Anda di halaman 1dari 87

Investigasi KLB Penyakit menular akut

menyebabkan anak-anak tidak masuk sekolah

FETP UGM

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Tujuan Pembelajaran
• Menyimpulkan nilai dari data laboratorium dan dampaknya bagi kebijakan
kesehatan masyakat.
• Konsultasi dengan lab sebelum penyelidikan epidemiologi lapangan untuk
persiapan dalam pengumpulan contoh uji, pengamanan sampel dalam
rujukan, dan pemilihan paramater yg akan diuji.
• Pengumpulan sampel/contoh uji, transpor dan penyimpanan sampel yang
tepat.
• Mengkoordinasikan kebutuhan dan tujuan yang berbeda dari berbeapa
pihak terkait (medis/dokter, petugas lab, perternakan dan kesehatan
lingkungan) selama melakukan kerjasama.
• Menjelasakan kelebihan dan kekurangan dari beberapa test diagnosa
banding yang umum digunakan untuk mendeteksi agen penyebab.
• Menggabungkan hasil laboratorium yang ditemukan baik dalam laporan
perkembangan maupun laporan final.
• Membuat Laporan final terstruktur untuk kepentingan kebijakan
kesehatan masyarakat dan media.

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Investigasi

• 19 Sep 2014 :
Laporan dari orangtua murid : sebanyak 30
murid tidak masuk sekolah minggu lalu

Apakah Tindakan Anda Selanjutnya?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Siapakah yang berperan sebagai
Pengontrol tim KLB Anda?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Hasil Investigasi 27 September

• 63 kasus dengan gejala dan tanda penyakit


Cases
Gejala-gejala %
(n=62)
Diare 62 100
Lemas/malaise 39 63
Sakit kepala 35 57
Sakit Perut 27 44
Muntah 23 37
Demam (siang/sore) 23 37
Mual 19 31
Susah BAB 3 5

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Merumuskan Definisi Operasional Kasus

• Onset sakit pada atau setelah 1 September 2014,


pada seorang murid atau pekerja SD, atau
penjamah makanan kantin sekolah, dengan gejala
demam dan diare dan salah satu gejala seperti
dibawah ini :
– Lemas/malaise
– Sakit Kepala
– Sakit Perut
– Muntah
– Diare
– Mual

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Informasi apa saja yang dibutuhkan untuk
dikumpulkan pada saat ini?
• Waktu
• Tempat
• Orang

Bagaimana cara Anda mengumpulkannya?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Waktu: Distribusi kasus sampai 21 Okt 2014

• Kurva epidemik menunjukkan KLB point source

WHY ?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Orang: Distribusi Kasus
karakteristik Jumlah kasus (n=62) %
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 60
Wanita 25 40

Kelas
Kelas 1 1 2
Kelas 2 14 23
Kelas 3 6 10
Kelas 4 5 8
Kelas 5 19 31
Kelas 6 17 26

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Orang: Attack Rate berdasarkan Kelas
Kelas Jumlah Kasus (n=62) Jumlah Murid Attack Rate (AR)
Kelas 1 1 96 1

Kelas 2 14 102 14

Kelas 3 6 99 6

Kelas 4 5 91 6

Kelas 5 19 92 21

Kelas 6 17 88 19

• Kelas 2, kelas 5, dan kelas 6 mempunyai AR yang


lebih tinggi dibandingkan kelas lain
FETP UGM Yogyakarta Indonesia
Peta Distribusi Kasus di SD

School
Canteen

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Agen penyebab apa yang Anda yakini
sebagai diagnosa banding pada peristiwa
ini?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Agen penyebab/Penyakit Gejala utama yg timbul Masa Inkubasi Pangan yg biasa terlibat
Bacillus cereus • Muntah hebat 1-5 jam Nasi, pasta, sereal
• Sakiit perut dan diare 8-16 jam
Campylobacter • Sakit perut 1-10 hari unggas, daging masak,
(campylobacteriosis) • Diare terus menerus, kemungkinan biasanya 3-5 hari susu dan produk susu
disertai darah
• Sakit kepala
• demam
Clostridium botulinum • Gangguan penglihatan 2 jam -5 hari, Makanan yg diawetkan,
(botulism) • Mulut kering biasanya mkanan kaleng, makanan
• Kesulitan menelan 12-36 jam di vakum
• paralisis (tergantung dosis)
• Gagal napas
Clostridium perfringens • kolik 6-24 jam biasanya Daging rebus, daging
• diare 10-12 jam gulung panggang, pai
Salmonella (salmonellosis) • Sakit perut 6-72 jam umumnya buah, unggas, telur,
• diare 12-36 jam daging, makanan yg
• demam terkontaminasi dengan
• mual feses hewan
• Mungkin muntah
Staphylococcus aureus • muntah 2-6 jam Daging yg dimasak,
• Kejang perut unggas
• diare
Verocytotoxin producing • Sakit perut Tidak pasti, biasanya 12- Daging sapi, daging
Escherichia coli; (VTEC) • Kolitis diare berdarah (diare 60 jam, tai bisa sampai 14 burger, susu dan produk
including E. coli O157 berdarah) hari susu
• sindrom uremia hemolitik

