• Kejang keadaan emergensi/ tanda bahaya, mengakibatkan
hipoksia otak, yang menimbulkan kematian/ gejala sisa. Termasuk spasme, gangguan kesadaran . • Kejang dapat diakibatkan oleh asfiksia neonatorum, hipoglikemia, tanda meningitis atau masalah susunan saraf. • Kejang satu tanda atau gejala pada BBL • Apapun penyebab kejang harus segera dikelola dengan baik • Dapat diantisipasi dengan tindakan promotip atau preventip • Secara klinis kejang pada bayi diklasifikasikan klonik,tonik, mioklonik. Diagnostik • Anamnesis, mengetahui faktor predisposisi. • Pemeriksaan Fisis, – Kejang – Spasme DIAGNOSIS BANDING • Hipoglikemia – Anamnesis: Ibu DM – Pemeriksaan: kejang, tremor, letargi atau tidak sadar; bayi kecil (berat lahir < 2500 g atau umur kehamilan < 37 minggu); Bayi sangat besar (berat lahir > 4000 g) • Tetanus neonatorum – Anamnesis: Ibu tidak diimunisasi tetanus toksoid, malas minum, timbul pada hari ke 3-14, lingkungan kurang higienis, Pengolesan bahan tidak steril pada tali pusat – Pemeriksaan: spasme DIAGNOSIS BANDING • Curiga Meningitis – Anamnesis: hari ke 2 atau lebih – Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar Ubun-ubun besar membonjol, Letargi – Tanda-tanda sepsis • Asfiksi/ trauma lahir – Anamnesis: riwayat resusitasi, timbul pada hari ke 1- ke 4, persalinan dengan penyulit (misal partus lama atau gawat janin) – Kejang, tidak sadar, layuh/letargi, gangguan napas, suhu abnormal, mengantuk/ aktivitas menurun Iritabel atau rewel DIAGNOSIS BANDING • Perdarahan Intrakranial: – Anamnesis: timbul hari ke 1-7, bayi mendadak memburuk/ pucat – Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar, bayi kecil (berat lahir < 2500 g atau umur kehamilan < 37 minggu), gangguan napas berat. • Ensefalopati bilirubin: – Anamnesis: -ikterus hebat hari ke 2 tidak diobati, ensefalopati timbul hari ke 3 – 7. – Pemeriksaan fisis: kejang spastis, opistotonus MANAJEMEN UMUM
• Bebaskan jalan napas dan Oksigenasi
• Medikamentosa untuk memotong kejang • Memasang jalur infus intra vena • Pengobatan sesuai penyebab. Medikamentosa
• Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam
waktu 5 menit – jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit. – Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia sediaan obat intravena, maka dapat diberikan intramuskuler • Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit. Pengobatan rumatan
• Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis
tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara intravena atau per oral, sampai bebas kejang 7 hari. • Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per oral. Dosis terbagi dua atau tiga. Pemeriksaan penunjang
• Untuk mencari penyebab kejang
• Laboratorium: – Darah Rutin – Pengecatan Gram – Kadar Glukosa darah dengan dekstrostik. – Pada kecurigaan infeksi (meningitis) • Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (>h 25.000/ mm3) atau lekopenia (< 5000/mm3) dan trombositopenia (< 150.000/mm3) – Gangguan metabolik • Hipoglikemi (glukosa darah < 45 mg/gl, MANAJEMEN SPESIFIK • Meningitis, pemberian antibiotika. • Gangguan metabolik, pemberian cairan infus, cara pemberian minum • Ensefalopati hiperbilirubin • Hipoksia, jaga patensi jalan nafas dan oksigenisasi. • Tetanus/ spasme Terapi Suportif
• Menjaga patensi jalan napas
• Oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut. • Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat • Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasif untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus, • Dietetik : pasang pipa nasogastrik dan beri ASI peras diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan perhari dan pelan-pelan dinaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan Spasme/ tetanus
• Beri Diazepam 10mg/kg/hari dengan drip selama 24 jam atau
bolus IV tiap 3 jam, maksimum 40 mg/ kg/hari • Bila frekuensi napas kurang 30 kali per menit, hentikan pemberian obat meskipun bayi masih mengalami spasme. • Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk, obati untuk infeksi tali pusat. • Beri bayi: – Human Tetanus immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau beri padanannya, antitoksin tetanus 5,000 IU IM.toksoid tetanus IM pada tempat yg berbeda dg tempat pemberian antitoksin – Benzyl Penicillin G 100,000 IU/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama tujuh hari ( Bila tidak tersedia dapat diberi Penisilin Prokain ) Spasme/ tetanus (lanjutan) • Anjurkan ibunya untuk mendapat toksoid tetanus 0.5 ml (untuk melindunginya dan bayi yg dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis ke dua. • Hindari rangsang yang berlebihan • Perhatikan asupan minuman, kalau perlu dengan ASI peras dengan menggunakan pipa lambung ANEMIA Definisi Etiologi • Peningkatan destruksi Anemia adalah keadaan eritrosit atau anemia penurunan massa hemolitik eritrosit atau konsentrasi hemoglobin sehingga • Penurunan produksi menyebabkan turunnya eritrosit atau anemia kapasitas anaplastik darah untuk mengangkut • Kehilangan darah atau oksigen anemia hemoragik Diagnosa anamnesa Pemeriksaan fisik • riwayat • Pemeriksaan tanda-tanda kehamilan vital: Adanya • riwayat persalinan dan pada takikardia dan hipotensi periode neonatal. bahkan syok dapat • Ditanyakan secara lengkap riwayat kesehatan ibu ditemukan pada kasus • obat kehilangan darah akut yang digunakan selama masa kehamilan Pemeriksaan penunjang Tatalaksana • Hitung retikulosit • Transfusi darah Transfusi eritrosit dengan packed • Tes antiglobulin direct atau red cells (PRC) yang sudah diuji crossmatch merupakan terapi tes Coombs paling umum untuk anemia berat • Mean Corpuscular Volume pada neonatus • Transfusi tukar (MCV) Transfusi tukar bertujuan untuk membersihkan antibodi yang ada • darah tepi di sirkulasi