OKUPASI
Penyakit Paru Akibat Kerja
Penyakit Paru Akibat Kerja
Definisi
Definisi asma akibat kerja adalah adanya gangguan
aliran udara pernafasan dan hiperreaktivitas bronkus
akibat agent (polutan) spesifik di tempat kerja dan
bukan di luar tempat kerja.
Patofisiologi
Iritasi langsung
Alergi
Farmakologik
Diagnosis
Diagnosis asma akibat kerja pada prinsipnya adalah
menghubungkan gejala klinis asma dengan lingkungan kerja
oleh karenanya dibutuhkan suatu anamnesis yang baik dan
pemeriksaan penunjang yang tepat.
Faktor Prediposisi
Faktor predisposisi asma akibat kerja adalah atopi dan
merokok.
Penatalaksanaan
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemakaian alat
pelindung, pemantauan polutan di udara lingkungan kerja
Bila telah terjadi asma akibat kerja, maka pemindahan ke luar
lingkungan kerja.
Evaluasi fungsi paru secara berkala pada pekerja yang sudah
menderita asma akibat kerja diperlukan untuk mencegah
kecacatan.
BRONKITIS KRONIK
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan wawancara pada penderita atau pekerja
mengenai riwayat pekerjaan, pajanan, dan riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang
umum seperti batuk yang retentif, suara napas yang mendecit, dan
juga cyanosis di bagian lidah dan membran mukosa akibat pengaruh
sekunder polisitemia.
Evaluasi laboratorium
Tes darah CBC (complete blood count)
Radiografi dada
Promosi Kesehatan Kerja terhadap Penyakit
Bronkitis Kronis
Menurut Ottawa Charter WHO 1986, promosi
kesehatan terdiri atas
1. Build healthy public policy
2. Create supportive environment
3. Strengthen community skills
4. Develop personal skills
5. Reorient health service
Pencegahan
a. Menghindari merokok.
b. Menghindari iritan, seperti polusi udara, fume, dan lain-lain.
c. Menghindari terkena infeksi saluran respirasi.
d. Mengurangi pajanan dengan teknik-teknik pengendalian
industrial higiene, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering
control, administrative control, APD, dan sebagainya.
e. Melakukan surveilens kesehatan dengan pembagian
kuesioner secara periodik. Hal inisangat direkomendasikan
pada para pekerja yang berisiko bronkitis kronik
Pengobatan
Karena merokok merupakan penyebab utama bronkitis
kronis, maka langkah penting yang harus diambil adalah
keluar dari kebiasaan merokok tersebut.
Bisinosis
Bisinosis adalah gejala saluran napas serupa asma
dalam berbagai derajat yang disebabkan oleh pajanan
terhadap serat kapas. Oleh karena gejala awal bisinosis
terjadi pada hari kerja pertama yang biasanya hari
Senin, bisinosis disebut juga Monday morning fever
atau Monday moning chest tightness atau Monday
morning asthma.
Tingkatan penyakit Byssinosis
No Tingkatan Indikasi
pencegahan
control kadar debu dalam lingkungan
pemantauan medis agar bisinosis dan obstruktif saluran
napas dapat ditemukan dan dicegah secara dini
alat pelindung diri
pre-employment medical Check up
Peumonitis Hipersensitif
DEFINISI
Pneumonitis hipersensitif (PH) adl penyakit parenkim paru
yang disebabkan oleh reaksi imunologis, akibat pajanan dan
sensitisasi terhadap berbagai debu organik, misalnya produk
bakteri, jamur dan protein dari tanaman. Diisosianat yang
digunakan dalam produksi poliuretan, busa, plastik dapat
pula menimbulkan PH.
Pneumonitis hipersensitif disebut juga Extrinsic Allergic
Alveolitis.
Etiologi
Bahan organik
bakteri (thermophilic, Actinomycetes)
jamur (Aspergillus, Trichosporon cutaneum)
protein serum (protein burung)
zat kimia (anhidrid, diisosianat)
zat-zat yang belum dapat diidentifikasi (debu kopi).
Gambaran klinis
Pneumonitis Hipersensitif
Akut
Sub akut
Kronik
Gambaran klinis akut
• Gejala sistemik dimulai 4-6 jam setelah pajanan.
• Gejala saluran napas dimulai 12-18 jam setelah
pajanan.
• Pada bentuk akut, penderita mengeluh seperti
serangan flu berupa panas, menggigil, nyeri otot, lesu,
sesak nafas, batuk, sakit kepala dan mual-mual.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita demam,
takipneu, ronkhi halus difus di kedua basal paru.
Gambaran klinis sub akut
Penderita secara bertahap mengalami batuk, dyspneu,
anoreksi, dan penurunan berat badan yang
berlangsung beberapa hari sampai berminggu-
minggu, serta adanya riwayat serangan yang berulang
sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sama seperti pada
bentuk akut tetapi kurang berat dan berlangsung lebih
lama.
Gambaran klinis kronik
Sesak napas progresif
Batuk non produktif
Lemah dan BB menurun
Kadang-kadang ada clubbing finger
Gambaran fibrosis paru
Pemeriksaan
1. Imaging Test
2. Chest X-Ray
3. Tes fungsi paru
4. Bronchoalveolar lavage
5. Transformasi limfosit pengujian in vitro
6. Biopsi paru-paru
1. Imaging Test
Tes Imaging biasanya diperoleh untuk pasien dengan
riwayat, tanda-tanda, dan gejala yang tepat dan
spesifik.
2. Chest X-Ray
• Tidak sensitif maupun spesifik untuk mendeteksi
penyakit.
• Sering normal pada pasien dengan bentuk akut dan
subakut.
• Pada bentuk kronis menunjukkan retikuler atau nodular
kekeruhan pada bagian atas lobus dengan pengurangan
volume paru dan honeycombing, mirip dengan fibrosis
paru idiopatik.
3. Tes fungsi paru (spirometri)
Gambaran restriktif
Kapasitas difusi menurun
4. Bronchoalveolar lavage
Hasil jarang spesifik untuk diagnosis tetapi sering
merupakan komponen penilaian diagnostik untuk
gejala-gejala pernapasan kronis dan kelainan fungsi
paru.
Leukositosis (terutama peningkatan neutrofil dan
eosinofil)
5. Transformasi limfosit pengujian in vitro