Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 3

“ABORSI”
ASWIDA ANGGREANI
ENNY SAFARINA
MARISA FITRIANA
MUHAMMAD ANSYARI
MUHAMMAD IRWAN
NADIYA MARLIYAN NOOR
NORSYIFA AMALIA
SELFIA RAHMAH
VINA’UL JANNAH
A. Pengertian

Menurut medis, Aborsi dibagi menjadi dua:


1. Abortus spontan (keguguran/miscarriage), yaitu
aborsi secara tidak sengaja dan berlangsung di
alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak
tertentu. Masyarakat mengenalnya dengan istilah
keguguran.
2. Abortus provocatus (pengguguran/digugurkan),
yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja
dengan tujuan tertentu.
Aborsi provocatus ini dibagi menjadi dua:

1. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan


terapi serta pengobatan, maka disebut dengan
Abortus Provocatus Therapeuticum.
2. Jika dilakukan karena alas an yang bukan medis
dan melanggar hokum yang berlaku, maka
disebut Abortus Provocatus Criminalis.
B. Pandangan Aborsi dari Berbagai Aspek

1. Ditinjau dari aspek medis


Dari segi medis, ada kalanya aborsi boleh
dilakukan, yaitu aborsi spontan. Namun
memiliki resiko pada kehamilan berikutnya,
bayi lahir dengan berat badan rendah
sampai kemungkinan terjadinya
kemandulan akibat kerusakan yang luas
pada endometrium.
2. Ditinjau dari aspek agama
Menurut hukum islam (fiqih), hukum aborsi adalah
dilarang atau haram. Namun hukum dasar tersebut
dapat berubah apabila ada sebab-sebab yang
dapat dibenarkan secara syar’i. Dalam islam sendiri
ada beberapa pandangan mengenai sampai usia
kehamilan berapa aborsi masih boleh di lakukan.
Dalam islam ada yang memakai batas 120 hari usia
kehamilan, setelah usia 120 hari sama sekali
dilarang, kecuali untuk menyelamatkan nyawa ibu.
3. Ditinjau dari aspek sosial budaya
Tekanan masyarakat terhadap kehamilan diluar
nikah juga menjadi salah satu faktor atau pemicu
orang nekad untuk aborsi. Masyarakat sendiri tidak
melihat kehamilan itu sebagai anugerah, tapi justru
mencela dan mengejek sebagai aib. Seandainya
masyarakat atau paling tidak orang tua bertindak
bijak dengan memberikan support, maka bisa jadi si
calon ibu tidak sampai berpikir pendek dan nekad.
4. Ditinjau dari aspek hukum
Abortus provocatus atau pembunuhan paksa yang
dilakukan oleh seorang wanita terhadap bayi yang
dikandungnya termasuk tindakan pidana.
Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus
antara lain:
a. UU HAM, pasal 53 ayat 1.
b. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, pasal 75 ayat 1
c. Pasal 347 ayat 1&2 KUHP, 348 ayat 1&2 KUHP, 349
KUHP dan Pasal 299 ayat 1&2 KUHP.
A. Studi Kasus

Kasus 1
Ada seorang ibu hamilmuda dengan usia kandungan
4 bulan. Tetapi mempunyai penyakit jantung kronik
yang dapat membahayakan ibu maupun janin yang
dikandungnya. Dia pun datang memeriksakan
dirinya pada seorang Dokter. Dokter mengatakan
kalau janinnya tetap dipertahankan nyawa ibu akan
terancam, janinnya pun sama. Sang ibu pun sangat
takut dan bersedih dengan masalah yang dia alami.
Kasus 2
Seorang remaja yang berumur 18 tahun yang baru lulus
SMA telah melakukan hubungan sex pranikah,
akibatnya remaja tersebut hamil. Ketika usia
kandungannya mencapai 2 bulan dia mengatakan dan
meminta pasangannya untuk bertanggung jawab
sebelum perutnya semakin besar. Akan tetapi,
pasangannya tidak mau bertanggung jawab atas
perbuatannya dan memaksa untuk menggugurkan
kandungannya. Remaja perempuan itu merasa cemas
dan bersedih. Bila tidak digugurkan dia juga takut
mencoreng nama baik keluarganya dan membuat malu
orang tuanya jika masyarakat tahu akan kehamilannya.
Akhirnya dia memilih jalan untuk menggugurkan
kandungannya di sebuah klinik.
B. Analisa Kasus