Vibrio parahaemolyticus • Sakit perut dan and diare cair dan 4-96 jam biasanya12-24 kerang
terus menerus jam
• Sakit kepala
• Muntah
• Demam
FETP UGM Yogyakarta Indonesia
Apakah selanjutnya yang Anda butuhkan
saat ini?

Dukungan Lab!

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Apa yang dapat data laboratorium
informasikan?

• Penyebab KLB
• Siapa yang benar-benar berperan dalam KLB,
siapa yang bukan.
• Siapa yang telah terpapar (dari beberapa tipe
agen/tes)
• Mengkonfirmasikan hipotesis (seperti dugaan
makanan tertentu)

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Marilah kita menghentikan sementara
investigasi KLB dan belajar lebih banyak tentang
teknik laboratorium termasuk :
• Biosafety dan Pengendalian Infeksi
• Penanganan limbah tajam
• Pengumpulan sampel/contoh uji
• Jenis sampel/contoh uji
• Media transport
• Suhu saat transportasi

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Investigasi laboratorium yang berhasil
 Biosafety dan dekontaminasi
 Pengumpulan sampel/spesimen yang tepat dan adekuat
 Dokumentasi yang cukup
 Pengamanan saampel yang benar dan tepat
 Pengiriman sampel yang cepat
 Pemilihan laboratorium yang tepat yang sesuai dengan
parameter pemeriksaan
 Hasil Pemeriksaan yang tepat waktu

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Biosafety: Perlindungan pasien/kasus

• Gunakan alat sekali pakai


• Dilakukan desinfeksi
• Bekerja dengan bersih dan profesional

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Biosafety: Perlindungan Diri
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
– Sarung tangan sekali pakai
– Jas lab
– masker
– Pelindung mata / permukaan wajah jika prosedurnya
bersifat aerosol.

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Perlindungan Personal: Sarung Tangan

• Sedapat mungkin, selalu menggunakan sarung tangan yang


sesuai ketika menangani material yang berbahaya
– Namun bukan sebagai pengganti kebersihan tangan yang tepat

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Perlindungan Personal : Kebersihan tangan

Menggosok tangan dengan alkohol merupakan gold


standar yang digunakan kesehatan (jika tangan tidak
tampak kotor)
Harus dilengkapi dengan cuci tangan pakai sabun
Photos: WHO

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Tindakan Kegunaan Syarat yang harus
Pencegahan digunakan

Tindakan Pasien konfirm atau suspek dengan •Sarung Tangan


pencegahan penyakit serius yang mudah menular •Mantel/Jas Lab
Kontak melalui kontak langsung dengan pasien
langsung atau kontak langsung dengan media
lingkungan pasien
Tindakan Hambatan untuk menghentikan •Pencegahan kontak
pencegahan penyebaran infeksi oleh sebagian besar •Masker baik
Droplet droplet lembab (>5 microns) yang •Alat proteksi mata
/percikan diproduksi oleh orang ketika batuk,
bersin atau berbicara.
Tindakan Pasien konfirm atau suspek dengan •Pencegahan kontak
pencegahan penyakit serius yang mudah menular •Pencegahan droplet
penyebaran melalui droplet udara • masker N95
melalui udara •Ruang isolasi
(di rumah sakit)

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Membuang limbah tajam di kontainer limbah
tajam biohazard
• Jika tidak ada kontainer limbah tajam : kumpulkan segera
limbah tajam tersebut untuk mencegah trauma akibat tertusuk
jarum.
• Sediakan P3K yang selalu ada
• Jangan gunakan kembali alat-alat yang sudah terkontaminasi

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Pengumpulan spesimen/sampel:
isu utama

Menetapkan diagnosa-diagnosa banding


Memutuskan pemeriksaan-pemeriksaan yang
dilakukan berdasarkan penemuan penyebab dan
epidemiologi
Memutuskan spesimen/sampel klinis yang harus
dikumpulkan untuk dilakukan pemeriksaan tersebut.
– Konsultasikan dengan ahli mikrobiologi, klinisi dan
epidemiolog.

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Beberapa Kiat
• Investigasi Laboratorium harus dimulai sedini mungkin
• Spesimen/sampel yang diperoleh secara dini, dapat dijadikan
rujukan untuk memberikan terapi antimikroba yang efektif
• Sebelum melakukan sesuatu, jelaskan semua prosedure kepada
pasien dan kerabatnya
• Ketika mengumpulkan spesimen, hindari kontaminasi
• Ambil bahan spesimen dengan jumlah memadai
• Ikuti petunjuk tindakan pencegahan (precaution) untuk keamanan

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Slide berikutnya pada media
spesimen/sampel, pengumpulan dan
pengiriman akan diberikan kepada
murid/peserta sebuah handout untuk
referensi

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Petugas Laboratorium akan bekerja
bersama penyaji untuk
mendemonstrasikan jenis-jenis media,
usap, dan tabung-tabung reaksi yang
diperlukan.

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Media Transport

• Memungkinkan mikroorganisme (patogen dan


kontaminan) untuk bertahan hidup
• Non nutrisi sehingga tidak memungkinkan
mikrorganisme untuk berproliferasi
(berkembangbiak)
• Untuk bakteri, contohnya media Carry and Blair
• Untuk virus : virus transport media (VTM)

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Bagian-bagian dari Darah
• Sel darah merah
• Sel darah putih
• Plasma: berisi
antibodi
• Sel trombosit/sel
pembeku darah
• Faktor-faktor
pembekuan

http://www.britannica.com/science/serum-albumin

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Darah hapusan
• Pengumpulan
– Darah kapiler dari tusukan jari
• Buat hapusan pada slide
• Fiksasi dengan methanol atau bahan fiksasi lainnya
• Pengamanan sampel/spesimen
– Kirimkan slide dalam waktu 24 jam
– Jangan di dinginkan/dimasukkan dalam refrigerator
(dapat mengubah morfologi sel)

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Kultur Darah
• Pengumpulan
• Darah Vena
• Bayi : 0.5 – 2 ml
• Anak-anak : 2 – 5 ml
• Dewasa : 5 – 10 ml
• Lakukan teknik septik aseptik
• Kumpulkan dalam 10 menit demam
• Jika tersangka endokarditis bakterial : 3 set kultur darah

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Serum Darah
1. Pisahkan dari darah sewaktu darah membeku
: berisi antibodi
2. Pengumpulan
– Darah vena dimasukkan dalam tabung steril
• Biarkan clot (bekuan) selama 30 menit sampai 1 jam pada
suhu luar
• Tabung steril gelas lebih baik daripada plastik
3. Penanganan sampel
– Sentrifuse pada kecepatan 1500 RPM selama 5-10
menit
• biarkan serum dari bekuan (clot)

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Kultur Darah
• Penanganan dan Pengiriman sampel
• Kumpulkan kedalam botol yang berisi kaldu
• Ubah jarum ke kaldu inokulat
• Tempatkan jarum yang telah digunakan pada safety box
• Dikemas dalam keadaan tegak dibatasi dengan
bantalan
• Cegah hemolisis
• Bungkus tabung dengan kain penyerap
• Kirim pada suhu luar
• Simpan pada suhu 4oC jika tidak dapat
menjangkau laboratorium dalam waktu 24 jam

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Serum darah
Pengiriman
• Kemas dalam suhu 4-8oC jika pengiriman sampel
kurang dari 10 hari
• Kemas dalam keadaan beku pada suhu -20oC jika
disimpan untuk bermingguminggu atau berbulan-
bulan sebelum dilakukan proses dan pengiriman
ke laboratorium rujukan.
• Hindari pengulangan siklus beku-cair
• Merusak IgM
• Untuk menghindari hemolisis : jangan bekukan
darah yang belum terpisah
FETP UGM Yogyakarta Indonesia
Cairan serebrospinal (CSF)

• Pengumpulan
– Pungsi lumbal
– Tabung steril
– Kondisi Aseptik
– Petugas terlatih

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Usap tenggorok
(posterior pharyngeal swab)
Pegang/tekan lidah kebawah
dengan alat penekan lidah
Inspeksi area dengan inflamasi
dan eksudat di faring posterior,
area tonsil dibelakang uvula
Hindari mengusap halus
palatum, jangan sentuh lidah.
Gosok area maju mundur
dengan swab katun atau dacron

WHO/CDS/EPR/ARO/2006.1

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Usap Nasofaring

Miringkan kepala ke belakang


Masukan fine-shafted polyester
swab dengan fleksibel kedalam
lubang hidung dan menuju
nasofaring
Diamkan selama beberapa detik
Tarik perlahan dengan gerakan
memutar

WHO/CDS/EPR/ARO/2006.1

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Aspirasi Nasofaring
Miringkan kepala sedikit ke
belakang
Tanamkan 1-1.5 ml of VTM
/saline normal steril ke dalam
satu lubang hidung
Gunakan perangkap aspirasi
Masukan kateter silikon pada
lubang hidung dan aspirasi
cairan sekresi secara perlahan
menggunakan suction pada
masing-masing lubang hidung.

WHO/CDS/EPR/ARO/2006.1

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Dahak/Sputum
Pengumpulan
Perintahkan pasien untuk mengambil napas dalam
kemudian batuk kan keluarkan dahak secara
langsung masukkan ke dalam kontainer bermulut
lebar steril
– Hindari ludah/saliva atau cairan postnasal
– Volume minimum 1 ml

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Sampel pernapasan
Penanganan dan Pengiriman sampel
Semua sampel saluran pernapasan kecuali dahak/sputum dikirim
dalam media yang sesuai
– bakteri: Amie’s or Stuart’s media transpor
– viruses: viral transport medium (VTM)
Pengiriman sampel secepat mungkin ke laboratorium untuk menekan
pertumbuhan dari flora normal mulut
Untuk periode transit sampai dengan 24 jam
– Dikirim sesuai dengan suhu luar untuk bakteri
– Dikirim dalam suhu 4-8°C untuk virus

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Cairan Serebrospinal (CSF)
Penanganan dan Pengiriman
Bakteri
• Sebaiknya dalam media trans-isolate, pre-
dihangatkan pada suhu 25-37°C
sebelum dilakukan inokulasi
Atau
• Kirim pada suhu luar (ambien) (sesuai dengan patogen yang tidak
dapat bertahan hidup pada suhu rendah)
Virus
• Kirim pada suhu 4-8oC ( jika lebih dari 48 jam atau -70oC untuk
durasi waktu yang lebih lama)

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Sampel Feses

Pengumpulan:
• Sampel feses segar
• Hindari spesimen dari tempat tidur
• Gunakan kontainer steril atau bersih
• Jangan dibersihkan dengan desinfektan
• Selama KLB – kumpulkan dari 10-20 pasien

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Usap Dubur/Rectal Swab
• Keuntungan
– Nyaman
– Digunakan pada anak kecil, pasien lemah, dan
situasi lainnya dimana sampel feses tidak
memungkinkan
• Kelemahan
– Tidak dapat melakukan penilaian makroskopis
– Bahan yang tersedia jumlahnya sedikit
– Tidak direkomendasikan untuk virus

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Sampel feses untuk virus
• Waktu
– Dalam 48 jam dari onset
• Jumlah sampel
– 5-10 ml feses segar dari pasien (dan kontrol)
• Metode
– Feses segar tidak boleh bercampur dengan dalam kontainer yg bersih, kering
dan steril
• Penyimpanan
– Simpan dan dinginkan pada 4oC; tapi tidak boleh beku
– Simpan pada suhu-15oC – untuk deteksi Ag,polymerase chain reaction (PCR)
• Transport
– 4oC (jangan beku); pakai dry ice (deteksi Ag dan PCR)

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


• Waktu
Sampel Feses untuk Bakteri
– Selama fase aktif
• Jumlah sampel dan besarannya
– Sampel segar dan sebanyak dua usap, pasien, kontrol dan karier
(jika terindikasi)
• Metode
– Media Cary-Blair
– Untuk deteksi Ag /PCR – tanpa media transport
• Penyimpanan
– Dinginkan pada 4oC jika dilakuakan pemeriksaan dalam 48 jam, -
70oC jika lebih lama; simpan pada -15oC untuk deteksi Ag dan PCR
• Transport
– 4oC (jangan beku); pakai dry ice untuk deteksi Ag dan PCR

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Sampel Feses untuk Parasit
• Waktu
– Segera mungkin setelah onset
• Jumlah sampel dan besarannya
– sedikitnya 3 x 5-10 ml feses segar dari pasien dan kontrol
• Metode
– Campur dengan 10% formalin or polyvinyl chloride, 3 bagian dan 1
bagian pengawet
– Sampel tanpa bahan pengawet untuk deteksi Ag dan PCR
• Penyimpanan
– Dinginkan pada 4oC; simpan pada -15oC untuk deteksi Ag dan PCR
• Transport
– Dalam suhu 4oC (jangan beku); gunakan dry ice untuk deteksi Ag dan
PCR

