Anda di halaman 1dari 23

Dela Cahya P (161411004)

SEMEN
Pertama kali ditemukan di zaman
Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli,
dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu
lantas dinamai pozzuolana. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar
abad pertengahan (tahun 1100 - 1500
M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran. Baru pada
abad ke-18, John Smeaton - insinyur
asal Inggris - menemukan kembali
ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini.
Dia membuat adonan dengan
memanfaatkan campuran batu kapur
dan tanah liat saat
membangun menara suar Eddystone di
lepas pantai Cornwall, Inggris. Ironisnya,
bukan Smeaton yang akhirnya
mematenkan proses pembuatan cikal
bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin,
juga insinyur berkebangsaan Inggris,
pada 1824 mengurus hak paten
ramuan yang kemudian dia sebut
semen portland. Sebenarnya, adonan
Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton.
Dia tetap mengandalkan dua bahan
utama, batu kapur (kaya akan kalsium
karbonat) dan tanah lempung yang
banyak mengandung silika (sejenis SEJARAH SEMEN
mineral berbentuk pasir), aluminium
oksida (alumina) serta oksida besi.
JENIS-JENIS SEMEN
Semen portland adalah suatu bahan
konstruksi yang paling banyak dipakai
serta merupakan jenis semen hidrolik
yang terpenting. Penggunaannya antara
lain meliputi beton, adukan,
plesteran,bahan penambal, adukan
encer (grout) dan sebagainya.Semen
portland dipergunakan dalam semua
jenis beton struktural seperti tembok,
lantai, jembatan, terowongan dan
sebagainya, yang diperkuat dengan
tulangan atau tanpa tulangan.
Selanjutnya semen portland itu
digunakan dalam segala macam
adukan seperti fundasi,telapak,
dam,tembok penahan, perkerasan jalan
dan sebagainya.Apa bila semen
portland dicampur dengan pasir atau
kapur, dihasilkan adukan yang dipakai
untuk pasangan bata atau batu,atau
sebagai bahan plesteran untuk
permukaan tembok sebelah luar
maupun sebelah dalam. Bilamana
semen portland dicampurkan dengan
agregat kasar (batu pecah atau
kerikil). dan agregat halus (pasir)
kemudian dibubuhi air,maka
terdapatlah beton.

SEMEN PORTLAND
Jenis I (Ordinary Portland Cement) :
untuk konstruksi pada umumnya,
dimana tidak diminta persyaratan
khusus seperti yang disyaratkan
pada jenis lain. Semen portland tipe
ini digunakan untuk segala macam
konstruksi apabila tidak digunakan
sifat-sifat khusus, misalnya tahan
terhadap sulfat, panas hidrasi, dan
sebagainya. Semen ini mengandung
5% MgO dan 2,5-3% SO3. Semen
Portland Jenis I merupakan jenis
semen yang cocok untuk berbagai
macam aplikasi beton dimana syarat-
syarat khusus tidak diperlukan.
Dipakai untuk keperluan konstruksi
bangunan biasa yang tidak
memerlukan persyaratan khusus,
seperti bangunan rumah
pemukiman, gedung-gedung sekolah
dan perkantoran, bangunan pabrik,
gedung bertingkat, dll.

PORTLAND JENIS 1
Jenis II (Moderate Heat Portland
Cement) : untuk konstruksi pada
umumnya, terutama bila
disyaratkan agak tahan
terhadap sulfat dan panas
hidrasi sedang. Semen ini
digunakan untuk bahan
konstruksi yang memerlukan
sifat khusus tahan terhadap
sulfat dan panas hidrasi yang
sedang, biasanya digunakan
untuk daerah pelabuhan dan
bangunan sekitar pantai. Semen
ini mengandung 20% SiO2, 6%
Al2O3, 6% Fe2O3, 6% MgO, dan
8% C3A.. Semen jenis ini banyak
digunakan di daerah-daerah
yang berkadar sulfat sedang,
misal daerah-daerah rawa dan
bangunan-bangunan tepi pantai,
bendungan, pondasi jembatan,
aliran irigasi, beton massa untuk
dam-dam, dll. SEMEN PORTLAND JENIS 2
Jenis III (High Early Strength Portland
Cement) : digunakan pada konstruksi
yang menuntut persyaratan kekuatan
awal tinggi. Semen ini merupakan
semen yang digunakan biasanya
dalam keadaan-keadaan darurat dan
musim dingin. Digunakan juga pada
pembuatan beton tekan, Biasanya
digunakan untuk daerah yang
bersuhu dingin, bangunan bertingkat,
dan bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan terhadap
sulfat. Semen ini memiliki
kandungan C3S yang lebih tinggi
dibandingkan semen portland type 1
dan tipe 2 sehingga proses
pengerasan terjadi lebih cepat dan
cepat mengeluarkan kalor. Semen ini
tersusun dari 3,5-4% Al2O3, 6%
Fe2O3, 35% C3S, 6% MgO, 40% C2S,
dan 15% C3A.

