Preseptor:
dr. Fadjar Nawawi, Sp. THT-KL
S M F T E L I N G A H I D U N G T E N G G O RO K A N - K E PA L A L E H E R
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RS AL ISLAM BANDUNG
2019
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. Y
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 65 Tahun
• Alamat : Komp. Margaasih
• Pekerjaan : Pensiun
• Status Pernikahan : Menikah
• Tanggal Pemeriksaan : 26 Februari 2019
KELUHAN UTAMA
• Palpasi:
• tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris dextra dan sinistra
Maxillofacial
• Bentuk : simetris
• Parese nervus cranialis : (-)
• Nyeri tekan (-) pada sinus maksilaris dextra dan sinistra
Leher
• KGB: tidak teraba membesar; pembesaran thyroid (–)
• Massa : (-)
• Kaku kuduk : (-)
RESUME
Pasien datang ke poliklinik THT RS Al Islam dengan keluhan keluar cairan dari
hidung yang dirasakan sejak kurang lebih 2 tahun. Keluhan dirasakan hilang timbul,
biasanya muncul ketika pagi-pagi, dingin, dan hilang dengan minum air hangat.
Keluhan ini semakin lama semakin terasa sering, pasien merasakan hampir setiap hari.
Pasien belum pernah mengobati keluhan ini sebelumnya. Keluhan diawali dengan
adanya bersin-bersin, mampet pada kedua hidung, dan gatal pada kedua bagian
hidung. Keluhan biasa muncul pada saat cuaca dingin terutama saat hujan. Pasien
merasakan keluhan ini saat malam hari maupun pagi hari. Pasien merasa keluhan
tersebut mulai mengganggu aktivitasnya. Pasien mengatakan pada keluarga ada
yang memiliki riwayat asma.
Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan status lokalis hidung ditemukan mukosa dextra dan sinistra livid, concha
dekstra dan sinistra hipertropi dan hiperemis, pasase udara +, kurang, lain-lain
dalam batas normal.
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
Rhinitis Alergi Persisten Sedang Berat
Rhinitis vasomotor
Diagnosis Kerja
Rhinitis Alergi Persisten Sedang Berat
Usulan pemeriksaan
• Pemeriksaan darah
• Pemeriksaan Darah Rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)
• Diff count (eosinofil)
Bagian hidung:
• Tulang
a.Kedua os nasale
b.Processus frontalis maxillae
c. Pars nasalis ossis frontalis
• Tulang rawan
a.2 cartilagines nasi laterales
b.2 cartilagines alares
c. 1 cartilagines septi nasi
TULANG DAN TULANG RAWAN HIDUNG
HIDUNG DALAM
• Hidung dalam (NASAL CAVITY) memanjang dari eksternal nares
dianterior dan membuka ke nasofaring di posterior melalui koana.
• Hidung dalam dilapisi oleh mukosa terkecuali vestibulum
• Topografi
A. Posterior : nasofaring
B. Superior & lateral : sinus paranasal
C. Superior : konjungtiva & sakus lakrimalis
• Dua per tiga bagian inferior mukosa hidung berfungsi sebagai area
pernapasan
• Satu per tiga bagian superior mukosa hidung berfungsi sebagai area
penghidu
HIDUNG DALAM
Hidung Dalam
DEFINISI
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE
(WHO ARIA)
3-19% Di
seluruh
negara
EPIDEMIOLOGI 10-26%
pasien poli
THT di
Indonesia
Genetik Alergen
Ingestan
Alergen
Spesifik
Musiman
KLASIFIKASI Perrenial
DIAGNOSIS
• Rinoskopi anterior: mukosa edema,
basah, pucat, sekret encer, hipertrofi
• Allergic shinner
Pemeriksaan • Allergic salute
• Allergic crease
Fisik • Facies adenoid
• Cabblestone appearance
• Geographic tongue
• Hitung Eosinofil
• IgE total
• Sitologi
• Tes cukit kulit
DIAGNOSIS Pemeriksaan • Uji intrakutan
Penunjang atau intradernal
yang tunggal
atau berseri
(Skin End-point
Titration/SET)
Patogenesis dan patofisiologi rhinitis alergi
TREATMENT
a. Penghindaran alergen.
b. Pengobatan medikamentosa :
• Antihistamin : mengatasi gejala pada respons fase cepat.
• Kortikosteroid mengatasi sumbatan hidung akibat respon fase lambat.
• Antikolinergik topikal bermanfaat untuk mengatasi rinore.
C. Imunoterapi spesifik
D. Edukasi
E. Operatif
MEDIKAMENTOSA
• Prinsip:
Mencegah dan atau menetralisasi kinerja molekul-molekul mediator yg
dilepas sel-sel inflamasi alergis dan atau mencegah pecahnya dinding
sel dgn harapan gejala dapat dihilangkan.
• Intranasal
• Oral
• Antihistamin: antagonis histamin H-1 [inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 target].
• Golongan antihistamin:
• Generasi 1 [klasik]
Bersifat lipofilik dapat menembus sawar darah otak & plasenta, kolinergik
• Generasi 2 [non-sedatif]
Bersifat lipofobik sulit menembus sawar darah otak
• Antihistamin Generasi 1:
• Difenhidramin
• Klorfeniramin
• Prometasin
• Siproheptadin
• Azelastin [Topikal]
• Antihistamin Generasi 2 :
Berdasarkan Keamanannya:
• Astemisol & Terfenadin [Kardiotoksik]
• Loratadin, Setirisin, Fexofenadin, Desloratadin, & Levosetrisin.
• Kortikosteroid:
Dipakai Bila Gejala Utama Sumbatan Hidung Akibat Respons Fase Lambat Tidak
Berhasil Diatasi Dengan Obat Lain.
Kortikosteroid Topikal: Beklometason, Budesonid, Flunisonid, Fluktikason, Mometason
Furoat, Dan Triamsinolon.
• Antikolinergik : Ipatropium Bromide Untuk Mengatasi Rinore.
• Baru: Antileukotrien.
OPERATIF
• Konkotomi parsial [pemotongan sebagian konka inferior]
• Konkoplasty/multiple outfractured, inferior turbinoplasty
IMUNOTERAPI
• Pengobatan imunoterapi dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat
dan sudah berlangusng lama serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan
hasil yang memuaskan.
• Tujuan dari imunoterapi adalah pembentukan igg blocking antibody dan penurunan
IgE.
• Metode imunoterapi yang umum dilakukan adalah intradermal dan sub – lingual.
KOMPLIKASI
1. Polip Hidung
2. Otitis Media Efusi
3. Sinusitis Paranasal