor I2 akan diimbangi dengan kenaikan
arus stator tapi dengan arah berlawanan agar
fluks magnet bersama (φm) tetap konstan.
RANGKAIAN ROTOR
Atau
E2
I2
( R2 / S ) ( X 2 )
2 2
Rangkaian Rotor
R2 SX2 R2/S X2
I2 I2
S.E2 E2
ER
IR
RR X R
2 2
bila, maka,
ER sE BR
sEBR
X R sX BR IR 2
RR (sX BR ) 2
ER E1 , EBR E2
X R X 1 , X BR X 2
jika penyebut dan pembilang dibagi dengan s,
maka:
Pembagian dengan s
EBR merubah titik
IR
RR 2 referensi dari rotor ke
[ ] X BR
2
rangkaian stator
s
sehingga rangkaian ekuivalen rotor per fasa
menjadi:
Untuk tujuan menyamakan dengan
rangkaian resistansi rotor RR yang
sebenarnya, maka RR/s dipisah dalam
dua komponen:
RR RR
RR RR
s s
RR 1
RR RR ( 1)
s s
sehingga rangkaian ekuivalen rotor
menjadi sebagai berikut:
RANGKAIAN EKUIVALEN ROTOR
Rangkaian Ekivalen Motor
Induksi
Gelombang fluks celah udara berputar membangkitkan ggl lawan
pada stator, besar tegangan terminal stator berbeda dari ggl
lawan sebesar jatuh tegangan pada impedansi bocor stator,
dimana:
V1 = Tegangan terminal stator
V E I (R jX )
1 1 1 1 1
E1 = ggl lawan yang dihasilkan
I1 = arus stator
R1 = resistansi stator
X1 = reaktansi bocor stator
Fluks celah udara resultan yang dihasilkan oleh gabungan agm arus
rotor dan stator, arus stator dapat dipecah menjadi dua
komponen, komponen beban dan komponen penguat. Komponen
beban I2 menghasilkan suatu agm yang tepat melawan agm arus
rotor. Rangkaian ekivalen yang menggambarkan gejala stator
maka efek rotor harus disertakan yaitu dengan memandang arus
dan tegangan rotor dan stator dalam bentuk besaran rotor yang
diketahui.
Lanjutan
R1 X1 I2
I1 Iφ
Ic Im
+ +
V1 GC Bm E1
- -
E2 S aErotor
Lanjutan
Arus rotor sebenarnya dan arus rotor ekivalen:
I rotor
I 2S
a
Impedansi bocor frekuensi slip Z2S dari rotor
ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip
Zrotor sebenarnya :
2
E2 S a Erotor
Z 2S a Z rotor
2
I 2S I rotor
Harga tegangan, arus dan impedansi berpatokan
pada stator, karena rotor terhubung singkat ,
hubungan fasor antar ggl frekuensi slip E2S dan
arus I2S pada fasa tersebut
Lanjutan dimana:
Z2S =impedansi bocor rotor frek.
E2 S
Z 2 S R2 jSX 2 slip berpatokan pada stator
R2 = tahanan patokan
I 2S SX2= reaktansi bocor patokan
pada frek. slip
R1 X1 a X2
IΦ I2
I1 R2
GC Bm + S
E1
-
E2
I2
( R2 / S ) 2 ( X 2 ) 2
E2 S SE2
I2
( R2 ) 2 ( X 2 S ) 2 ( R2 ) 2 ( SX 2 ) 2
Analisa Rangkaian Eqivalen
Rangkaian eqivalen menterjemahkan sifat-sifat
motor induksi pada keadaan mantap: Perubahan
arus, kecepatan dan rugi-rugi bila torsi beban
berubah, torsi start dan torsi maksimum. Dari
rangkaian equivalen terlihat daya keseluruhan
yang dialihkan ke celah udara (Pag) dari stator:
R2
Pag q1.I .
2
2
q1 = jumlah fasa stator,
S
Rugi-rugi I2R rotor = q1 . I22 . R2 sehingga
R2
PMek Pag rugi rugi.I .R2 q1.I .
2
2 q1.I 22 .R2
2
2
S
(1 S )
Maka
q1.I .R2
2
2
S
Pmek Motor = (1 - S) Pag
Lanjutan
Daya yang diberikan pada rotor sebesar (1-S)
dirubah menjadi daya mekanik dan sebagian S
hilang sebagai rugi-rugi I2R , bila motor bekerja
pada slip yang besar merupakan piranti yang
tidak efisien. Bila aspek daya ditekan rangkaian
eqivalen menjadi
R1 X1 X2 R2
IΦ I2
1 S
I1 R2 ( )
S
GC Bm
Lanjutan
Pmek tiap fasa stator besarnya sama dengan daya
yang diserap oleh tahanan
R2
R1 X1 X2 R1 X1 X2
a a
IΦ I2
I1 I1
I2 RS IΦ 1 S
V
Zf Xφ S V R2 ( )
S
b
Bila P = daya motor, T= torsi (kopel), ω = kecp sudut,
maka : P 3
T
'
.E1.I 2 .Cos
bila Z1 = R1 +jX1 dianggap kecil maka E1 = V1 , maka
3 a2 sR2
T .V 2
Tmak bila dt/ds =0
(a 2 R 2 ) 2 s 2 (a 2 X 2 ) 2
1
sehingga V12
Tmak 3. .a 2 . X 2
2
Kesimpulan:
Untuk S kecil, S2 (a2 X2)2 diabaikan shg T=S (T – S)
Untuk memperoleh Tmak pada saat start (s=1)
dengan membuat R2 = X2, Tmak dapat diubah
dengan mengatur X2 atau V1 (tegangan sumber)
KOMPONEN DAYA PADA ROTOR
ROTOR POWER INPUT (RPI)
ROTOR COPPER LOSS (RCL)
OUT-PUT POWER
1
I R RR ( 1)
2 ROTOR POWER DEVELOPED (RPD)
s
RPI = RCL + RPD
HUBUNGAN RPD DENGAN RPI
RR
RPI I R
2
s
1 1 s
RPD I R RR ( 1)
2
RPD I R RR (
2
)
s s
2
I R RR
RPD (1 s)
s
RPD RPI (1 s)
HUBUNGAN RCL DENGAN RPI
RR
RPI I R
2
s
sRPI I R RR RCL I R RR
2 2
Te
RPI 2ns
s
s 60
Torsi poros Td adalah torsi yang
dibangkitkan di poros rotor yang dapat
dinyatakan dengan persamaan:
Pout 2nr
Td r
R 60
Bila rugi Protasional diabaikan maka Td
dapat dinyatakan dengan persamaan:
RPD
Td
R
RANGKAIAN STATOR
Terdiri dari
– Tahanan stator Rs
– Reaktasi induktif Xs
– Rangkaian magnetisasi (tidak boleh
diabaikan seperti trafo karena rangkaian
ini menyatakan celah udara)
Rangkaian
stator per fasa dinyatakan
pada gambar berikut:
DIAGRAM RANGKAIAN STATOR
Bila tegangan konstan
– Rugi inti dianggap konstan mulai dari kondisi
tanpa beban sampai beban penuh
– Rc dapat dihilangkan dari diagram rangkaian
tetapi:
rugi inti tetap ada dan diperhitungkan pada efisiensi
– Arus magnetisasi pada motor sekitar 30% s/d
50% dari arus nominal
– Reaktansi magnetisasi merupakan komponen
penting pada rangkaian pengganti
Sehingga penyederhanaan diagram
rangkaian stator menjadi seperti gambar
berikut:
PENYEDERHANAAN DIAGRAM
RANGKAIAN STATOR
PENGGABUNGAN DIAGRAM
RANGKAIAN ROTOR DAN STATOR
Dari
diagram rangkaian berikut dapat
dibuat dua persamaan:
Loop I:
(R S jXS jX M )Is - (0 jX M )I'R VS
Loop II:
R' R
(0 jX M )Is ( jX' BR jX M )I'R 0
s
Dibuat dalam bentuk matrik didapat:
RS j ( X S X M ) (0 jX M ) I V
S
R' R
S
(0 jX M ) j ( X 'BR X M ) I 'R 0
s
Tentukannilai deteminant ()
konstanta matrik, dengan:
RS j ( X S X M ) (0 jX M )
R' R
(0 jX M ) j ( X 'BR X M )
s
Arus IS didapat dengan persamaan:
VS j 0 (0 jX M )
R'R
0 j ( X ' BR X M )
IS s
Arus IR didapat dengan persamaan:
RS j ( X S X M ) (VS j 0)
(0 jX )
I 'R M 0
Arus magnetisasi IM diperoleh dari:
IM = IS – I’R
SCL 3xIS RS
2
KOMPONEN DAYA TIGA FASA
s
ROTOR COPPER LOSS (RCL)
s
ROTASIONAL LOSS (PR)
Rugi-rugi yang disebabkan oleh gesekan
dan angin
OUTPUT POWER (PO)
PO = RPD - PR
Daya Motor
Daya masuk stator P1 = 3. V1 . I1 . Cos φ
Daya masuk motor (terdapat pada celah udara)
P2 = 3. E1 . I2’ . Cos φ
P2 = 3. ( I2’ ). a2 [R2 + R2 (1-s)/s]
P2 = 3. ( I2’ )2. a2 [R2 /s]
Daya keluar rotor (daya mek pada rotor
termasuk rugi-rugi)
Pmek = 3. ( I2’ )2. a2 [R2 (1 – s)/s]
Rugi tembaga rotor:
PCU = 3. ( I2’ ) . A2 R2
Jadi
P2 = Pm: PCU = 1 : ( 1- s) : s
KOMPONEN DAYA TIGA FASA
PAg PConv
Pout=TInd . ωm
P1 = 3V1I1Cos φ
Psgesek PStray
PRCL + angin
PInti
PSCL
Rugi-rugi :
Rugi tembaga stator
PCUS = PSCL = 3. ( I12 ). R1
Rugi Inti Besi Stator
Pinti =PCORE =3(V12)/Rinti =3(I22)(R2/S)
Rugi Celah Udara
PAG = PIn - PSCL- Pinti
Rugi tembaga Rotor
PCUR = PRCL = 3. ( I22 ) . R2 = S. PAG
Daya Keluar Rotor (Pmek+Rugigesek/angin)
Pmek =PAG –PRCL=3(I22)R2/S -3(I22)R2
=3(I22) R2(1/S – S)
=3(I22) R2 (1-S)/S
Lanjutan
Dapat juga dituliskan
Pmek = PAG – PRCL
= PAG – S PAG = PAG ( 1 – S )
Bila rugi gesek ,angin & stray diketahui
maka daya keluar dapat dihitung
POUT = PMEK – PAG – PMisc
POut
Efisiensi x100%
Pin
Pin Rugi POut
x100% x100%
Pin POut Rugi
DIAGRAM ALIR DAYA PADA
MOTOR INDUKSI TIGA FASA
SPI
RPI
RPD
POUT
SCL RCL PR
ANALISA ARUS
(METODE PENYEDERHANAAN)
Mengacu pada diagram lengkap
motor induksi tiap fasa
Untuk tujuan menyederhanakan
analisa, pindahkan parameter XM
mendekati sumber tegangan maka
didapat diagram rangkaian seperti
berikut:
PENYEDERHANAAN RANGKAIAN
EKUIVALEN MOTOR INDUKSI
Dari rangkaian penyederhanaan didapat
persamaan arus I’R sebagai berikut:
VS
I 'R
R'BR
( RS ) j ( X S X 'R )
s
Arus pemagnetan IM sebagai berikut:
VS
IM
jX M
Arus stator IS sebagai berikut:
IS I M I'R
Bila mengikuti gambar rangkaian maka
rugi tembaga stator SCL menggunakan
arus I’R. Tetapi untuk mengurangi error
yang tinggi pada perhitungan efisiensi
maka SCL dihitung menggunakan
persamaan berikut:
SCL 3xIS RS
2
s
3 x 21,757 x 5,25 7455,531 W
2
127
IM j10,08 A
j12,6
a. Arus Sumber IS didapat dari :
I S 22,33 j (2,88 10,08)
22,33 - j12,96
25,82 30,1 A
s
3 x 22,52 x 5,25 7988 W
2
Metode Loop
Metode Loop
Td 57,2 N m HP 9,36
Metode Pendekatan
Td 61,4 N m HP 10,1
Perbandingan Kedua Metode
Efisiensi
Metode Loop
86,8%
Metode Pendekatan
86,5%
Soal & penyelesaian
Suatu motor induksi 3 fasa, 440 volt, 25
HP, 50 Hz mempunyai 4 pasang kutub,
dengan putaran 1470 RPM pada beban
penuh. Tentukan :
a. Slip motor
b. Torsi induksi
c. Kecepatan motor bila torsi
dilipatduakan
d. Daya motor pada saat torsi
dilipatduakan
a. Putaran sinkron
120. f 120.50
ns 1.500 Rpm
P 4
Kecepatan sudut (ωs)
(rad ) (men) 120.50 (rad )
s ns .2. . 157,2
men (60 det) 4 det
5252.PC 0 nv 5252.(25HP )
Tind 89,32lb. ft
nm r
1470
min
c. Jika motor dibebani 2 kali torsi, maka Slip
akan meningkat 2 kali = 0,02 x 2= 0,04
atau 40% sehingga kecepatan motor:
nm = (1 – s) (ns) =
= ( 1 – 0,04) (3000 r/men) = 1440 r/men
d. Daya motor :
2.TInd .nm 89,3.1440
PConv 344,75Hp
746 746
Bila rugi gesek dan angin sebesar 950 watt dan bersifat tetap, rugi inti
sudah include denga rugi gesek dan angin. Slip pada rotor sebesar 2,1
% pada tegangan dan frekuensi kerja normal, tentukan menurut
penyelesaian Matrik.
a Kecepatan stator danΩ kecepatan
R1 = 0,645 R2 = 0,325 Ω sudutnya
26,2 Ω 0,325 Ω
254 V
Loop I:
(0,645 j1,115)Is - (0 j 26,2)I'R 254
Loop II:
(0 j 26,2)Is (0,46 j0,325)I'R 0