Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung
Semarang
Kontrak perkuliahan
Tergantung
respon imun << gejala / kecacatan
4
PATOGENESIS
M. leprae
6
DIAGNOSIS
7
KLASIFIKASI
9
TABEL GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK KUSTA MULTIBASILER (MB)
BTA
Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya negatif Negatif
BTA
Lesi kulit negatif Negatif atau hanya positif 1 Biasanya negatif
Tes lepromin Positif kuat Positif lemah Dapat positif lemah atau
negatif
11
KUSTA TIPE INDETERMINATE
12
A. Skenario
• Seorang wanita 43 tahun datang ke
poliklinik umum dengan keluhan timbul
bercak yang mati rasa di punggung tangan
kiri. Penderita merasa lengan kiri bawah
mengecil dan adanya kelemahan pada
tangan kiri jika mengangkat beban yang
agak berat sejak + enam bulan terakhir,
juga didapati atropi otot hipotenar dan claw
hand.
GAMBARAN KLINIS
Inspeksi
1. Predileksi lesi kulit : biasanya pada bagian tubuh
yang relatif lebih dingin, misalnya pada muka,
mukosa hidung, telinga, anggota tubuh, dan
bagian tubuh yang terbuka. organ tubuh lain
a. Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai
kebutaan.
b. Hidung : epistaksis, hidung pelana (sadle nose).
c. Tulang dan sendi : absorbsi, mutilasi, artritis.
d. Lidah : ulkus, nodus.
e. Larings : suara parau.
f. Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi.
g. Kelenjar limfe : limfadenitis
h. Rambut : alopesia, madarosis.
Facies Leonina
(Madarosis)
Hidung Pelana
(sadle nose)
2. Kerusakan beberapa saraf tepi seperti
tangan lunglai (drop wrist), jari kiting
(clow toes) dan tangan cakar (claw
hand). Kaki semper (drop foot) dan jari
kiting (claw toes).
3. Tanda sisa penyakit kusta :
a. Kulit: atrofi, keriput, non-repigmentasi, dan
bulu hilang (madarosis – hilangnya bulu alis
mata)
b. Saraf: mati rasa persisten, paralisis,
kontraktur, dan atrofi otot.
Palpasi
1.Kelainan kulit: ada tidak nodus,
infiltrat, jaringan parut, ulkus,
khususnya pada tangan dan kaki
2.Kelainan saraf :
Palpasi pada : N. Aurikularis magnus,
N. ulnaris, dan N. peroneus.
Intepretasi pemeriksaan saraf tepi :
◦ bandingkan saraf bagian kiri dan
kanan
◦ membesar atau tidak
◦ pembesaran regular (smooth) atau
irregular, bergumpal
◦ perabaan keras atau kenyal
◦ nyeri atau tidak (perhatikan raut
wajah pasien kesakitan / tidak
pada waktu saraf diraba)
22
Prosedur Pemeriksaan Pembesaran Saraf tepi
32
PENYEBAB
Penyebab pasti masih belum diketahui
kemungkinan akibat episode hipersensitivitas
akut terhadap antigen basil yang menimbulkan
gangguan keseimbangan imunitas
Pencetus :
Setelah pengobatan anti kusta intensif
Infeksi rekuren
Pembedahan
Stres fisik
Imunisasi
Kehamilan
33
PEMBAGIAN REAKSI
34
Reaksi Tipe 1
• Merupakan delayed hypersensitivity reaction
seperti halnya reaksi hipersensitivitas tipe IV
menurut Coombs dan Gall dengan antigen yang
berasal dari basil yang telah mati
35
Manifestasi dari reaksi kusta tipe 1:
36
. Reaksi Tipe 2
• Dikenal dengan nama eritema nodosum
leprosum (ENL).
• Reaksi hipersensitivitas tipe III menurut
Coomb dan Gell dengan antigen berasal
dari produk kuman yang telah mati dan
bereaksi dengan antibodi membentuk
kompleks Ag-Ab.
• Kedudukannya dalam spektrum tetap
37
Manifestasi reaksi lepra tipe 2 dapat sebagai berikut:
38
PENANGANAN REAKSI KUSTA
39
PENGOBATAN
40
Reaksi ringan
• Nonmedikamentosa
Istirahat, imobilisasi, berobat jalan.
• Medikamentosa
Aspirin:
Dosis 600-1200 mg / 4 jam, 4 sampai 6 kali sehari.
Klorokuin:
Dosis: 3 kali 150 mg/hari.
Reaksi berat
Segera rujuk ke Rumah Sakit untuk perawatan
41
42
CACAT KUSTA
Kecacatan akibat kerusakan saraf tepi dapat dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu :
Tahap I
Terjadi kelainan pada saraf berupa penebalan saraf, nyeri, tanpa
gangguan fungsi gerak, terjadi gangguan sensorik.
Tahap II
Kerusakan saraf berupa paralisis tidak lengkap pada otot kelopak
mata, jari tangan, dan kaki. Dapat terjadi pemulihan kekuatan otot.
Tahap III
Terjadi penghancuran saraf. Kelumpuhan akan menetap. Dapat terjadi
infeksi progresif dengan kerusakan tulang dan kehilangan
penglihatan.
43
PATOGENESIS KECACATAN
44
JENIS CACAT KUSTA
46
DERAJAT CACAT KUSTA
47
PENCEGAHAN CACAT PADA KUSTA
48
Upaya pencegahan cacat terdiri atas :
Upaya pencegahan cacat primer
o Diagnosis dini
o Pengobatan secara teratur dan adekuat
o Penatalaksanaan neuritis sedini mungkin
o Penatalaksanaan reaksi sebaik mungkin
Upaya pencegahan cacat sekunder
Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka
Fisioterapi
Bedah rekonstruksi
Bedah septik
Perawatan mata, tangan dan atau kaki yang
anestesi atau mengalami kelumpuhan otot. 49
TUGAS UNTUK PERTEMUAN SELANJUTNYA