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Sampel Air untuk Bakteri
Persiapan
Air berklorin - tambahkan sodium thiosulphate (0.5ml of 10%
solution atau sebuah kristal kecil)
Keran/ Pompa
• Hapus tambahan
• mengelap, bersihkan dan bakar outlet
• Biarkan air mengalir (sekitar satu menit)
Sumber Air atau reservoir - kumpulkan air dari kedalaman setidaknya
20 cm
Sumur gali – botol sampel jangan sampai menyentuh permukaan
sumur

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Air untuk Bakteriologi

Pengumpulan
setidaknya 200 ml sampel air dari sumber
dimasukkan dalam botol gelas steril atau botol
plastik yang dapat di autoklaf
• Tutup berulir ketat
• Dengan sumbat yang pas
• Dengan rim menggantung

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Air untuk bakteriologi

Penanganan dan transpor sampel


Periksalah sampel air dalam waktu 3 jam
pengumpulan/sampling
• Pertahankan pada suhu luar
jika tertunda:
• Kemas sampel tersebut dengan es
• Periksalah sampel dingin tersebut dalam waktu 24 jam

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Sampel makanan
Segera kumpulkan makanan yang dicurigai
Kumpulkan secara septik- dengan peralatan steril dan kontainer
Makanan padat
– ambil makanan 100-200 gram dari tengah dengan pisau steril
– Daging mentah atau unggas – dinginkan dalam wadah plastik steril
cairan
– Kocok untuk mencampurkan, gunakan tabung steril
– Air untuk memasak– ambil 1-5 liter
Permukaan perkakas/peralatan yg kontak untuk proses memasak
– Usap lembab dengan air pepton steril 0.1% atau cairan buffer distilasi;
masukan swab dalam kaldu penyubur

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Sampel Makanan
Penanganan dan Pengiriman sampel
• makin cepat makin baik
• pertahankan kualitas pada suhu 2-8oC
• Dinginkan makanan panas dengan cepat – tempatkan kontainer
dibawah air dingin
• Kemas sampel sedimikian rupa untuk mencegah tumpahan
• Hubungi laboratorium mengenai metode pengiriman dan
mengantisipasi waktu penerimaan sampel
• Mencari bantuan dari petugas sanitarian (kesehatan lingkungan)
/ peternakan/mikrobiologis

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Haruskah semua jenis makanan dilakukan
pemeriksaan pada KLB yang ditularkan
melalui makanan?

• Menyimpan dengan benar semua jenis


makanan adalah dianjurkan
• Pemeriksaan semua makanan umumnya tidak
dianjurkan

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Mengapa Pemeriksaan semua makanan
tidak dianjurkan?
• Skrining makanan untuk patogen berjalan lambat, padat karya,
mahal, dan sensitif
• Mikroorganisme akan ditemukan dalam makanan, yang dapat
mengalihkan fokus dari penyelidikan dan memungkinkan
mengarahkan pada kesimpulan yang salah dan tindakan yang tidak
berguna.
• Pemeriksaan makanan terlibat dalam penyelidikan epidemiologi
sebagai pelengkap dari aktivitas penyelidikan, dan lebih mengarah
pada hasil yang berguna

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Review suhu yang dianjurkan saat pengiriman
sampel

• CSF untuk kultur di TI: 25 to 35-37°C, tidak boleh dingin


• Kultur Darah dalam botol : 25 to 35-37°C, tidak boleh dingin
• Darah Hapus: suhu luar / suhu normal
• Kultur di cawan petri +4°C
• Tabung Cary Blair : +4°C
• Serum di tabung bertutup: +4°C
• CSF untuk kimia, mikroskopis: +4°C
• Tissue and bubo aspirates: +4°C
• Sampel air suhu luar / suhu normal
• Sampel Makanan 2-8oC

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Kembali pada penyelidikan
KLB…

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Hipotesis : Bagaimana KLB ini terjadi?
Wawancara awal dengan para murid dan guru didapatkan:
• Guru dari kelas 5 melakukan perayaan spesial mengenalkan sebuah
proyek hasil kerja keras murid mereka dua hari sebelum mereka
sakit.
• Dia membawa pop-ice rasa mangga untuk semua muridnya dari
pedagang dekat sekolah.
• Banyak dari murid lain yang sakit setelah makan pop-ice dari
pedagang yang sama, dua hari sebelum mereka sakit.

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Hipotesis : Bagaimana KLB ini terjadi? (2)

• Berdasarkan kurva epidemik, KLB menunjukkan bentuk point-source


• Masa inkubasi terjadi 1-3 hari dan berdasarkan gejala klinis
menunjukkan mengarah ke bakterial/viral dan bukan karena toxin.
• Kelompok kasus berada sekitar barat daya warung makan
menunjukkn bahwa penyakit yang ditularkan melalui makanan ini
berasal dari satu pedagang.
• Berdasarkan informasi ini, KLB yang terjadi kemungkinan adalah
Salmonellosis

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Langkah selanjutnya: Pengumpulan sampel

• Setelah berdiskusi dengan mikrobiologis dan


laboratorium kesehatan masyarakat, anda
memutuskan mengumpulkan sampel feses
dari setiap kasus
• Salmonella bukan tifoid dapat terdeteksi pada
sampel feses segar 3 hari sampa 1 minggu
setelah fase akut infeksi

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Sesi Praktek
• Pilih 3 peserta
• Sediakan sarung tangan, masker, alat proteksi mata, sabun, alat usap,
tempat/kontainer berisi sediaan feses dengan media
• Perintahkan kepada 3 peserta tersedut untuk mengambil APD mereka
• Para peserta tersebut secara hati-hati menempatkan alat usap ke dalam
sediaan feses pada tabung, berikan label pada tabung dengan tanggal dan
waktu pengumpulan, nomor id kasus #, jenis sampel. Loksao dan inisial
petugas pengambil spesimen, dan kemudian segel tabung
• Letakkan sampel tiruan berupa krim cukur, pasta gigi, atau cairan kental
kepada masing-masing sarungtangan peserta
• Minta mereka untuk mneggosok tangan mereka bersama untuk
menyebarkan cairan tersebut ke seluruh permukaan sarung tangan
mereka
• Peserta/murid harus melepaskan sarung tangan mereka tanpa membuat
cairan tersebut menyentuh kulit mereka

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Apakah langkah selanjutnya?
• Buatlah Formulir Penyelidikan Kasus/Laboratorium:
– Setiap sampel dikumpulkan dan disimpan dengan baik, informasi apa
yang dibutuhkan dikumpulkan dan termasuk ketika mengirimkan
sampel-sampel tersebut ke laboratorium?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Sesi Praktek

• Berdasarkan informasi :
Bagilah peserta dalam 4 grup. Dan mintalah
mereka untuk mengembangakan variabel-
variabel untuk formulir penyelidikan
laboratorium/kasus

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Formulir Penyelidikan Kasus
• Data Epidemiologi:
• Informasi Kasus/pasien
– umur (atau tanggal lahir ), jenis kelamin, alamat lengkap
• Informasi klinis
– Tanggal onset gejala, klinis, dan riwayat imunisasi, faktor-faktor
risiko atau riwayat kontak yang terkait, obat anti mikroba
diutamakan untuk pengambilan spesimen.
• Informasi Laboratorium
– Spesimen Akut atau sudah sembuh
– Spesimen lain dari pasien yang sama
• Line listing – if large number of patients

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Form Penyelidikan Kasus

Menerima pencatatan laboratorium :


• Tanggal dan waktu saat spesimen diterima
• Nama dan inisial petugas penerima
spesimen
• Pencatatan kualitas spesimen

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


FETP UGM Yogyakarta Indonesia
Hasil Laboratorium

1. Sampel feses dikumpulkan dengan usap dubur


dan carry blair
2. Spesimen usap yang dikumpulkan tiba di
laboratorium dalam kondisi baik dan volume
yang cukup.
3. Laboratorium menggunakan pemeriksaan
Kultur, tes Widal, RDT dan biomolekuler dalam
pemeriksaan sampel
4. 15 sampel feses yang diperiksa Positif untuk
Salmonella enterica subtype Agona dengan
kultur dan PCR (molecular typing)

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Identifikasi Serologi
• Bakteri Salmonellae dapat dikategorikan dengan
karakteristik antigen somatic (O) dan antigen flagella (H)
• Jenis-jenis Salmonella yang sudah ditemukan di
Indonesia:
– Salmonella Enteritidis
– Salmonella Typhi
– Salmonella Paratyphi A
– Salmonella Agona
• Widal dan rapid tes diagnostik, hanya dapat digunakan
untuk deteksi Salmonella Typhi
– Non Typhi tidak terdeteksi dengan Widal atau RDT

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Identifikasi Serologi

1. Batasan tes Felix-Widal

2. Rapid tests

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Salmonella enterica subtype Agona: Model
penularan
• Buah, unggas yang dimasak kurang matang, telur,
dan produk susu secara alami dapat membawa
suatu bakteri. Konsumsi makanan terkontaminasi
dapat sebabkan infeksi pada orang-orang yang
rentan.
• Seseorang yang terinfeksi dapt menjadi sumber
Salmonella Agona pada feses mereka
• Orang yang rentan dapat kontak dengan S. agona
melalui makan dan minum pangan yang telah
terkontaminasi dengan feses yang mengandung S.
Agona
FETP UGM Yogyakarta Indonesia
Apa yang kita ketahui sejauh ini?
• 62 murid,dari sekolah yang sama, dirawat dengan
gejala yang sama, dari 1nSeptember 2014 sampai
10 Oktober 2014
• Sample feses dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan sebanyak 15 sampel feses
positif mengandung S.enterica subtype Agona
• Kurva epidemik menunjukkan bahwa KLB ini
adalah point source
• S.enterica subtype Agona didapatkan dari
mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi dengan sediaan feses terinfeksi

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Informasi tambahan apa yang kita butuhkan?:
• Review faktor risiko potensial yang teridentifikasi
saat wawancara dengan kasus utama.
• Jenis penyelidikan apa yang akan dilakukan ?
• Mewawancara kasus-kasus tambahan untuk
menilai jika ada informasi tambahan uang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebiasaan/
perilaku yang berhubungan dengan makan dan
minum
• Adakah pemeriksaan laboratorium tambahan
yang dibutuhkan ?
– Jika iya, pemeriksaan apa yang akan dilakukan ?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Pencarian kasus dan wawancara
• Anak “R” (diwawancara di rumah sakit)
– Dirawat di Rumah Sakit CC sejak 19 Sept 2014
– Biasanya tidak membeli makanan dari pedagang
kaki lima
– Pertama kali membeli pop ice rasa mangga, samapi
dirumah muntah-muntah
– Beberapa hari setelahnya, mulai merasa tidak
sehat

• Ny “N” dari RT 3 (diwawancara di rumah sakit)


– Menjual pop ice di pintu selatan sekolah
– Dua anak nya mederita sakit
– Dia dirawat inap di RS CC sejak 25 Sept 2014
– Menjual makanan di kedua sekolah lainnya
• Kader pada RT 3
– Semua air bahan membuat es, tidak dimasak
terlebih dahulu

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Epidemiologi: Penemuan awal
Setelah wawancara kasus-kasus dan kontrol-
kontrol yang ditemukan :
Faktor Risiko
– Membeli makanan diluar kantin sekolah
– Tidak mencuci tangan sebelum makan
– Membeli pop ice rasa mangga

• Studi kasus kontrol perbandingan 1:2

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Kebiasaan Membeli Makanan

Kasus Kontrol
Membeli Makanan OR 95%CI p-value
n % n %
Pedagang keliling diluar
10 62.5 6 37.5 7.07 1.27-56.38 0.01
sekolah
Kantin sekolah+pedagang
39 56.5 30 43.5 6.06 1.47-35.17 <0.01
kaki lima
Kantin sekolah 10 32.2 21 67.8 2.22 0.44-14.56 0.28

Faktor Risiko apa yang teridentifikasi?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Tidak Mencuci tangan pakai sabun
Kasus Kontrol
Mencuci tangan OR 95%CI p-value
n % n %
Tidak Mencuci
28 54.90 23 45.10 1.5 0.60-3.63 0.39
Tangan
Mencuci tangan
tidak pakai sabun 19 38.78 30 61.22 0.8 0.31-1.91 0.57

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Makanan apa yang berisiko?
Type of food OR 95% CI p-value

Pop-ice 6.6 2.60-16.72 <0.01


Tempura 3.7 1.44-9.70 <0.01
Gorengan 3.6 1.08-12.0 0.03
Cak we 2.9 0.71-11.68 0.12
Donat 2.4 0.42-13.46 0.31
Es jeruk 2.1 0.94-4.57 0.06
Bakwan kawi 2.1 0.80-5.43 0.13
Nasi kucing 2.0 0.45-8.68 0.35
Cilok 1.8 0.61-5.49 0.27
Mie dingin 1.4 0.40-4.88 0.58
Siomay 1.4 0.63-3.13 0.40
Batagor 1.3 0.51-3.34 0.56
Bakso kuah 1.1 0.50-2.42 0.80
Sosis 1.0 0.41-2.66 0.92
Nasi kuning 1.0 0.27-3.28 0.94

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Penyelidikan di lingkungan sekolah

• Gerbang Selatan
– Pedagang keliling
(luar sekolah)
– Dimulai dari siang

Investigasi Lingkungan apa yang


Akan Anda lakukan?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Pengumpulan sampel lingkungan :

• Sampel air dari sumber air bersih


– Sumur di sekolah
– Sumur di pemukiman di RT 1 dan RT 3

• Sampel Makanan
– Sampel Mangga
– Tempura

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Penemuan Klinis dan Lingkungan
• Sampel air dari sumber air bersih
– Sumur dari sekolah
– Sumur di pemukiman masyarakat di RT 1 dan RT 3
– Memenuhi standar air bersih, tidak dilakukan pemeriksaan Salmonella

• Sampel Makanan
– Hasil pemeriksaan Mangga negatif untuk Salmonella enterica subtype
Agona
– Pedagang Pop ice masih sakit saat spesimen dikumpulkan

• Sampel Feses
– Positif untuk Salmonella enterica subtype Agona
– Dikultur dari pasien rawat inap hari akhir di rumah sakit Sleman

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Melakukan Aksi/Respon

27 Sept
Inspeksi
pedagang pop-
ice

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Melakukan aksi/respon
3 Oct:
Murid-murid didorong
membawa bekal
makanan dari rumah ,
penyuluhan kes dari
komite sekolah

8 Okt
27 Sept
Penyuluhan kes di
Inspeksi
masyarakat
pedagang pop-
ice
11 Oct
Penyuluh
Kesehatan ke
pedagang
keliling

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Kesimpulan KLB (1)

• 19 September 2014 – Lebih dari 30 murid tidak


masuk sekolah minggu lalu
• KLB Point Source
• Anak-anak makan pop-ice, tempura dan gorengan
dari kios diluar sekolah berisiko tinggi sebabkan
penyakit
• Sampel Makanan dikumpulkan dari kios diluar
sekolah, sampel air dari sumber air bersih dan
sampel feses dari anak-anak

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Kesimpulan KLB (2)

• Sampel Makanan
– Negatif Salmonella enterica subtype Agona
– Pedagang pop ice masih menderita sakit ketika sampel
makanan dan air di kumpulkan .

• Sampel Feses
– 15 sampel positif Salmonella enterica subtype Agona

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Rekomendasi
• Pendidikan kesehatan dan manajemen kepada pedagang makanan
keliling
– Adopsi Langkah-langkah higienis, seperti mencuci tangan sebelum
memasak dan penyajian makanan dan cuci permukaan makanan
tangan saat persiapan
– Menjual makanan sehat yang dimasak di lokasi
– Meningkatkan pendidikan kesehatan tentang risiko keracunan
makanan
– Mengkontrol lalat untuk mencegah makanan terkontaminasi
• Menyediakan sabun cuci tangan di kamar mandi untuk murid
sekolah
• Cuci tangan pakai sabun sebelum makan
• Mengkontrol produksi pop ice oleh pedagang keliling untuk
membatasi kontaminasi penggunaan air dan bahan.

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Membuat Laporan

• Tantangan untuk membuat sintesis/analisis semua


data kuantitatif dan kualitatif dan hasilnya.
• Dokumentasi kegiatan (evaluasi, legal)
• Menyediakan hasil assesmen KLB yang dapat
digunakan saat komunikasi dengan pimpinan dan
media.
• Menyiapkan proposal rekomendasi
• Perangkat Pedagogical

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Membuat Laporan(2)

• Penting memasukkan jumlah kasus/pasien dan sampel


lingkungan yang diambil
• Jelaskan jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan,
dengan sampel yang telah diperiksa dan hasil
patogennya.
• Daftar Hasil Pemeriksaan laboratorium: Jumlah hasil
positif tiap jenis sampel
• Jelaskan interpretasi hasil tersebut :
– Patogen apa yang dapat disimpulkan menjadi sebab dari KLB
ini?
– Tidakan apa yang diambil sebagai respon hasil penyelidikan
tersebut ?

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Komunikasi risiko, jangan panik
• Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas.
• Berikan informasi tentang penyakit dan gejalanya
• Bagaimana mereka dapat terkena?
• Bagaimana pencegahan dari infeksi
• Pengobatan
• Apa yang sudah dilakukan pemerintah?
• Gunakan grafik.
• Tanyakan pertanyaan biasa dan jawablah
• Bayangkan anda menjelaskan penyakit kepada
keluarga anda sendiri dan tetangga!
• Menempatkan diri dalam situasi mereka

FETP UGM Yogyakarta Indonesia


Terima kasih

FETP UGM Yogyakarta Indonesia

Anda mungkin juga menyukai