KELOMPOK 2
Moch. Raedy Noorizki C014182005
Hizkia Siahaan C014182030
Ahmad Musyafiq Arif C014182100
Tsuraya Yaumil Mahdiyyah NI C014182141
Zein U. Leptospirosis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th
ed. Jakarta: InternaPublishing; 2014. p. 1845–8
EPIDEMIOLOGI
Disebabkan oleh bakteri spirochete
dalam genus Leptospira. Ada 10 spesies
patogen, dan lebih dari 250 serogen
patogen.
Umumnya pada daerah iklim tropis atauu
sub-tropis.
Diperkirakan lebih dari 1 juta kasus
terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya,
termasuk hampir 60.000 kematian
Di negara tropis kejadian leptospirosis
lebih banyak 1000 kali dibandingkan
negara sub- tropis, dengan risiko
penyakit yang lebih berat
Costa F, Hagan JE, Calcagno J, Kane M, Torgerson P, Martinez-silveira MS, et al. Global Morbidity and Mortality of Leptospirosis : A Systematic Review. PLOS
Neglected Trop Dis. 2015;0–1
Rampengan NH. Leptospirosis. J Biomedik. 2016;8(3):143–50
Insiden leptospirosis di negara tropis
saat musim hujan sebanyak 5-
20/100.000 penduduk per tahun.
Wabah leptospirosis cenderung
terjadi setelah hujan deras atau
banjir di daerah endemis, terutama
daerah dengan perumahan dan
kondisi sanitasi yang buruk
Transmisi leptospira ke manusia
dapat terjadi karena kontak dengan
urin, darah, atau organ dari
binatang terinfeksi; serta kontak
dengan lingkungan (tanah, air) yang
terkontaminasi leptospira.
Center for Disease Control and Prevention. Leptospirosis Fact Sheet for Clinicians [Internet]. Center for Disease Control. 2018 [cited 2019 May 8]. p. 1–4.
Available from: https://www.cdc.gov/leptospirosis/
ETIOLOGI
Leptospirosis disebabkan oleh genus
leptospira, family treponemataceae, yakni
mikroorganisme spirochaetal
Tipis, membentuk lilitan, fleksibel, Panjang
5-15 um dan lebar 0,1-0,2 um.
Ujung organisme mmbentuk kait, bergerak
dengan rotasi aktif, tapi tidak berflagel
Zein U. Leptospirosis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed.
Jakarta: InternaPublishing; 2014. p. 1845–8.
Serovar Leptospira
Sumber infeksi Penyakit pada manusia Temuan klinis Distribusi
interrogans
Hebdomadis Tikus, tikus kecil Demam tujuh-hari Demam, ikterus Jepang, Eropa
Ikterus, perdarahan,
Icterohaemorraghiae Urin tikus, air Penyakit Weil Seluruh dunia
meningitis aseptik
Brooks GF, Butel JS, Morse S. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, Adelberg. 23rd ed. Harianto H, editor. Jakarta: EGC; 2007. 346-
348 p.
PATOFISIOLOGI Fase pertama:
Air atau makanan
terkontaminasi
“Fase Leptospiremia”
dikonsumsi
Berkembang di Perdarahan
Demam
organ parenkim Nekrosis
Masuk melalui luka (Leptospiremia)
(hati & ginjal) Disfungsi organ
kulit atau
membrane mukosa
Fase Kedua
“Fase Imun”
Cagliero J, Villanueva SYAM, Matsui M. Leptospirosis Pathophysiology : Into the Storm of Cytokines. Front Cell Infect Microbiol. 2018;8(June):1–8. Zein
U. Leptospirosis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta:
GEJALA KLINIS
Feigin R, Anderson D. Human leptospirosis. CRC Crit Rev Clin Lab Sci. 1975;5(1):413–67.
GEJALA KLINIS
• Leptospira • Nyeri otot betis, • Menggigil
terdapat dalam paha, dan • Mual, diare
Fase
darah pinggang • Penurunan
Leptospiremia
• Nyeri kepala • Hiperestesi kulit kesadaran
area frontal • Demam tinggi
Berdasarkan
fase penyakit
Mišić-Majerus L, Habuš J, Štritof Z, Bujić N, Mađarić V, Kolaric-Sviben G, et al. Epidemiological and clinical features of leptospirosis in a highly
endemic area over three time periods. 2018;
Waggoner JJ, Pinsky BA. Molecular diagnostics for human leptospirosis. Co-Infectious Dis. 2016;29(5):440–5..
Sistem Saraf Pusat Sistem Kardiovaskuler
Meningitis Vaskulitis akibat leptospira dpt menyebabkan syok
Nyeri kepala hipovolemik dan pembuluh darah yang kolaps
Ditemukan leptospira pada cairan serebrospinal pada Dapat timbul miokarditis, arteritis coroner, dan pada
fase leptospiremia beberapa pasien ditemukan friction rubs
Tanda rangsang meningeal tidak pasti EKG ditemukan kelainan berupa blok AV derajat 1,
inversi gelombang T, elevasi segmen ST, dan disritmia
Kulit
Makulopapular dengan Saluran Cerna
eritema, urtikaria, petekie, Ikterus, hepatitis, kolesistitis, pankreatitis, perdarahan
atau lesi deskuamasi saluran cerna.
Peningkatan ringan kadar enzim transaminase dan
gamma-GT
Mata
Pada fase akut dapat ditemukan dilatasi
pembuluh darah konjungtiva, perdarahan
Paru
subkonjungtiva, dan retinal vasculitis.
Batuk, hemoptisis & pneumonia
Sedangkan pada fase imun, sering
Foto thorax ditemukan infiltrate unilateral atau
ditemukan iridosiklitis
bilateral, dan efusi pleura
Ginjal
Otot
Dapat ditemukan piuria, hematuria, proteinuria yang
Miositis sering timbul pada minggu pertama hingga ketiga/keempat
steril
Perdarahan pada otot, sebagian pada dinding abdomen dan eks. bawah
Nekrosis tubulus akut dan nefritis interstisial
mnyebabkan nyeri yang hebat dan diyakini sbg penyebab akut abdomen
Hipokalemia sekunder akibat kerusakan tubulus
Gagal ginjal akut ditandai oleh oligouria atau polyuria
dapat timbul 4-10 hari setelah gejala timbul.
Setiady B, Setiawan A, Effendi D, Hadinegoro SRS. Leptospirosis. Sari Pediatr. 2001;3(3):163–7.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Demam mendadak
Lemah
Mual dan muntah
Nafsu makan menurun
Ikterik
Nyeri otot terutama di betis dan paha
Usia, tempat tinggal, pekerjaan
Sunil S, Jacob J, Varghese B. HUMAN LEPTOSPIROSIS - A REVIEW. World J Pharm Res. 2016;5(4):613–24.
Waggoner JJ, Pinsky BA. Molecular diagnostics for human leptospirosis. Co-Infectious Dis. 2016;29(5):440–5
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap: Leukositosis/normal, neutrofilia, peningkatan laju endap darah
Urinalisis: Proteinuria, leukosituria, dan sedimen sel toraks
Kimia darah: Bilirubin darah (bila hepatomegaly) dan transaminase meningkat; bila komplikasi ginjal, dapat
terjadi peningkatan BUN, ureum, dan kreatinin.
Kultur: Pertumbuhan leptospira lambat di media kultur, sehingga dibutuhkan beberapa minggu sebelum
dinyatakan hasil kultur negative. Hasil positif pada kultur sangat rendah, terutama pada fasilitas lab
mikrobiologi yang biasa, sehingga untuk penunjang diagnostic menunggu hasil kultur sering menjadi kendala
dalam penanganan pasien.
Serologi: Dark-groud Microscope (DGM) dan Microscopic Agglutination Test (MAT)
Shivakumar S. Guidelines for the Diagnosis of Human Leptospirosis Guidelines for the Diagnosis of Human Leptospirosis *. Ind J
Vet Anim Sci Res. 2018;47(2):1253–66.
Thibeaux R, Girault D, Bierque E, Picardeau M, Goarant C. Biodiversity of Environmental Leptospira : Improving Identification and
Revisiting the Diagnosis. Front Cell Infect Microbiol. 2018;9(May):1–14.
KRITERIA DIAGNOSIS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Leptospirosis; Kenali dan Waspadai [Internet]. Kementerian Kesehatan RI. 2015 [cited 2019 May 8]. p. 1. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/15022400002/leptospirosis-identify-and-beware.html
KRITERIA FAINE
Kumar SS. Indian Guidelines for the Diagnosis and Management of Human Leptospirosis. In: Indian Guidelines for the Diagnosis and Management of Human Leptospirosis.
1st ed. New Delhi: APICON Medicine Update; 2013. p. 23–9.
PENATALAKSANAAN
Indikasi Regimen Obat Dosis
Zein U. Leptospirosis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed.
Jakarta: InternaPublishing; 2014. p. 1845–8
KOMPLIKASI
Gagal ginjal
Gagal hati
Miokarditis
Uveitis
Vaskulitis
Meningitis
Weil’s Disease (Kasus Berat)
Zein U. Leptospirosis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th
ed. Jakarta: InternaPublishing; 2014. p. 1845–8
WEIL’S DISEASE
Kasus leptospirosis berat dengan manifestasi:
Ikterus
Perdarahan
Anemia
Azotemia
Gangguan kesadaran
Demam terus menerus
Oligouria, proteinuria, hematuria
Kahn H, Bateman L. Weil’s Disease from a Local New Orleans Bar. J La State Med Soc. 2017;169(2):46.
Sunil S, Jacob J, Varghese B. HUMAN LEPTOSPIROSIS - A REVIEW. World J Pharm Res. 2016;5(4):613–24.
PROGNOSIS
Umumnya leptospira merupakan penyakit self limiting dengan prognosis yang cukup
baik. Jika tidak ada icterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan icterus, angka
kematian 5% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-
40%.
Zein U. Leptospirosis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th
ed. Jakarta: InternaPublishing; 2014. p. 1845–8.
PENCEGAHAN
Kemoprofilaksis
Penjagaan sanitasi lingkungan
Pemberian sodium hipoklorin di tempat penampungan air
Zein U. Leptospirosis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th
ed. Jakarta: InternaPublishing; 2014. p. 1845–8
Center for Disease Control and Prevention. Leptospirosis Fact Sheet for Clinicians [Internet]. Center for Disease Control. 2018 [cited
2019 May 8]. p. 1–4. Available from: https://www.cdc.gov/leptospirosis/
Rampengan NH. Leptospirosis. J Biomedik. 2016;8(3):143–50.
TERIMA KASIH