Anda di halaman 1dari 16

Resusitasi jantung paru

Nana novia siktiani


Pendahuluan
 Resusitasi jantung paru adalah serangkaian penyelamatan hidup pada
henti jantung. Walaupun pendekatan yang dilakukan dapat berbeda-
beda, tergantung penyelamat, korban, dan keadaan sekitar, tantangan
mendasar tetap ada, yaitu bagaimana melakukan RJP yang lebih dini,
lebih cepat dan lebih efektif.
 Menurut American Heart Associaton, rantai kehidupan mempunyai
hubungan erat dengan tindakan jantung paru, karena penderita yang
diberikan RJP, mempunyai kesempatan yang amat besar untuk data
hidup kembali .
Definisi
 Resusitasi Jantung Paru yang biasa kita kenal
dengan nama RJP atau Cardiopulmonary
Resuscitation adalah usaha untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau
sirkulasi akibat terhentinya fungsi dan atau
denyut jntung. Resusitasi sendiri berarti
menghidupkan kembali, dimaksudkan sebagai
usaha-usaha untuk mencegah berlanjutnya
episode henti jantung menjadi kematian
biologis.
indikasi
 Henti nafas  Henti jantung
1. Tenggelam Pernafasan yang
2. Stroke terganggu merupakan
3. Obstruksi jalan nafas tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
4. Infark miokard
5. Tersengat listrik
Sistem pernafasan dan sirkulasi
1. Sistem pernafasan
Menyuplai oksigen kedalam tubuh sesuai
dengan kebutuhan dan mengeluarkan CO2.
2. Sistem sirkulasi
- Jantung
- Pembuluh darah
- Darah dan komponennyaa
Resusitasi jantung paru
Resusitasi yang berhasil setelah terjadinya henti jantung
membutuhkan gabungan dari tindakan yang terkoordinasi
yang ditunjukkan dalam Chain of Survival, yang meliputi :
 Pengenalan segera terhadap henti jantung dan aktivasi
dari emergency response system
 RJP yang awal dengan menekankan pada kompresi dada
 Defibrilasi yang cepat
 Advanced life support yang efektif
 Perawatan post-cardiac arrest yang terintegrasi
Bantuan hidup dasar
 Dalam fase I ini terdiri dari langkah yang di A
(airway), B (breathing), C (circulation).
 Fase II : Advance Life Support (ALS), yaitu BLS
ditambah dengan D (drug) dan E (EKG)
 Fase III : Prolonged Life Support (PLS), yaitu
penambahan dari BLS dan ALS, G (gauge), H
(head), I (Intensive care).
Sebelum melakukan tahap airway terlebih
dahulu dilakukan prosedur awal:
 1. memastikan keamanan lingkungan
 2. memastikan kesadaran pasien / korban
 3. meminta pertolongan
 4. memperbaiki posisi pasien / korban
 5. mengatur posisi penolong
 A. A (airway) jalan nafas

 B. B (breathing ) bantuan nafas


 C. C ( criculation) bantuan sirkulasi

 D. D ( Defibrilation) terapi listrik


AHA Guidelines for CPR and ECC 2015 mengutamakan kebutuhan RJP
yang berkualitas tinggi, hal ini mencakup:

 Kecepatan kompresi paling sedikit 100 sampai 120 x/menit


 Kedalaman kompresi paling sedikit 2 inchi (5 cm) pada dewasa dan
paling sedikit sepertiga dari diameter anteroposterior dada pada
penderita anak-anak dan bayi (sekitar 1,5 inchi [4cm] pada bayi dan 2
inchi [5cm] pada anak-anak)
 Batas antara 1,5 hingga 2 inchi tidak lagi digunakan pada dewasa, dan
kedalaman mutlak pada bayi dan anak-anak lebih dalam daripada
versi sebelumnya dari AHA Guidelines for CPR and ECC
 Memberi kesempatan daya rekoil dada (chest recoil) yang lengkap
setiap kali selesai kompresi
 Meminimalisasi jeda pada kompresi dada
 Perubahan a-c-b menjadi c-a-b
- Mayoritas besar henti jantung terjadi pada dewasa dan
penyebab paling umum adalah Ventricular Fibrilation atau pulseless
Ventricular Tachycardia. Pada penderita tersebut, elemen paling
penting dari Basic Life Support adalah kompresi dada dan
defibrilasi yang segera. Pada rangkaian A-B-C kompresi dada
seringkali tertunda ketika penolong membuka jalan nafas untuk
memberikan nafas buatan, mencari alat pembatas (barrier
devices), atau mengumpulkan peralatan ventilasi.
- Dengan merubah urutan menjadi C-A-B kompresi dada
akan dimulai sesegera mungkin dan ventilasi hanya
tertunda sebentar (yaitu hingga siklus pertama dari 30
kompresi dada terpenuhi, atau sekitar 18 detik).

Anda mungkin juga menyukai