2. Veronika Paskalia Nuri Rau 1703020014 3. Maria A.K Moi 1703020019 4. Desi F. Natti 1703020025 Pelayaran komersial atau niaga dimulai sekitar 300 tahun SM, bersamaan dengan tumbuhnya kegiatan perdagangan di sekitar Laut Tengah. Bangsa Mesir adalah yang pertama kali melakukan pelayaran komersial tersebut. Kemudian di ikuti oleh bangsa Yunani sekitar 500 tahun SM. Sistem pelayaran terjadwal/teratur /schedule dengan rute yang tetap disebut liner/berths berkembang sesudah tahun 1915, yaitu pada waktu angkutan penumpang meningkat dan arus perdagangan telah mantap. Di Indonesia peranan angkutan laut sangat penting artinya karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau. Membina angkutan laut tidak hanya memperlancar hubungan antar pulau/daerah yang merupakan satu kesatuan wilayah (wawasan nusantara), tetapi juga akan membuka sumber-sumber kehidupan rakyat yang lebih luas dan lebih merata di seluruh wilayah. Kelancaran angkutan laut membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional melalui pengembangan potensi ekonomi yang ada dan lain-lain. Ciri-ciri pengangkutan laut adalah sebagai berikut.
Jumlah muatan barang maupun penumpang yang
diangkut dalam jumlah yang besar dan jarak yang jauh.
Biaya angkutan relatif lebih murah atau rendah.
Kecepatan berlayar rendah atau lambat, hanya
mencapai 15 - 20 mil laut/jam.
Banyaknya handling cargo yang mengalami
beberapa kali pengalihan pada waktu dimuat ke kapal sampai dengan tujuan. Kapal sebagai fasilitas operasi/sarana angkutan, dilihat dari penggunaannya dibedakan atas: 1. Kapal Penumpang 2. Kapal Barang Berbagai jenis kapal barang dapat dibedakan sebagai berikut. a. Kapal general cargo, yang terdiri atas: 1) kapal container; 2) kapal Ro-Ro (Roll on and Roll of); 3) kapal Lash (linghter abroad the ship) atau kapal tongkang; dan 4) kapal dry bulk cargo. b. Kapal tanker. c. Kapal bulk cargo (barang-barang curah). d. Kapal serba guna (multi purpose vessel). Satuan ukuran kapasitas kapal dinyatakan dalam tonase kapal. Ukuran tonase kapal dipakai sebagai penentuan besarnya sewa/charter kapal. Tonase kapal dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Gross Registered Tonnage (GRT) 2. Net Registered Tonnage (NRT) 3. Displacement Tonnage (DT) 4. Deat Weight Tonnage (DWT) Kapasitas angkutan merupakan kemampuan suatu alat angkutan untuk memindahkan muatan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu tertentu. Unsur-unsur kapasitas angkutan terdiri atas berat muatan, jarak yang ditempuh, dan waktu yang dibutuhkan untuk angkutan tersebut.
Besarnya angkutan tergantung pada
sifat barang yang diangkut,jenis alat angkut, jarak yang ditempuh, dan kecepatan rata-rata. Jenis kapal yang efisien penggunaannya adalah sebagai berikut. Kapal yang mengangkut barang terurai (bulk cargo), yaitu barang angkutan yang besar dan volumenya besar, tetapi mudah bongkar muatnya.
Kapal yang mengangkut barang-
barang yang tidak begitu tinggi nilainya dengan jarak yang jauh. Jumlah biaya jasa angkutan tergantung pada:
jarak dalam ukuran ton - kilometer;
tingkat penggunaan kapasitas angkutan dalam ukuran waktu. sifat khusus muatan.
Operasi kapal memiliki tiga fase yang khas;
masing-masing dengan biaya yang khusus. Fase-fase ini adalah (1) waktu kapal berada di pelabuhan untuk melakukan bongkar/muat, (2) waktu manuver untuk bersandar pada atau melepas dari dermaga di pelabuhan, dan (3) waktu berlayar antar pelabuhan. Pada umumnya biaya-biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan pelayaran dibedakan sebagai berikut.
Operating Movement Cost
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama kapal dalam pelayaran. Detention/ldling Cost Biaya yang dikeluarkan selama kapal di pelabuhan. Peramalan dari suatu variabel atau beberapa variabel pada masa yang akan datang sangat diperlukan sebagai dasar atau pedoman dalam pembuatan rencana transportasi masa datang. Hal seperti ini adalah berlaku bagi setiap organisasi yang menginginkan tercapainya ketahanan usaha, efisiensi, dan efektivitas yang mantap. Data arus lalu lintas barang antar pelabuhan dari tahun- tahun yang lalu merupakan informasi untuk meramalkan arus lalu lintas antar pelabuhan pada tahun yang akan datang. Dalam meramalkan besarnya lalu lintas perlu diperhatikan hal-hal berikut. 1. Pertumbuhan penduduk di daerah tersebut. 2. Pertumbuhan ekonomi. Perkiraan kebutuhan armada untuk wilayah pelayaran umpan (feederlines) dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Menentukan rute pelayaran umpan untuk setiap wilayah pelayaran umpan. 2. Memperkiraan jumlah kapal yang harus disediakan pada setiap rute pelayaran umpan menurut tipe kapal, yang didasarkan pada: a. perkiraan produksi jasa angkutan menurut tipe kapal rute; b. perkirakan kebutuhan angkutan pada setiap wilayah pelayaran umpan. Penentuan Susunan Trayek/Rute Pelayaran Umpan Mode yang digunakan untuk mendapatkan susunan trayek/rute untuk wilayah pelayaran umpan adalah metode batas (Boundary Methods). Metode ini merupakan metode dua tahap untuk menemukan suatu rute yang lengkap dengan memanfaatkan teorema batas. Dalam tahap pertama,dicari subrute yang terdiri dari titik- titik pada batas konveks. Kemudian dalam tahap berikutnya, secara bertahap rute diperbesar ke titik-titik sebelah dalam batas konveks dengan memasukkan satu titik baru pada setiap iterasi (yang dipilih agar meminimumkan kenaikan panjang rute),sampai semua titik dimasukkan. N titik ditentukan oleh koordinat mereka X (i), Y (i) untuk i = 1 sampai N dan jarak antar titik i dan titik j ditandai dengan d (i, j) di mana: d(i, j) = {X(i) - X(j)²} + {Y(i) - Y(j)²} Perkiraan Jumlah dan Tipe Kapal Jumlah muatan dan tipe kapal merupakan faktor yang penting dalam perhitungan jumlah kapal yang dibutuhkan. Prosedur perhitungan perkiraan jumlah dan tipe kapal adalah sebagai berikut. a. Menghitung produksi jasa angkutan kapal untuk suatu rute dalam satu tahun Besarnya produksi jasa angkutan untuk setiap tiap kapal pada setiap rute dihitung dengan menggunakan rumus: PK = JTRPKB X KAK X F b. Menghitung kapasitas arus lalu lintas barang dalam ton mil Rumus yang digunakan adalah: JM = Q (i, j) x D (i, j) c. Menghitung jumlah kapal, investasi, dan produktivitas kapal dengan perhitungan: JK = JM/PK 1. Cargo Unitization dalam Angkutan Laut Penerapan teknologi modern dalam rangka untuk mempercepat pekerjaan dan waktu bongkar/muat diwujudkan dalam penggunaan sistem muatan kesatuan (unit load system atau unitization). Metode yang digunakan dalam penerapan sistem unitization adalah: 1. pengikatan (pre-slinging) muatan; 2. penggunaan pallets (palletizition); 3. containerization; 4. penggunaan kapal-kapal yang mengangkut tongkang; 5. penggunaan kapal-kapal roll-on/roll-off (Ro-Ro). 2. Ekonomics and Cargo Unitization Untuk mendapatkan gambaran mengenai economics of unitization dibawah ini diberikan perbandingan biaya angkutan dengan menggunakan kapal konvensional dan kapal-kapal untuk unitized cargo. Angka-angka perbandingan didasarkan atas laporan dari Sekretariat UNCTACD, dengan menggunakan model kapal-kapal hipotesis, sebagai berikut: 1. Model kapal konvensional dari 11.000 dwt dan 16 knot. 2. Model kapal pallet dari 11.000 dwt 16 knots. 3. Model kapal container dari 15.000 dwt dan 22 knots. 4. Model kapal LASH dari 43.000 dwt dan 18,5 knots. Asumsi-asumsi lain dalam kalkulasi biaya adalah sebagai berikut:
a. Jarak satu perjalanan p.p round voyage
adalah 10.000 mil bagi semua jenis kapal. b. Broken stowage factor, yaitu perbandingan antara ukuran ton dari ruang muat kapal penuh dan ukuran ton keseluruhan dari muatan yang diangkut. c. Kapal konvensional dan kapal pallets menyinggahi 6 pelabuhan dalam satu round-voyage, sedangkan kapal container dan kapal LASH singgah di 4 pelabuhan. d. Frekuensi adalah 1 x tiap minggu (weekly services). Pelabuhan merupakan suatu unit transportasi dan unit ekonomi yang berperan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan perdagangan/perekonomian, yang terdiri atas kegiatan penyimpanan, distribusi, pemrosesan/pemasaran, dan lain-lain. Pengertian pelabuhan yang sekaligus juga mencerminkan fungsi pelabuhan sebagai interface, link (mata rantai) transportasi dan pelabuhan sebagai gateway, dan pelabuhan sebagai industry entity (pintu gerbang dan daerah industri). Peranan pelabuhan meliputi sebagai berikut. 1. Untuk melayani kebutuhan perdagangan internasional dari daerah (hinterland) di mana pelabuhan tersebut berada. 2. Membantu berputarnya roda perdagangan dan pengembangan industri regional. 3. Menampung pangsa pasar yang makin meningkat dari lalu lintas (traffic) internasional, baik transhipment maupun barang (inland routing). 4. Menyediakan fasilitas transit untuk daerah belakang (hinterland) atau daerah/negara tetangga. Perkembangan pelabuhan lebih meningkat lagi setelah adanya pelabuhan bebas (free port, bounded ware houses), yang merupakan indikasi bahwa pelabuhan merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi secara keseluruhan dan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ekonomi daerah yang dilayani oleh pelabuhan tersebut.