SEMEN PORTLAND JENIS 3


SEMEN PORTLAND JENIS 4
 Jenis IV (Low Heat Portland Cement) : digunakan
pada konstruksi yang menuntut persyaratan
panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan
pada bangunan dengan tingkat panas hidrasi yang
rendah misalnya pada bangunan beton yang besar
dan tebal, baik sekali untuk mencegah keretakan.
Low Heat Portland Cement ini memiliki kandungan
C3S dan C3A lebih rendah sehingga kalor yang
dilepas lebih rendah. Semen ini tersusun dari
6,5% MgO, 2,3% SO3, dan 7% C3A.
Jenis V (Super Sulphated Cement) :
digunakan pada konstruksi yang
menuntut persyaratan sangat tahan
pada sulfat. Semen ini sangat tahan
terhadap pengaruh sulphat misalnya
pada tempat pengeboran lepas
pantai, pelabuhan, dan terowongan.
semen portland dengan daya tahan
sulfat yang tinggi termasuk tahan
terhadap larutan garam sulfat dalam
air. Digunakan untuk bangunan yang
berhubungan dengan air laut, air
buangan industri, bangunan yang
pengaruh gas atau uap kimia yang
agresif dan bangunan yang selalu
berhubungan dengan air panas.
Komposisi komponen utamanya
adalah slag tanur tinggi dengan
kandungan aluminanya yang tinggi,
5% terak portland cement, 6% MgO,
2,3% SO3, dan 5% C3A.

SEMEN PORTLAND JENIS 5


Portland cement yang memiliki warna
keabu-abuan, warna ini disebabkan
oleh kandungan oksida silika pada
portland cement tersebut. Jika
kandungan oksida silika tersebut
dikurangi 0,4 %, maka warna semen
portland berubah menjadi warna
putih. semen putih (gray cement)
adalah semen yang lebih murni dari
semen abu dan digunakan untuk
pekerjaan penyelesaian (finishing),
seperti sebagai filler atau pengisi.
Semen jenis ini dibuat dari bahan
utama kalsit (calcite) limestone
murni. Semen putih dibuat umtuk
tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan
konstruktif. Pembuatan semen ini
membutuhkan persyaratan bahan
baku dan proses pembuatan yang
khusus, seperti misalnya bahan
mentahnya mengandung oksida besi
dan oksida manganese yang sangat
rendah (dibawah 1 %).

SEMEN PUTIH
Oil well cement atau semen sumur
minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran
minyak bumi atau gas alam, baik di
darat maupun di lepas pantai. Oil Well
Cement (OWC) digunakan untuk
penyekat pada pengeboran sumur
minyak. Oleh karenanya semen jenis ini
juga disebut semen sumur minyak.
Sumur-sumur minyak atau gas dibuat
dengan mengebor lubang ke dalam
tanah / bumi dengan kedalaman
ratusan sampai dengan 20.000 kaki
(sekitar 7.000 meter). Pipa besi yang
disebut casing ditempatkan pada
lubang sumur dan semen dipompa ke
bawah melalui pipa tsb. Sewaktu semen
terpompa keluar melalui dasar casing
tsb. dan kembali ke permukaan melalui
bagian luar casing, ia akan membentuk
ikatan kritis antara bagian luar casing
dengan dinding sumur yang telah dibor.
Ikatan ini akan melindungi minyak, gas
dan air bawah tanah sehingga tidak
bercampur di dalam sumur tsb.

SEMEN SUMUR MINYAK


Semen slag ini dikenal 2
macam tipe, yaitu :
1. Eisen portland cement
yaitu semen yang dihasilkan
dari penggilingan campuran
60% terak portland dan 40
% butir-butir slag tanur tinggi.
2. Hogh Ofen Cement yaitu
semen yang dihasilkan dari
penggilingan campuran yang
mengandung 15 – 19 %
terak portland cement dan
41 – 85 % butir –butir slag
dengan penambahan
CaSO4.

SEMEN SLAG
SIFAT-SIFAT SEMEN PORTLAND
1. Fineness (Kehalusan)
Kehalusan semen biasanya diukur dengan menggunakan luas permukaan
spesifik yang ditentukan dengan berbagai macam cara. Cara yang umm
dilakukan berdasarkan permeabilitas udara yang dikembangkan oleh blaine.
Kehalusan semen mempengaruhi kecepatan hidrasi, makin halus semen maka
kecepatan hidarasi semakin meningkat dan mempercepat perkembangan
kekuatan. Pengaruh kehalusan semen terutama terhadap kuat tekan 7 hari
pertama. Reaksi antara semen dan air adalah reaksi heterogen.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap ukuran partikel semen adalah
distribusi ukuran grinding media, penggunaan grinding air, kadar gypsum,
komposisi dan struktur terak. Kehalusan partikel semen yang banyak berperan
terhadap kekuatan semen adalah ukuran sampai 30 micron sebesar 60%.
2. Soundness (Kekekalan Volume/Kekenyalan)
Soundness adalah pengembangan atau pemuaian semen yang disebabkan
oleh freelime atau magnesium. Proses hidrasi terjadi apabila semen bereaksi
terhadap air yang mengakibatkan timbulnya pengerasan pasta semen.
SIFAT-SIFAT SEMEN PORTLAND
3. Setting Time (Waktu Pengikatan)
Setting time ditentukan bila pasta semen telah mengalami setting (yang telah mengental) dan
hardening (yang telah mengeras) selama beberapa jam. Pada reaksi semen C3A akan bereaksi
paling cepat menghasilkan CAH berbentuk gel dan bersifat kaku. Tetapi CAH akan
bereaksi dengan gypsum membentuk ettringite yang akan membungkus permukaan CAH dan C3A
sehingga reaksi C3A akan dihalangi dan proses setting akan dicegah. Namun demikian lapisan
ettringite tersebut karena adanya fenomena osmosis akan pecah dan reaksi hidrasi C3A akan
terjadi lagi, tetapi segera pula akan terbentuk ettringite yang baru kembali, Proses ini akan
menghasilkan setting time. Semakin banyak ettringite yang teerbentuk maka setting time akan
makin panjang dan ini diperoleh dengan adanya gypsum.
Setting pasta semen portland secara normal disebabkan oleh pembentukan struktur yang
dihasilkan oleh hidrasi mineral clinker terutama C3S dan C3A kecepatan reaksi C3A sangat cepat
dengan air. Dikenal 2 macam setting time:
 1. Initial setting time (waktu pengikatan awal) yaitu waktu mulai adonan terjadi sampai mulai
terjadi kekakuan tertentu dimana adonan sudah mulai tidak workable.
 2. Final setting time (waktu pengikatan akhir) yaitu waktu adonan mulai terjadi sampai terjadi
kekakuan penuh. Setting time awal biasanya berkisar 2-5 jam dan setting time akhir 3-6 jam.

SIFAT-SIFAT SEMEN PORTLAND
4. Compressive Strength (Kuat Tekan)
Mengontrol kemampuan menerima beban tekan dari
mortar yang akan dibuat. Faktor yang mempengaruhi kuat
tekan semen adalah :
 1. Komposisi kimia (kadar C3S, C2S, C3A, C4AF) dimana
kuat tekan sangat tergantung pada distribusi keempat
mineral tersebut. C3S berperan pada perkembangan
kuat tekan terakhir, C4AF berperan dalam panas hidrasi.
 2. Reaktivitas mineral clinker (kondisi pembakaran
kiln).
 3. Distribusi alkali (kadar alkali dan SO3).
 4. Panas Hidrasi
SENYAWA YANG TERKANDUNG
 C3S (3CaO.SiO2 : tricalsium silicate)
· Bereaksi dengan air untuk membentuk pasta semen
· Pengerasan pasta semen berlangsung cepat, sekitar 70% dalam 1 minggu
· Menghasilkan panas hidrasi (panas yang terjadi akibat reaksi antara
semen dengan air) tinggi, sekitar 500 joule/gram
 C2S (2CaO.SiO2 : dicalsium silicate)
· Bereaksi dengan air untuk membentuk pasta semen
· Pengerasan pasta semen berlangsung lambat (dalam beberapa minggu sampai 1 bulan)
· Menghasilkan panas hidrasi lebih rendah, sekitar 250 joule/gram
 C3A (3CaO.Al2O3 : tricalsium aluminate)
· Bereaksi dengan air membentuk pasta semen berkekuatan rendah
· Pengerasan pasta semen berlangsung cepat, sekitar 1 s.d 2 hari
· Menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 850 joule/gram
 C4AF (4CaO.Al2O3.Fe2O3 : tetracalsium aluminoferrite)
· Bereaksi dengan air membentuk pasta semen
· Pengerasan pasta semen berlangsung sangat cepat, dalam beberapa menit
· Menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 420 joule/gram
1. Batu Kapur
Batu kapur merupakan Komponen
yang banyak mengandung CaCO3
dengan sedikit tanah lia, Magnesium
Karbonat, Alumina Silikat dan
senyawa oksida lainnya. Senyawa
besi dan organik menyebabkan batu
kapur berwarna abu-abu hingga
kuning.

2. Tanah Liat
Komponen utama pembentuk tanah
liat adalah senyawa Alumina Silikat
Hidrat Klasifikasi Senyawa alumina
silikat berdasarkan kelompok mineral
yang dikandungnya :
Kelompok Montmorilonite Meliputi :
Monmorilosite, beidelite, saponite,
dan nitronite
Kelompok Kaolin Meliputi :
kaolinite, dicnite, nacrite, dan
halaysite Kelompok tanah liat
beralkali
Meliputi : tanah liat mika (ilite).
BAHAN BAKU
1. Pasir Besi dan Silikat
Bahan ini merupakan Bahan koreksi
pada campuran tepung baku (Raw
Mix) Digunakan sebagai pelengkap
komponen kimia esensial yang
diperlukan untuk pembuatan semen
Pasir Silika digunakan untuk
meneikkan kandungan SiO2 Pasir
Besi digunakan untuk menaikkan
kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix.
2. Gypsum ( CaSO4. 2 H2O)
Berfungsi sebagai retarder atau
memperlambat proses pengerasan
dari semen Hilangnya kristal air pada
gypsum menyebabkan hilangnya atau
berkurangnya sifat gypsum sebagai
retarder.
1. Penghancuran
(crushing) bahan
baku
2. Penyimpanan dan
pengumpanan bahan
baku
3. Penggilingan dan
pengeringan bahan
baku
4. Pencampuran dan
homogenisasi
5. Pemanasan awal
6. Pembakaran
7. Pendinginan
8. Pendinginan akhir
PROSES BASAH
 Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan
menambahkan air dalam jumlah tertentu dan
dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus
dengan kadar air 25 - 40% (slurry) dikalsinasikan dalam
tungku panjang (long rotary kiln). Produk hasil semen
akan diperoleh setelah pengeringan dilakukan. Proses
ini dimulai dengan mencampur semua bahan baku
dengan air. Setelah itu dihancurkan. Kemudian bahan
yang sudah dihancukan tadi dibakar menggunakan
bahan bakar minyak. Karena membutuhkan banyak
BBM, proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen
semen.
PROSES KERING
 Paling banyak menggunakan proses kering, karena penggunaan
bahan bakar yang lebih sedikit, dan energy yang dikonsumsi lebih
kecil. Ukuran tanur yang lebih pendek serta perawatan alatnya lebih
mudah. Proses kering menggunakan teknik penggilingan dan
blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses
ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
 -proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer
dan roller meal.
 proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan
campuran yang homogen.
 -proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker :
bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
 -proses pendinginan terak.
 - proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling
 dengan cement mill.
DAMPAK INDUSTRI SEMEN
 Dampak dari Industri Semen
1) Eksplorasi yang terus menerus dan berlebihan, pasti akan mengganggu
keseimbangan lingkungan. Misalnya, berkurangnya ketersediaan air tanah.
2) Seiring dengan proses produksi semen, dihasilkan pula gas karbon dioksida
(CO2) dalam jumlah yang banyak sehingga sangat mempengaruhi kondisi atmosfer
dan mempercepat terjadinya pemanasan global. Misalnya: Meningkatnya suhu
udara perkotaan.

3) produksi semen juga menimbulkan dampak tersebarnya abu ke udara bebas
sehingga mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan. Studi kesehatan
lingkungan menyebutkan, bahwa debu semen merupakan debu yang sangat
berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis.

4) Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat
DAMPAK INDUSTRI SEMEN
 5) Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak
dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang
mudah terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai
6) Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada
suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu
menjadi berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi menipis, akibatnya
persediaan ait tanah menjadi makin sedikit. Akibat lanjutan adalah sungai menjadi
kering pada musim kemarau dan sebaliknya sungai akan banjir (debit air menjadi
sangat tinggi) karena tanah tidak mampu lagi menyerap air yang mengalir terlalu
cepat.
7) Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :
• Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,
• Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan baku,
• Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur
8) Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis
endemik, berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa
9) Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka).
Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut

Anda mungkin juga menyukai