A. Pada kasus yang pertama, dilema etik


yang terjadi adalah:
1. Menurut medis, jika janin tersebut tidak
digugurkan ibunya akan meninggal, janinnya
pun sama padahal dengan menggugurkan janin
tersebut, nyawa ibunya akan tertolong.
2. Menurut islam, setelah usia kandungan 120 hari
aborsi sama sekali dilarang, kecuali untuk
menyelamatkan nyawa ibunya.
3. Menurut hukum, dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu (aborsi).
b. Pada kasus kedua, dilema etik yang terjadi
adalah:
1. Menurut medis, abortus provocatus memiliki
resiko jangka pendek dan jangka panjang yang
sangat membahayakan.
2. Menurut islam, hukum dasar aborsi adalah
dilarang atau haram. Aborsi diizinkan jika ada
alsan yang dibenarkan hukum islam.
3. Menurut social budaya, aborsi yang dilakukan
remaja itu adalah hal yang biasa.
4. Menurut hukum, tindakan abortus provocatus
dapat dikenai tindak pidana karena
bertentangan dengan HAM dan KUHP.
Pembahasan

Kasus 1
Kasus pertama merupakan Abortus Provocatus
Therapeuticum. Dalam kondisi ini, secara medis
kehamilan boleh digugurkan yang dilakukan untuk
menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa ibunya.
Begitu juga menurut islam, menggugurkan
kandungan diperbolehkan jika ada alasan yang
dibenarkan hukum Islam. Seperti kondisi kesehatan
ibu buruk dan tidak bisa lagi untuk mengandung
sang bayi. Menurut hukum pun memperbolehkan
aborsi dalam keadaan darurat sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya,
dapat dilakukan tindakan medis tertentu oleh tim
ahli & melalui persetujuan yang bersangkutan.
Jadi tindakan yang harus dilakukan oleh tim
medis dalam menghadapi kasus dilema etik
ini antara lain:
1. Memberi penjelasan kepada yang
bersangkutan bahwa tindakan menggugurkan
adalah jalan yang terbaik untuk
menyelamatkan nyawa ibu.
2. Meminta persetujuan kepada ibu hamil, suami
dan keluarganya.
3. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan.
4. Menjalankan proses aborsi sesuai dengan
prosedur yang benar.
Kasus 2
Kasus kedua merupakan kasus Abortus Provocatus
Criminalis. Dalam kondisi ini, secara medis abortus
provocatus tidak diperbolehkan jika tidak ada
kepentingan medis dan juga memiliki resiko jangka
pendek serta jangka panjang yang sangat
membahayakan sang ibu. Begitu juga menurut islm,
hukum dasar aborsi adalah dilarang atau haram
kecuali jika ada alasan yang dibenarkan hukum Islam.
Menurut hukum pun, tindakan abortus provocatus
dapat dikenai tindak pidana karena bertentangan
dengan HAM dan KUHP. Bukan hanya pelaku aborsi
saja, tetapi juga tim medis yang membantu proses
aborsinya juga dikenakan hukuman.
Jadi, tindakan yang harus dilakukan oleh tim
medis dalam menghadapi kasus dilema etik ini
antara lain:
1. Memberi penjelasan bahwa abortus provocatus
memiliki resiko yang sangat berbahaya.
2. Menjelaskan bahwa aborsi provocatus criminalis
tidak diperbolehkan karena akan dikenai hukuman
pidana bagi pelaku dan tim medis yang
membantu.
3. Memberi motivasi pada pasangan remaja tersebut
untuk mempertahankan kehamilannya dan
menyarankan untuk memilih jalan pernikahan yang
telah disetujui oleh orang tua masing-masing.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai