Anda di halaman 1dari 8

Struktur Tata Kelola di Indonesia

Oleh:
Rizdianka Ismi Yana Firmiadi
NIM 1827000021
Pendahuluan

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) menghasilkan suatu


pedoman yaitu Good Corporate Governance (GCG).

Organ perusahaan, yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan
Komisaris dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif.
Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ mempunyai independensi dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan
perusahaan.

Penerapan proses GCG masih belum sepenuhnya diterapkan seutuhnya, terutama oleh
top management sebagai pengambil keputusan. Penyebab lainnya adalah pemahaman
pemegang saham atas GCG yang masih belum memadai. Sehingga banyak terjadi kasus-
kasus baik di BUMN maupun perusahaan publik akibat dari penerapan proses GCG yang
lemah.
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (2006)

Organ Perusahaan

Rapat Umum Pemegang Saham

Dewan Komisaris

Direksi

Komite Audit, Komite Nominasi dan Kepengurusan, Manajemen Risiko,


Remunerasi, Komite Kebijakan Resiko, Pengendalian Internal, Komunikasi,
Komite kebijakan Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial
Kasus Manipulasi Data Dalam Laporan Keuangan
PT Kereta Api Indonesia Tahun 2005 (1/3)

Asean Corporate Governance Scorecard v.2.0


 Does the Audit Committee have primary responsibility for recommendation on
the appointment, and removal of the external auditor?

Masalah
 Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih.
 Tersisa saldo penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan.
 Pencatatan bantuan pemerintah dan penyertaan modal negara sebagai hutang.
 Kesalahan pembayaran gaji.
 Masalah persediaan dalam perjalanan berkaitan dengan pengalihan persediaan
suku cadang.
 Tidak melakukan pencadangan kerugian.
 KAP S. Manan & Rekan tidak bisa mendeteksi kesalahan dari laporan keuangan.
Kasus Manipulasi Data Dalam Laporan Keuangan
PT Kereta Api Indonesia Tahun 2005 (2/3)

Kriteria
 Pembukuan PT KAI tidak mengikuti prinsip akuntansi berterima umum.
 PT KAI melanggar Pasal 90 UU Pasar Modal.
 PT KAI dapat dikenakan sanksi sesuai Pasal 107 UU No.8 Tahun 1995.
 KAP S. Manan & Rekan melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP).
 Akuntan internal di PT. KAI juga belum sepenuhnya menerapkan 8 prisip etika
akuntan.

Penyebab
 Laporan keuangan PT KAI terlalu rumit.
 Auditor internal tidak berperan aktif dalam proses audit.
 Komite audit tidak ikut dalam proses penunjukkan auditor.
 Manajemen (termasuk auditor internal) tidak melaporkan kepada komite audit dan
komite audit juga tidak menanyakannya.
 Adanya ketidakyakinan manajemen akan laporan keuangan yang telah disusun.
Kasus Manipulasi Data Dalam Laporan Keuangan
PT Kereta Api Indonesia Tahun 2005 (3/3)

Dampak
 Kesalahan pada laporan keuangan PT KAI dikarenakan tidak menguasai prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan dapat menyebabkan masalah yang sangat
menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan.
 Lemahnya GCG dapat menyesatkan investor dan stakeholders lainnya.

Rekomendasi (1/2)
 Terciptanya komunikasi antara Komite Audit dengan Internal Auditor dengan baik.
 Terciptanya komunikasi antara Auditor Eksternal dengan Komite Audit dengan baik.
 Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena
konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan.
 Membangun kultur perusahaan yang baik; dengan mengutamakan integritas, etika
profesi dan kepatuhan pada seluruh aturan, baik internal maupun eksternal,
khususnya tentang otorisasi.
Kasus Manipulasi Data Dalam Laporan Keuangan
PT Kereta Api Indonesia Tahun 2005 (3/3)

Rekomendasi (2/2)
 Memperbaiki sistem pengendalian internal perusahaan.
 Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu
dengan adil dan terbuka.
 Merekrut manajemen baru yang memiliki integritas dan moral yang baik, serta
memberikan pengetahuan umum kepada karyawan akan pentingnya integritas yang
baik bagi kelangsungan usaha perusahaan.
 Komite Audit dan Dewan Komisaris sebaiknya melakukan inisiatif untuk
membangun budaya pengawasan dalam perusahaan melalui proses internalisasi,
sehingga pengawasan merupakan bagian tidak terpisahkan dari setiap organ dan
individu dalam organisasi.
 Komite Audit berperan aktif dalam mengkoordinasikan seluruh tahapan proses
auditing, mulai dari penunjukan, pembuatan program, mengevaluasi dan
memberikan hasil evaluasi kepada Dewan Komisaris, yang akan
mengkomunikasikannya kepada Direksi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai