Frak Tur
Frak Tur
• Pada Tulang
• 1. Infeksi
• 2. Osteomielitis
• Pada Otot
• Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan
aktif otot tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut
otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul
sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan
terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkan
sindroma crush atau trombus (Apley & Solomon,1993).
Pada pembuluh darah
• Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan
terus menerus.
• Sedangkan pada robekan yang komplit ujung
pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan
berhenti spontan.
• Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi
bahkan nekrosis.
• Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan
gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu
aliran darah dan terjadi edema dalam otot.
• Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat
tindakan dapat menimbulkan kontraktur volkmann.
Gejala klinisnya adalah 5 P yaitu Pain (nyeri),
Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness (denyut nadi
hilang) dan Paralisis
Pada saraf
• Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis
(saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson).
• Komplikasi lanjut
– Malunion
– delayed union
– non union
– Osteomielitis
– Kekakuan sendi
Malunion
Non union
osteomyelitis
Pentalaksanaan
Prinsip 4R (chairudin Rasjad) :
1. Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur
2. Reduction
3. Retention : Immobilisasi
4. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas
fungsional semaksimal mungkin
Tujuan Pengobatan Fraktur
• Reposisi
• Immobilisasi
• Union
• Rehabilitasi
Reposisi
• REPOSISI *dengan tujuan mengembalikan fragmen
keposisi anatomi
• Tertutup : fiksasi eksterna, Traksi (kulit, sekeletal)
• Terbuka : Indikasi :
– 1. Reposisi tertutup gagal
– Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan
– Mobilisasi dini
– Fraktur multiple
– Fraktur Patologis
Immobilisasi/ Fiksasi
• Tujuan: mempertahankan posisi fragmen post
reposisi sampai union
Fiksasi Eksternal (OREF)
• Gips (plester cast)
• Traksi
• Indikasi:
– Pemendekan tulang
– Unstable fracture
– Kerusakan hebat pada jaringan sekitar
Traksi
• Traksi gravitasi
• Skin traksi
• Skeletal traksi
Traksi gravitasi
Skin traksi
Skeletal traksi
• K-wire, steinmann pin, Denham pin
• Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma
sendi koksea, femur, lutut), pada tibia atau
kalkaneus (fraktur kruris)
• Komplikasi traksi
– Gangguan sirkulasi darah (beban > 12 kg)
– Trauma saraf : n.peroneus (cruris)
– Sindrom kompartemen
– Infeksi pada tempat masuknya pin
Immobilisasi
• Tujuan mempertahankan posisi fragmen post
reposisi sampai Union.
• Jenis Fiksasi :
– Ekternal / OREF
• Gips ( plester cast)
• Traksi
– Internal / ORIF : K-wire, plating, screw, k-nail
Skeletal Traksi
Internal Fiksasi
Proses Penyembuhan Tulang
• 1. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan
penimbunan darah
• 2. Organisasi Hematom / Inflamasi. Dalam beberapa jam
post fraktur terbentuk fibroblast ke hematom dalam
beberapa hari terbentuk kapiler kemudian terjadi jaringan
granulasi
• 3. Pembentukan kallus. Fibroblast pada jaringan granulasi
menjadi kolagenoblast kondroblast kemudian dengan
partisipasi osteoblast sehat terbentuk kallus (Woven bone)
• 4. Konsolidasi : woven bone berubah menjadi lamellar
bone
• 5. Remodelling : Kalus berlebihan menjadi tulang normal
Terima Kasih