Anda di halaman 1dari 42

Referat

Obat Antipsikotik
pembimbing:
dr. Victor Elizer Sp.KJ

Disusun oleh :
Nur azizah el aminy, S.ked, Siska Meilisa,S.ked, Desi Dwi Putri, S.ked
Latar Belakang

Antipsikotik adalah antagonis dopamin dan menyekat reseptor


dopamin dalam berbagai jaras di otak.
Obat antipsikotik baik tipikal maupun atipikal memiliki efek samping
yang perlu diketahui agar pengobatan klinis bisa efisien dan sesuai
dengan proporsi agar mencapai target terapi.
Untuk itu kita harus mengenali manfaat dan kerugian obat antipsikotik
• Sejak ditemukannya neuroleptik fenotiazin klorpromazin (1950),
pengobatan psikosis terutama skizofrenia terus dikembangkan.
neuroleptic obat antipsikotik sering menimbulkan gejala saraf
berupa gejala ekstrapiramidal

• Tahun 1990, ditemukan klozapin sebagai generasi pertama


antipsikotik golongan atipikal. Disebut atipikal karena golongan obat
ini sedikit menyebabkan reaksi ekstrapiramidal.
• Antipsikotik golongan tipikal mempunyai afinitas tinggi dalam
menghambat reseptor dopamin 2, menyebabkan reaksi
ekstrapiramidal yang kuat. Hanya berespon untuk gejala positif.

• Golongan atipikal umumnya mempunyai afinitas yang lemah terhadap


reseptor dopamine 2 selain itu juga memiliki afinitas terhadap
reseptor dopamine 4, serotonin, histamine, muskarinik dan alfa
adrenergik. Efektif untuk gejala positif maupun gejala negatif
Defenisi

Antipsikotik (neuroleptik, tranquilizer mayor, obat anti skizofrenia)


adalah obat yang menghambat reseptor dopamin tipe 2 (D2 reseptor).
Indikasi utama terapi skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.
- chlopromazine, thioridazine, fluohenazine dan haloperidol.
Lanjutan
• Antipsikotik atipikal merupakan disikofarma untuk gejala
psikotik dengan efek samping ekstrapiramidal yang minimal,
berupa: parkinsonism, akatasia, distonia akut, dan diskinesia
tardif.
. Indikasi Penggunaan

Gejala sasaran (target syndrome): SINDROM PSIKOTIK

• Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality


testing ability).
• Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam
gejala positif dan negative.
• Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Mekanisme Kerja Obat Antipsikotik
1. Mekanisme kerja obat antipsikotik generasi pertama :

 APG I mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2, khususnya


jalur dopamine di mesolimbik, sering juga disebut dengan antagonis
reseptor dopamine (ARD) atau antipsikotik konvensional atau anti
psikotik tipikal.

 Memblok reseptor D2 ditempat lain seperti di jalur mesokortikal,


nigrostriatal,dan tuberoinfundibular.
2. Mekanisme kerja Obat antipsikotik generasi kedua :

 Antipsikotik generasi kedua mempunyai mekanisme kerja melalui


interaksi antara serotonin dan dopamine pada keempat jalur
dopamine di otak.
 Hal ini yang menyebabkan efek samping sistem ekstrapiramidal lebih
rendah dan sangat efektif untuk mengatasi gejala negatif.

APG I hanya memblok resistor D2 sedangkan APG II memblok secara


bersama reseptor serotonin (5HT2a) dan rseptor dopamine (D2).
APG I
mesolimbik
mesokortikal
nigostriatal
tuberoinfundibular
APG II
• Mesolimbik : menghambat reseptor D2  menghambat pelepasan
dopamin memperbaiki gejala positif

• Tuberoinfundibular: menghambat reseptor 5HT2A peningkatan


pelepasan dopamin pelepasan prolaktin menurun tidak terjadi
hiperprolaktimia
mesokortikal
nigostriatal
JENIS-JENIS OBAT ANTIPSIKOTIK
Antipsikotik generasi pertama (APG I) :

KLORPROMAZIN DAN DERIVAT FENOTIAZIN


Kimia: klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-aminopropil)-fenotiazin. Derivat
fenotiazin lain didapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti fenotiazin.

Farmakodinamik: efek pada susunan saraf pusat, sistem otonom dan sistem
endokrin. antipsikotik menghambat berbagai reseptor diantaranya dopamine,
reseptor α-adrenergik, muskarinik, histamine H1 dan reseptor serotonin 5HT2
dengan afinitas yang berbeda.
Farmakokinetik: kebanyakan antipsikotik diabsorbsi sempurna,
sebagian diantaranya mengalami metabolisme lintas pertama.
Bioavailabilitas CPZ dan tioridazin berkisar antara 25-35%, sedangkan
haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikotik bersifat larut
dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma (92-99%), serta
memiliki volume distribusi besar (lebih dari 7 L/kg). Metabolit CPZ
ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat
terakhir.
Efek samping: batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini
cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek
farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikterus,
dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah
perifer.
Sediaan :
• tablet 25 mg dan 100 mg. larutan suntik 25 mg/ml. Larutan CPZ dapat
berubah warna menjadi merah jambu oleh pengaruh cahaya.
• Perfenazin
Tersedia sebagai obat suntik dan tablet 2, 4 dan 8 mg.
• Tioridazin
Tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg
• Flufenazin
Tersedia dalam bentuk tablet HCL 0,5 mg. Masa kerja flufenazin cukup
lama sampai 24 jam.
HALOPERIDOL
Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien
psikosis. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% pasien yang diobati
haloperidol.

Farmakodinamik: struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin.


Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan efektif untuk
fase mania penyakit manic defresif dan skizofrenia.
Farmakokinetik: haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar
puncaknya dalam plasma mencapai dalam waktu 2-6 jam sejak
menelan obat, menetap 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam
plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan
kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu.
Ekskresi haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat
dikeluarkan selama 5 hari sesudah dosis tunggal.

Efek Samping dan Intoksikasi: haloperidol menimbulkan reaksi


ekstrapiramidal dengan insiden yang tinggi, terutama pada pasien usia
muda.
Indikasi: indikasi utama haloperidol ialah untuk psikosis. Selain itu juga
merupakan obat pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de la Tourette,
suatu kelainan neurologik yang aneh yang ditandai dengan kejang otot
hebat, menyeringai (grimacing) dan explosive utterances of foul
expletives (koprolalia, mengeluarkan kata-kata jorok).

Sediaan: tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg dan 1,5 mg. Selain itu
juga tersedia dalam bentuk sirup 5 mg/100 ml dan ampul 5 mg/ml.2
DIBENZOKSAZEPIN
Loksapin memiliki efek antiemetik, sedatif, antikolinergik dan
antiadrenergik.
Farmakodinamik: obat ini mewakili golongan antipsikotik yang baru
dengan rumus kimia yang berbeda dengan fenotiazin, butirofenon,
tioksanten dan dihidroiodolon. Namun sebagian besar efek
farmakologisnya sama.

Efek Samping: insiden reaksi ekstrapiramidal (selain diskinesia tardif)


terletak antara fenotiazin alifatik dan fenotiazin piperazin, seperti
antipsikotik lainnya dapat menurunkan ambang bangkitan pasien,
sehingga harus hati-hati digunakan pada pasien riwayat kejang.
Farmakokinetik: diabsorbsi baik per oral, kadar puncak plasma dicapai
dalam waktu 1 jam (1M) dan 2 jam (oral). Waktu paruh loksapin ialah
3,4 jam. Metabolit utamanya (8-hidroksi loksapin) memiliki waktu
paruh yang lebih lama (9 jam).

Sediaan dan Pososlogi: tersedia dalam bentuk tablet dan suntikan.


Dosis awal 20-50 mg/hari dalam 2 dosis. Dosis pemeliharaan 20-100
mg dalam 2 dosis.
ANTIPSIKOTIK GENERASI KEDUA (APG II)

APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagonis (SDA)


atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui
interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin
di otak.
CLOZAPINE
Merupakan APG II yang pertama dikenal, kurang menyebabkan
timbulnya EPS, tidak menyebabkan terjadinya tardice dyskinesia dan
tidak terjadi peningkatan dari prolactin.
Dosis:
• Hari 1 : 1-2 x 12,5 mg
• Berikutnya ditingkatkan 25-50 mg/hari sampai 300-450 mg/hari dengan
pemberian terbagi
• Dosis maksimal 600 mg/hari
• Sediaan yang ada di pasaran tablet 25 mg dan 100 mg2

• Efek Samping:
• Granulositopeni, agranulositosis, trombositopeni, eosinofilia, leukositosis,
leukemia.
• Ngantuk, lesu, lemah, tidur, sakit kepala, binggung, gelisah, agitasi,
delirium.
• Mulut kering atau hipersalivasi, penglihatan kabur, takikardi, postural
hipotensi, hipertensi, dsb.
Kontra Indikasi :
• Adanya riwayat toksik/hipersensitif
• Gangguan fungsi sumsum tulang
• Epilepsi yang tidak terkontrol
• Psikosis alkoholik dan psikosis toksis lainnya
• Intoksikasi obat
• Koma
• Kollaps SSP
• Gangguan jantung dan jiwa berat
• Gangguan liver2
RISPERIDON
Farmakodinamik : risperidon yang merupakan derivat dari
benzisoksazol mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor
serotonin (5HT2), dan aktifitas menengah terhadap reseptor dopamin
(D2) alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin. Aktifitas
antipsikotik diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor
serotonin dan dopamin.
Farmakokinetik : Boiavaibilitas oral sekitar 70%, volume distribusi 1-2
l/kg. Di plasma risperidon terikat dengan albumin dan alfa 1
glikoprotein plasma sekitar 90%. Risperidon secara intensif di
metabolisme di hati oleh enzim CYP 2D6 menjadi metabolitnya 9-
hidroksirisperidon dan metabolitnya di eliminasi lewat urin dan
sebagian kecil lewat feses.
Indikasi : Indikasi risperidon adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk
gejala negatif maupun positif . Disamping itu di indikasikan pula untuk
gangguan bipolar,depresi dengan ciri psikosis dan tourette syndrome.

Efek samping : Secara umum risperidon dapat ditoleransin dengan


baik, efek samping yang dilaporkan adalah insomia,agitasi, ansietas,
somnolen, mual, muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia
dan reaksi ekstrapiramidal terutama tardif diskinesia. Efek samping
ektrapiramidal umumnya lebih ringan dibanding antipsikotik tipikal.

Sediaan : Risperidon tersedia dalam bentuk tablet 1mg 2mg dan 3 mg,
sirup dan injeksi (long-lasting-injection) 50mg/ml.
OLANZAPIN
Farmakodinamik : Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin,
struktur kimianya mirip dengan klozapin. Olanzapin memiliki afinitas
terhadap resptor dopamin (D2,D3,D4 dan D5), reseptor
serotonin(5HT2), Muskarinik, histamin (H1) dan reseptor alfa1.

Farmakokinetik : olanzapin di absorbsi dengan baik setelah pemberian


oral,mencapai level puncak didalam plasma dalam waktu 4-6 jam dan
waktu parunya kira-kira 30 jam. Metabolisme di hepar oleh enzim CYP
2D6 dan ekresi lewat urin.
Indikasi Terapeutik : Indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif
maupun positif skizofrenia dan sebagai anti mania.Obat ini juag
menunjukkan efektifitas pada pasien depresi dengan psikotik.2

Efek samping : Anti kolinergik seperti konstipasi dan mulut kering


meningkat berhubungan erat dengan dosis yang digunakan. Tidak
menyebabkan leukopeni/agranulosintesis seperti pada klozapin.
Olanzapin menunjukkan peningkatan hepatik transaminase (ALT, AST,
GGT) dosis dependen dan menunjukkan gejala ekstrapiramidal.

Sediaan : Olanzapin tersedia dalam bentuk tablet 5mg, 10mg dan vial
10mg.
QUETIAPIN
Farmakodinamik : Obat ini memiliki afinitas terhadap reseptor
dopamin (D2), serotonin (5HT2), dan bersifat agonis parsial terhadap
reseptor serotonin 5HT1A yang diperkirakan mendasari efektifitas obat
ini untuk gejala postif maupun negatif skizofrenia.

Farmakokinetik : Quetipine secara cepat di absorbsi melaui pemberian


oral, mencapai konstentrasi puncak di plasma dalam waktu 1-2 jam, di
metabolisme oleh hepar. Dengan waktu paruh 6 jam yang terdapat
didalam batas dosis klinik yang dianjurkan.ekresi sebagian besar lewat
urin dan sisanya lewat fases.
Indikasi :
• Gejala positif pada skizofrenia
• Gejala negatif pada skizofrenia
• Gangguan kognitif pada skizofrenia
• Gangguan mood pada skizofrenia
• Perilaku agresif pada skizofrenia.
Efek samping :
• Hipertensi: Quetiapin mungkin dapat menyebabkan hipertensi
orthostatik dengan gejala-gejala kedinginan, takikardi dan pada
beberapa pasien terjadi sinkop, khususnya selama periode pemberian
dosis inisial.
• Liver secara asimptomatik, transien dan reversibel meningkatkan
serum transaminase (terutama ALT).
• Efek samping ektrapiramidal nya minimal.
ZIPRASIDON

Farmakodinamik : Memiliki spectrum luas untuk skizofrenia baik gejala


positif maupun gejala negatif. Obat ini memiliki afinitas terhadap
reseptor serotonin (5HT2A)dopamine (D2).

Farmakokinatik : Absorbsi nya cepat dalam pemberian oral.


Dimetabolisme di hepar dan diekresi sebagian kecil waktu urin dan
sebagian besar lewat fases, ikatan protein plasma nya kuat berkisar
lebih dari 90%. Obat ini juga tersedia dalam bentuk injeks iintamuskular
yang digunakan untuk mendapatkan efek yang cepat dalam keadaan
akut (agitasi).
Efek samping : efeknya mirip dengan antipsikosis tipikal lainnya yang
perlu menjadi perhatian adalah adanya studi yang menunjukkan
ziprasidon memiliki gangguan kardiovaskular yakni perpanjangan
interval QT yang lebih besar dengan gangguan perpanjangan interval
QT atau gangguan kardiovaskular perlu berhati-hati dalam penggunaan
obat ini.

Sediaan : tablet 20 mg, ampul 10 mg.


Efek Samping Obat Antipsikotik
1. Gejala Ekstrapiramidal
a. Reaksi Distonia Akut
b. Akatisia
c. Sindrom Parkinson
d. Tardive Diskinesia
2. Neuroleptic Malignant
3. Peningkatan Berat Badan
KESIMPULAN

1. Antipsikotik adalah obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis


tertentu tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi umum (berpikir dan
kelakuan normal)
2. Antipsikotik dapat meredam agresi maupun emosi serta dapat pula
menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa, seperti impian dan
pikiran khayal serta menormalkan perilaku tidak normal.
3. Obat antipsikotik sangat efektif untuk menghilangkan halusinasi dan
konfusi dari satu episode skizofrenia akut serta membantu
pemulihan proses berpikir yang rasional.
4. Obat ini tidak menyembuhkan skizofrenia, tetapi membantu pasien
agar berfungsi diluar rumah sakit serta dapat mempersingkat
masa perawatan pasien dan mencegah kekambuhan.

5. Antipsikotik generasi pertama hanya memblok reseptor D2


sedangkan antipsikotik generasi kedua memblok secara bersamaan
reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2). Antipsikotik
generasi kedua menyebabkan efek ekstrapiramidal yang lebih kecil,
mengurangi gejala negatif dan gejala kognitif pada skizofrenia, dan
dapat untuk memperbaiki mood dan menurunkan suicide pada
penderita skizofrenia serta gangguan bipolar I dan II.
6. Efek samping dari pemberian obat antipsikotik dapat terjadi pada
sistem otonom, saraf dan hematologi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Stahl S. Essential Psycopharmacology. Chapter 10 Antipsychotic Agents. Thirds Edition.


Cambridge: United Kingdom; 2008. P 358-27
2. Gunawan S. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.
3. Lehman AF. Pharmacological treatments. Dalam Practice Guideline for the Treatment of
Patients with Schizophrenia. Edisi kedua. Arrington: American Psychiatric Assosiation; 2004. P
43-56.
4. Sianga RB. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai