Anda di halaman 1dari 57

CASE REPORT SESSION (CRS)

RHINITIS ALERGI PERSISTEN


SEDANG-BERAT
Presentan:
Ghenny Qurrota 10100117081
Muhammad Hasan 10100117092
Shafa Medina 10100117098
Radinda Amalia 10100117110

Preseptor:
dr. Fadjar Nawawi, Sp. THT-KL

S M F T E L I N G A H I D U N G T E N G G O RO K A N - K E PA L A L E H E R
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RS AL ISLAM BANDUNG
2019
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. Y
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 65 Tahun
• Alamat : Komp. Margaasih
• Pekerjaan : Pensiun
• Status Pernikahan : Menikah
• Tanggal Pemeriksaan : 26 Februari 2019
KELUHAN UTAMA

Keluar cairan dari hidung


ANAMNESIS

Pasien datang ke poliklinik THT RS Al Islam dengan keluhan


keluar cairan dari hidung yang dirasakan sejak kurang lebih 2
tahun yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul, biasanya muncul
ketika pagi-pagi, dingin, dan hilang dengan minum air hangat.
Keluhan ini semakin lama semakin terasa sering, pasien merasakan
hampir setiap hari. Pasien belum pernah mengobati keluhan ini
sebelumnya.
Keluhan diawali dengan adanya bersin-bersin, mampet pada kedua hidung, dan
gatal pada kedua bagian hidung. Keluhan biasa muncul pada saat udara dingin
terutama saat hujan. Pasien merasakan keluhan ini saat malam hari maupun pagi hari.
Pasien merasa keluhan tersebut mulai mengganggu aktivitasnya.
Keluhan tidak disertai demam, nyeri tenggorokan, rasa mengganjal pada
tenggorokan. Pasien menyangkal adanya nyeri telinga, telinga terasa penuh ataupun
terdapat penurunan pendengaran. Pasien menyangkal adanya penurunan penciuman,
nyeri pada bagian wajah ataupun kepala ataupun wajah terasa penuh.
Pasien mengatakan pada keluarga ada yang memiliki riwayat asma. Pasien juga
mengatakan memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan stroke. Pasien mengatakan
belum pernah dilakukan tes alergi. Pasien mengatakan memiliki riwayat asma sejak 5
tahun lalu dan telah diobati menggunakan teosal. Pasien menyangkal pernah mengalami
trauma pada hidungnya.
STATUS GENERALIS
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
• Kesadaran : Composmentis
• Tanda Vital : TD : 139/90 mmHg
N : 82x/Min
R : 18x/Min
S : Afebris
STATUS GENERALIS
• Kepala : dalam batas normal
• Leher : KGB tidak teraba
• Thoraks : dalam batas normal
• Abdomen : dalam batas normal
• Ekstremitas : dalam batas normal
STATUS LOKALIS: TELINGA
Bagian Kelainan AD AS
Preaurikula Kongenital Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Radang Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Aurikula Kongenital Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Radang Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Retroaurikula Edema Tidak ada Tidak ada
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
STATUS LOKALIS: TELINGA
CAE Kongenital Tidak ada Tidak ada
Kulit Tenang Tenang
Sekret Tidak ada Tidak ada
Serumen Tidak ada +, warna coklat, kering,
Edema Tidak ada Tidak ada
Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Cholesteatoma Tidak ada Tidak ada

Membrana Warna Putih keabuan Putih keabuan


Timpani Intak Intak Intak
Refleks cahaya +, arah jam 5 +, arah jam 7
STATUS LOKALIS: HIDUNG
Pemeriksaan Nasal Dekstra Nasal Sinistra
Keadaan luar Bentuk & ukuran Dalam batas normal Dalam batas normal

Rhinoskopi Mukosa Livid Livid


anterior Sekret +, bening, encer +, bening, encer
Krusta Tidak ada Tidak ada
Concha inferior Hipertrofi, hiperemis Hipertrofi, hiperemis
Septum deviasi Tidak ada Tidak ada
Polip/tumor Tidak ada Tidak ada
Pasase udara +, kurang +, kurang
STATUS LOKALIS: ORAL CAVITY
Bagian Kelainan Keterangan
Mulut Mukosa mulut Tenang
Lidah Bersih, basah, gerakan normal ke segala
arah
Palatum molle Tenang, simetris
Gigi geligi Caries (-)
Uvula Simetris
Halitosis (-)
Tonsil Mukosa Tenang
Besar T1– T1
Kripta Tidak ada
Detritus Tidak ada
Faring Mukosa Normal
Granula Tidak ada
Post nasal drip Tidak ada
PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL
• Inspeksi:
• Pada inspeksi sinus frontalis tidak membengkak
• Sinus maksilaris tidak membengkak

• Palpasi:
• tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris dextra dan sinistra
Maxillofacial
• Bentuk : simetris
• Parese nervus cranialis : (-)
• Nyeri tekan (-) pada sinus maksilaris dextra dan sinistra

Leher
• KGB: tidak teraba membesar; pembesaran thyroid (–)
• Massa : (-)
• Kaku kuduk : (-)
RESUME
Pasien datang ke poliklinik THT RS Al Islam dengan keluhan keluar cairan dari
hidung yang dirasakan sejak kurang lebih 2 tahun. Keluhan dirasakan hilang timbul,
biasanya muncul ketika pagi-pagi, dingin, dan hilang dengan minum air hangat.
Keluhan ini semakin lama semakin terasa sering, pasien merasakan hampir setiap hari.
Pasien belum pernah mengobati keluhan ini sebelumnya. Keluhan diawali dengan
adanya bersin-bersin, mampet pada kedua hidung, dan gatal pada kedua bagian
hidung. Keluhan biasa muncul pada saat cuaca dingin terutama saat hujan. Pasien
merasakan keluhan ini saat malam hari maupun pagi hari. Pasien merasa keluhan
tersebut mulai mengganggu aktivitasnya. Pasien mengatakan pada keluarga ada
yang memiliki riwayat asma.
Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan status lokalis hidung ditemukan mukosa dextra dan sinistra livid, concha
dekstra dan sinistra hipertropi dan hiperemis, pasase udara +, kurang, lain-lain
dalam batas normal.
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
 Rhinitis Alergi Persisten Sedang Berat
 Rhinitis vasomotor

Diagnosis Kerja
Rhinitis Alergi Persisten Sedang Berat
Usulan pemeriksaan
• Pemeriksaan darah
• Pemeriksaan Darah Rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)
• Diff count (eosinofil)

• Tes alergi (skin prick test)


PENATALAKSANAAN
Umum:
• Menghindari kontak dengan alergen penyebabnya (rumah
harus sering dibersihkan, jangan memelihara binatang,
sebaiknya tidak menggunakan bantal atau kasur kapuk
diganti dengan busa atau springbed dan sebaiknya tidak
menggunakan karpet)
• Istirahat cukup untuk menjaga daya tahan tubuh
• Olah raga
TERAPI
Khusus:
 Kortikosteroid :
Bundesonid 64-100 mcg, 1-2 semprot 2 kali sehari

Evaluasi 2-4 minggu


PROGNOSIS
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia
ANATOMI HIDUNG
HIDUNG
Anatomi

 Bagian dari saluran pernapasan yang terletak di superior dari hard


palatum dan mengandung organ-organ penciuman perifer.
 Terdiri dari 2 bagian :
a. Hidung luar (external nose)
B. Hidung dalam (internal nose/nasal cavity)
 Dibagi menjadi bagian kiri dan kanan oleh nasal septum
 Nasal septum terdiri dari ethmoid, vomer dan septal cartilage
HIDUNG LUAR
HIDUNG LUAR
• Hidung luar merupakan bagian dari hidung yang terlihat
• Tersusun oleh kartilago
• Bagian hidung luar :
a. Pangkal (root)
b. Badan (dorsum)
c. Ujung (apex)
d. Lubang hidung (nares/nostrils)
e. Alae
• Kartilago dibungkus oleh kulit yang mengandung kelenjar minyak.
• Kulit melapisi vestibulum dari hidung
• Didalam vestibulum terdapat vibrissae
TULANG DAN TULANG RAWAN HIDUNG

• Hidung disokong oleh tulang dan tulang rawan

Bagian hidung:
• Tulang
a.Kedua os nasale
b.Processus frontalis maxillae
c. Pars nasalis ossis frontalis
• Tulang rawan
a.2 cartilagines nasi laterales
b.2 cartilagines alares
c. 1 cartilagines septi nasi
TULANG DAN TULANG RAWAN HIDUNG
HIDUNG DALAM
• Hidung dalam (NASAL CAVITY)  memanjang dari eksternal nares
dianterior dan membuka ke nasofaring di posterior melalui koana.
• Hidung dalam dilapisi oleh mukosa terkecuali vestibulum
• Topografi
A. Posterior : nasofaring
B. Superior & lateral : sinus paranasal
C. Superior : konjungtiva & sakus lakrimalis
• Dua per tiga bagian inferior mukosa hidung berfungsi sebagai area
pernapasan
• Satu per tiga bagian superior mukosa hidung berfungsi sebagai area
penghidu
HIDUNG DALAM
Hidung Dalam

Concha dibagi 3, diantaranya terdapat meatus:


• Concha superior
------------------------ Meatus superior
• Concha media
------------------------ Meatus media
• Concha inferior
------------------------ Meatus inferior

Concha berfungsi sebagai tempat pertukaran panas


HIDUNG DALAM
Terdapat
A. Semilunar hiatus : bukaan menuju frontal sinus
B. Ethmoidal bulla : bukaan menuju ethmoidal sinus
VASKULARISASI
Pembuluh darah
1.Arteri phenoidalis anterior
2.Arteri ethmoidalis posterior (cabang arteri opthalmica)
3.Arteri sphenopalatina (cabang arteri maxillaris interna)
4.Plexus kieselbach
5.Arteri labialis superior (cabang arteri maxillaris externa)
VASKULARISASI
PERSYARAFAN
1. 2/3 inferior membrane mukosa :
nerve nasopalatinus cabang maxillary.
2. Bagian anterior :
nerve ethmoidalis anterior cabang nerve nasociliaris yang
merupakan cabang ophthalmica.
3. Dinding lateral cavitas nasi :
melalui rami nasal nerve maxillary, nerve palatines major, nerve
ethmoidalis anterior.
PERSYARAFAN
FISIOLOGI HIDUNG
1. Sebagai jalan nafas
2. Alat pengatur kondisi udara (air conditioning)
3. Penyaring udara
4. Indra penghidu
5. Resonansi suara
6. Membantu proses bicara
7. Refleks nasal
RHINITIS ALERGI
DEFINISI
Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh
reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik
(Von Pirquet, 1986).

DEFINISI
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE
(WHO ARIA)
3-19% Di
seluruh
negara

EPIDEMIOLOGI 10-26%
pasien poli
THT di
Indonesia

42% pada 30% pada


anak usia usia
6 tahun remaja
ETIOLOGI
Alergen
Inhalan

Genetik Alergen
Ingestan

Alergen
Spesifik
Musiman
KLASIFIKASI Perrenial

• Seasonal/hay • Terus menerus,


fever/polinosis tanpa variasi
musim, dapat
KLASIFIKASI • Di negara 4
musim ditemukan
• Alergen sepanjang
spesifik tahun
• Alergi inhalan
• Alergi ingestan
Intermiten Persisten

KLASIFIKASI •<4 •>4


hari/minggu, hari/minggu,
atau dan
• < 4 minggu • > 4 minggu
Ringan
KLASIFIKASI Sedang-Berat

• tidak ada • Bila terdapat satu


gangguan tidur, atau lebih dari
gangguan gangguan
KLASIFIKASI aktivitas harian,
bersantai,
berolahraga,
belajar, bekerja
dan hal-hal lain
yang
mengganggu
• Bersin berulang
• Rinore encer dan banyak
• Hidung tersumbat
DIAGNOSIS
Anamnesis


Hidung dan mata gatal
Lakrimasi

DIAGNOSIS
• Rinoskopi anterior: mukosa edema,
basah, pucat, sekret encer, hipertrofi
• Allergic shinner
Pemeriksaan • Allergic salute
• Allergic crease
Fisik • Facies adenoid
• Cabblestone appearance
• Geographic tongue
• Hitung Eosinofil
• IgE total
• Sitologi
• Tes cukit kulit
DIAGNOSIS Pemeriksaan • Uji intrakutan
Penunjang atau intradernal
yang tunggal
atau berseri
(Skin End-point
Titration/SET)
Patogenesis dan patofisiologi rhinitis alergi
TREATMENT
a. Penghindaran alergen.
b. Pengobatan medikamentosa :
• Antihistamin : mengatasi gejala pada respons fase cepat.
• Kortikosteroid mengatasi sumbatan hidung akibat respon fase lambat.
• Antikolinergik topikal bermanfaat untuk mengatasi rinore.

C. Imunoterapi spesifik
D. Edukasi
E. Operatif
MEDIKAMENTOSA
• Prinsip:
Mencegah dan atau menetralisasi kinerja molekul-molekul mediator yg
dilepas sel-sel inflamasi alergis dan atau mencegah pecahnya dinding
sel dgn harapan gejala dapat dihilangkan.
• Intranasal
• Oral
• Antihistamin: antagonis histamin H-1 [inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 target].
• Golongan antihistamin:
• Generasi 1 [klasik]
Bersifat lipofilik  dapat menembus sawar darah otak & plasenta, kolinergik
• Generasi 2 [non-sedatif]
Bersifat lipofobik  sulit menembus sawar darah otak
• Antihistamin Generasi 1:
• Difenhidramin
• Klorfeniramin
• Prometasin
• Siproheptadin
• Azelastin [Topikal]

• Antihistamin Generasi 2 :
Berdasarkan Keamanannya:
• Astemisol & Terfenadin [Kardiotoksik]
• Loratadin, Setirisin, Fexofenadin, Desloratadin, & Levosetrisin.
• Kortikosteroid:
Dipakai Bila Gejala Utama Sumbatan Hidung Akibat Respons Fase Lambat Tidak
Berhasil Diatasi Dengan Obat Lain.
Kortikosteroid Topikal: Beklometason, Budesonid, Flunisonid, Fluktikason, Mometason
Furoat, Dan Triamsinolon.
• Antikolinergik : Ipatropium Bromide  Untuk Mengatasi Rinore.
• Baru: Antileukotrien.
OPERATIF
• Konkotomi parsial [pemotongan sebagian konka inferior]
• Konkoplasty/multiple outfractured, inferior turbinoplasty
IMUNOTERAPI
• Pengobatan imunoterapi dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat
dan sudah berlangusng lama serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan
hasil yang memuaskan.
• Tujuan dari imunoterapi adalah pembentukan igg blocking antibody dan penurunan
IgE.
• Metode imunoterapi yang umum dilakukan adalah intradermal dan sub – lingual.
KOMPLIKASI
1. Polip Hidung
2. Otitis Media Efusi
3. Sinusitis Paranasal

Anda mungkin juga menyukai