Anda di halaman 1dari 10

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

ZULFA KHUSNUL ARMYTA 2016030081


DESY FITRI ASTUTI 2016030085
ESTI KURNIA SANDY 2016030087
DEWI UNTARI 2016030092
DESVI NURDIANA N 2016030101
EMA MURTIA NINGRUM 2016030116
MELLINDA FRANSYSKA 2016030117
NB DUBBING : ZULFA KHUSNUL ARMYTA 2016030081

• PENGERTIAN PPH PASAL 21

• PPh 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal (Perdirjen) Pajak


Nomor PER-32/PJ/2015 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak
dalam negeri.
NB DUBBING : DESY FITRI ASTUTI
DASAR HUKUM PPH PASAL 21
Berdasarkan Bab V Pasal 9 Peraturan Direktur Jenderal Pajak (PER) Nomor PER-16/PJ/2016, Dasar
Pengenaan dan Pemotongan PPh 21 adalah sebagai berikut
1. Penerima penghasilan kena pajak, antara lain:
• Pegawai tetap
• Penerima pensiun berkala
• Pegawai tidak tetap dengan penghasilan per bulan melewati Rp 4.500.000
• Bukan pegawai seperti yang dimaksud dalam PER-16/PJ/2016 Pasal 3(c) yang menerima imbalan yang
sifatnya berkesinambungan.
2. Seseorang yang menerima penghasilan melebihi Rp 450.000 per hari, yang berlaku bagi pegawai tidak
tetap atau tenaga lepas yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan,
sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 bulan kalender belum melebihi Rp 4.500.000.
3. 50% dari penghasilan bruto, yang berlaku bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam PER-
16/PJ/2016 Pasal 3(c) yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan.
4. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima penghasilan,
sebagaimana yang dimaksud dalam tiga poin di atas.
Selain dasar pengenaan dan pemotongan, perhitungan PPh 21 juga didasarkan atas Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP). Artinya, pengenaan PPh tidak secara mentah diterapkan sesuai tarif, melainkan
dikurangi PTKP terlebih dahulu.
NB DUBBING : ESTI KURNIA SANDY OBJEK PAJAK PPH 21

OBJEK PPH 21 BENTUK/CONTOH


Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak
pegawai tetap teratur
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Uang pensiun atau penghasilan sejenisnya
Penerima pensiun ecara teratur
Penghasilan sehubungan dengan pemutusan 1. Uang pesangon
hubungan kerja dan penghasilan sehubungan 2. Uang manfaat pensiun
dengan pensiun yang diterima secara sekaligus 3. Tunjangan hari tua / jaminan hari tua
4. Pembayaran lain sejenis
Penghasilan pegawai tidak tetap/ tenaga kerja 1. Upah harian
lepas 2. Upah mingguan
3. Upah satuan
4. Upah borongan
5. Upah yang dibayar secara bulanan
Imbalan kepada bukan pegawai 1. Honorarium
2. Komisi
3. Fee
4. Imbalan sehubungan dg pekerjaan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan
Imbalan kepada peserta kegiatan 1. Uang saku
2. Uang representasi
3. Uang rapat
4. Imbalan sejenis dengan nama apapun.
Penerimaan dalam bentuk natura dan/ Penghasilan berupa penerimaan dalam bentuk
kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam natura dan/ kenikmatan lainnya didasarkan pada
bentuk apapun yang diberikan oleh : harga pasar atas barang yang diberikan atau nilai
1. Bukan WP wajar atas pemberian kenikmatan yang
2. WP yang dikenakan PPh yg bersifat final diberikan.
3. WP yang dikenakan PPh berdasarkan
nama perhitungan khusus (deemed
profit)
NB DUBBING : DEWI UNTARI

TARIF PAJAK PPH 21

Tarif PPh 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku pada Wajib Pajak (WP) yang memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) :

 WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50 juta adalah 5%

 WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50 juta - Rp 250 juta adalah 15%

 WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250 juta - Rp 500 juta adalah 25%

 WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500 juta adalah 30%

 Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif pph 21 sebesar 20% lebih tinggi dari mereka
yang memiliki NPWP.
NB DUBBING : DESVI NURDIANA

Berikut ini adalah tarif PPh 21 bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP :

 Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21
dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki
NPWP.

 Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghasilan yang telah
dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam tahun kalender
yang bersangkutan paling lama sebelum penotongan PPH Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember,
PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20% (dua puluh persen)
lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan
selanjutnya setelah memiliki NPWP.
NB DUBBING : EMA MURTIA NINGRUM

CONTOH SOAL & ILUSTRASI


Andi adalah pegawai di KPPN Surakarta menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan
Rp 10.000.000. KPPN Surakarta mengikuti program jamsostek, premi jaminan
kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah
masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. KPPN Surakarta menanggung iuran jaminan
hari tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu KPPN Surakarta membayar
iuran pensiun untuk pegawainya. KPPN Surakarta membayar iuran pensiun untuk Andi
ke dana pensiun, yang pendiriannya disahkan oleh menteri keuangan, setiap bulan
sebesar Rp 100.000 sedangkan Andi membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000. Pada
tanggal 5 februari 2018 KPPN Surakarta membayar PPh pasal 21
NB DUBBING : MELLINDA FRANSYSKA Gaji Sebulan Rp 10.000.000

Premi jaminan kecelakaan kerja Rp 50.000

(0,50%xRp 10.000.000)

Premi jaminan kematian kerja Rp 30.000

(0,30%xRp 10.000.000)

Jumlah penghasilan bruto sebulan Rp 10.080.000

Pengurangan

Biaya Jabatan Rp 500.000

(5%xRp 10.080.000)

Iuran Pensiun Rp 50.000

Iuran Jaminan hari tua Rp 200.000

(2%xRp 10.000.000)

Jumlah Pengurangan Rp 750.000

Penghasilan neto sebulan Rp 9.330.000

(Rp 10.000.000-Rp 750.000)

Penghasilan Neto Setahun Rp 111.960.000

(Rp 9.330.000 x 12)


NB DUBBING :

PTKP Setahun:

WP Sendiri Rp 54.000.000

Status kawin Rp 4.500.000

Jumlah PTKP Setahun Rp 58.500.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 53.460.000

(111.960.000-58.500.000)

PPh Pasal 21 terutang =

5% x 50.000.000 = Rp 2.500.000

15%x 3.460.000 = Rp 519.000

PPh Pasal 21 terutang setahun Rp 3.019.000

PPh Pasal 21 sebulan Rp 251.583

(3.019.000:12)
NB DUBBING :
Jurnal bagi Andi

31 Januari 2018

Beban Gaji (Andi) Rp 10.000.000

Kas Rp 9.748.417

Hutang PPh 21 (Andi) Rp 251.583

(mencatat pemotongan PPh 21)

5 Februari 2018

Hutang PPh 21 (Andi) Rp 251.583

Kas Rp 251.583

Pada tanggal 4 April 2018 KPPN Surakarta mengadakan acara pelatihan pengisian SPM
(Surat Perintah Membayar) untuk satker di Kopasus dengan mengutus Andi sebagai
narasumber. Andi mendapatkan upah sebesar Rp 15.000.000

Perhitungan: 5% x 50% x Rp 15.000.000 =Rp 375.000

Jurnal Satker Kopasus

4 April 2018

Beban lain-lain Rp 15.000.000

Utang PPh Pasal 21 Rp 375.000

Kas Rp 14.625.000

Anda mungkin juga menyukai