Anda di halaman 1dari 39

Kelompok 6

Prosedur Radiografi Benda Ade Wahyu

Asing pada Jaringan, Alivia Elena


Firlianti Dewi
Saluran Pencernaan, Rizki Maulud

Saluran Pernafasan dan Siti Nurhasana


Achmed Azhari
Mata
Teknik radiografi benda asing adalah teknik
pencitraan radiografi untuk memperlihatkan benda
yang secara tidak sengaja/seharusnya
berada/masuk ke dalam tubuh dan mengganggu
sistem/sirkulasi fisioligis tubuh.

Pengertian Corpus Alienum adalah adanya benda asing


didalam tubuh manusia yang keberadaannya tidak
diinginkan/secara tidak sengaja masuk, yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi organ atau
menimbulkan rasa sakit pada bagian tubuh tempat
adanya benda asing tersebut.
 Menentukan letak benda asing dalam sistem
tubuh
 Menentukan jenis benda asing yang masuk
Tujuan dalam tubuh
 Menentukan kedalaman benda asing dari
permukaan tubuh
 Benda Asing Opaque : Nomor atom lebih tinggi
dari jaringan.
Contoh : logam.
Jenis  Benda Asing Non Opaque : Nomor atom lebih
rendah dari jaringan.
Contoh : non logam seperti serat kayu.
Benda asing yang terdapat di Jaringan :
Prosedur o Dengan tanda bernomor
Radiografi o Dengan dot marker
pada o Metode triangulasi dan parallax
Jaringan
Contoh kasus : Corpus Alienum di Manus
 Proyeksi pemeriksaan PA
Luka tempat masuknya benda asing diberi marker steril. Bila benda asing
lebih dari satu buah dilakukan dengan penomoran sesuai dengan letak
benda asing seperti 1, 2, 3 dan seterusnya.
PP : Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan.
PO : Lengan dan tangan pasien diatur diatas meja
pemeriksaan, dengan telapak tangan menempel pada permukaan kaset.
Atur jari-jari agak merenggang satu sama lain.
CR : Vertikal tegak lurus
CP : Metacarpophalangeal joint ketiga.
FFD : 100 cm
Kaset : 18 x 24 cm
Faktor Eksposi : kv 40-42 , ma 100, s 0.02-0.04
Marker : R/L
 Proyeksi pemeriksaan Lateral

PP : Pasien duduk menyamping meja


pemeriksaan.
PO : Lengan dan tangan pasien diatur diatas meja
pemeriksaan, dengan tangan dirotasikan 90 derajat.

CR : Vertikal tegak lurus.

CP : Metacarpophalangeal joint kedua.

FFD : 100 cm

Kaset : 18 x 24 cm

Faktor Eksposi : kv 40-42, ma 100, s 0.02-0.04

Marker : R/L
Contoh kasus : Corpus Alienum di Cruris
Proyeksi pemeriksaan AP
Luka tempat masuknya benda asing diberi marker steril. Bila benda asing lebih
dari satu buah dilakukan dengan penomoran sesuai dengan letak benda asing
seperti 1, 2, 3 dan seterusnya.
PP : pasien duduk atau berbaring diatas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai
lurus.
PO : ankle dorsifleksi 90 derajat dengan telapak kaki vertikal terhadap kaset.
CR : vertikal tegak lurus
CP : pertengahan cruris
FFD : 100 cm
Faktor Eksposi : kv 52-54, ma 100, s 0.04-0.05
Marker : R/L
Proyeksi pemeriksaan Lateral
PP : dari posisi supine atau duduk, rotasikan cruris kearah satu sisi
yang diperiksa.
PO : rotasikan knee joint dan malleolus ke sisi lateral sehingga
kedua malleolus saling superposisi vertikal.
CR : vertikal tegak lurus
CP : pertengahan cruris
FFD : 100 cm
Faktor Eksposi : kv 52-54, ma 100, s 0.04-0.05
Marker : R/L
Tujuan
• Menentukan kedalaman benda asing pada organ yang mempunyai ketebalan
pada kemungkinan mengalami pergerakan
• Contoh : abdomen dan rongga thorax

Teknik Persiapan Alat


• Pesawat X-ray yang dilengkapi dengan fluoroskopi
• Lokalisir yang terdiri dari 10 strip dengan masing-masing strip berjarak 1 cm
penentuan dengan logam Pb pada tiap titik-titik
• Ring
kedalaman • Selotip
• Marker
• Penggaris
Benda Asing • Spidol/tinta penanda
• Jangka sorong
• Kaset dan film
• Bucky
• Pinset
 Prinsip Kerja
• Memanfaatkan penggambaran obyek dengan sudut pandang berbeda
• Memanfaatkan sinar oblique
• Satu film 2 kali ekspose
Gambar prinsip kerja

Metode Teknik Pemeriksaan


• Pasien diposisikan senyaman mungkin dan harus sama dengan posisi
Parallax pembedahan, dan diupayakan terdekat dengan lokasi benda asing
• Daerah masuknya benda asing diflouroskopi
• Terawang benda asing hingga jelas dan letakkan ring tepat superposisi
dengan benda asing
• Bila benda asing tegak lurus dengan ring, plaster ring hingga permanen
dan tidak berubah
 • Pertengahan marker sebagai MSS (Marker Skin Survace) yang
merupakan daerah yang tegak lurus dengan posisi benda asing
• Lanjutkan dengan pembuatan radiografi biasa dengan posisi
sebagai berikut :
1. Lokalisir diletakkan sejajar dengan MSS
2. Atur TSD (Tube Shift Distance) sejauh 1/10 FFD
3. Pergerakan tabung diatur tegak lurus dengan arah lokalisir
Metode 4. Radiograf dibuat dengan CP1 (T1) sampai dengan CP2 (T2) berjarak
sama dari MSS, dengan total CP1 sampai CP2 = 1/10 FFD sehingga :
Parallax  CP1 sampai MSS = MSS sampai CP2 = ½ X 1/10 FFD
 T1 = posisi Tube 1 , T2 = Posisi Tube 2
• Pemotretan dilakukan dua kali eksposi dalam satu film
• Arah tabung pada pemotretan pertama dan kedua vertikal tegak lurus
• Luas lapangan diatur sehingga obyek dan lokalisir
masuk dalam film
• Pengaturan faktor eksposi :
• kV eksposi pertama dan kedua sama
• mAs eksposi pertama dan kedua adalah ½ mAs total
yang diperlukan

Evaluasi Radiograf
• Radiograf yang dihasilkan akan tampak gambaran
benda asing tergambar 2 buah
• Radiograf titik-titik pada lokalisir akan tampak 2
lubang dari titik-titik yang berjarak 1-10 cm
Cara Menentukan Kedalaman Benda Asing
Gunakan jangka sorong, kemudian cari jarak yang sama
antara pergeseran bayangan benda asing dengan
pergeseran gambaran pada titik-titik pada lokalisir.
Tujuan
Menentukan kedalaman benda asing pada organ / daerah yang tebal, tetapi
tidak berongga contohnya pelvis.

Persiapan Alat
• Pesawat sinar-x
• Kaset dan film
• Mistar / meteran pengukur

Prinsip Kerja
Metode • Menggunakan prinsip sinar oblique
• Kedalaman benda asing dihitung berdasarkan prinsip “segitiga kongruen”
Triangulasi • Ekspose 2 (dua) kali dalam satu film dengan posisi tabung yang berbeda
• Tidak memerlukan alat bantu fluoroskopi maupun lokalisir
Teknik Pemotretran
• Pemotretan pertama dilakukan dengan central point pada titik tertentu
(biasanya sebagai patokan MSS adalah titik masuknya benda asing)
• Pemotretan kedua dibuat dengan central point diatur pada jarak T1 sampai
T2 = 1/10 FFD
• Lakukan ekspose T1 dan T2 pada satu film
• Faktor eksposi diatur :
T1 dan T2 : kV sesuai standar obyek, mAs ½ total yang diperlukan
 Prinsip Geometri

Rumus Permasalahan
 • TSD : Tube Shift Distance (jarak pergeseran tabung dan
pemotretan pertam dan kedua)
• ISD : Image Shift Distance (jarak pergeseran bayangan)
• SID : Source Image Distance (Jarak antara tabung dengan film)
• d : kedalaman benda asing dari film
• x : kedalaman benda asing dari permukaan tubuh
• t : ketebalan tubuh

Anatomi dan
Fisiologi
Saluran
Pencernaan
1.Mulut
Mulut adalah pembukaan atas dari saluran pencernaan,
mulai dari bibir, yang berisi gigi, gusi, dan lidah. Bahan
makanan dipecah secara mekanis di mulut dengan
mengunyah dan air liur ditambahkan sebagai pelumas.
Anatomi dan 2.Esofagus
Fisiologi Merupakan bagian saluran cerna yang
Saluran menghubungkan hipofaring dengan lambung.
3. Lambung
Pencernaan Lambung merupakan kantong berotot yang berbentuk
lonjong, menyimpan makanan yang masuk dari kerongkongan
hingga dicernakan dengan baik. Dalam lambung itu makanan
itu makanan diperas oleh otot-otot yang kuat, hingga hancur
menjadi potongan-potongan kecil.
4. Usus Halus
Usus halus adalah bagian yang terpanjang dalam system pencernaan. Pada
orang dewasa, panjangnya lebih dari 6 meter. Usus halus dilapisi oleh jonjot-
jonjot kecil (villi) yang mirip jari-jari tangan. Setiap jonjot mengandung
jaringan kapiler darah dan pembuluh getah bening.

Anatomi dan 5. Usus Besar


Sistem pencernaan menghancurkan makanan menjadi asam amino, glukosa,
Fisiologi lemak, air, vitamin, dan mineral. Molekul-molekul zat ini masuk ke aliran
darah dan dibawa oleh pembuluh vena porta hepatis ke hati, lalu dibawa oleh
sistem sirkulasi ke seluruh sel tubuh sebagai makanannya.
Saluran 6. Rektum

Pencernaan Adalah bagian terakhir dari kolon, menghubungkan kolon sigmoid (di atas)
dan anus (di bawah). Rektum menyimpan feses sampai dikeluarkan dari
tubuh.
7. Anus
Pembukaan pada akhir rektum dari saluran pencernaan di mana kotoran
dibuang.
 Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung
pada komplikasi yang terjadi. Benda asing di
pencernaan sering ditemukan di daerah esophagus.
 Benda asing yang bukan makanan kebanyakan
tersangkut diservikal esophagus, biasanya di otot
Benda asing krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di
daerah penyilangan esophagus dengan bronkus
dalam utama kiri pada sfingter
kardioesophagus.menimbulkan nekrosis tekanan
Oeshopagus atau infeksi lokal. Pada orang dewasa benda asing
yang tersangkut dapat berupa makanan atau bahan
yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan,
gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging yang
melekat pada tulang.
 Gejala permulaan benda asing esophagus adalah rasa nyeri di
daerah leher bila benda asing tersangkut didaerah servikal.
Bila benda asing tersangkut di esophagus bagian distal timbul
rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri
dipunggung.Gejala disfasia bervariasi tergantung pada
Benda asing ukuran dan benda. Disfagia lebih berat bila terjadi edema
mukosa yang memperberat sumbatan , sehingga timbul rasa
dalam sumbatan esophagus yang persisten.
 Gejala lain ialah odinofagia yaitu nyeri menelan makanan atau
Oeshopagus ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah.Kadang-kadang
ludah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan tanda
perforasi atau mediastinitis. Gangguan nafas dengan gejala
dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea
oleh benda asing.
Pada kasus benda asing di saluran Esofagus dapat dilakukan pemeriksaan
radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.
Benda asing yang bersifat radioopak dapat dibuat:
Foto Rongent
 Segera setelah kejadian, benda asing radiolusen dibuatkan.
 Foto Rongent setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian
belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya setelah
24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema.
Video fluoroskopi
 Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan,dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan
adanya
obstruksi parsial.Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk meng
etahui adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda
infeksi saluran napas.
Yaitu berbagai benda asing bisa ditemukan di dalam rektum maupun anus.
Penyebab
 Benda yang tertelan (seperti tusuk gigi, tulang ayam, atau tulang ikan), batu
empedu atau gumpalan tinja yang keras bisa tersangkut diantara anus dan
Benda asing rektum.
 Benda juga bisa dimasukan dengan sengaja. Obat enema, termometer dan benda
dalam yang dimasukkan untuk rangsangan seksual, bisa tersangkut direktum. Benda
yang lebih besar ini biasanya tersangkut pada pertengahan usus besar.
Rectum dan Gejala

Anus  Nyeri hebat yang timbul secara tiba-tiba selama buang air besar, menunjukkan
adanya benda asing yang menembus lapisan rektum atau anus. Biasanya benda
asing ini terdapat di daerah perbatasan antara anus dan rektum. Gejala lain
tergantung pada ukuran dan bentuk benda itu, berapa lama sudah ada di sana dan
apakah ia telah menyebabkan infeksi atau perforasi.
Diagnosa
 Pada pemeriksaan colok dubur dengan menggunakan sarung tangan,
akan dapat dirasakan adanya benda asing dalam rektum atau anus.
Pemeriksaan perut, sigmoidoskopi dan foto rontgen, mungkin diperlukan
untuk meyakinkan bahwa dinding usus besar tidak mengalami perforasi.
Pengobatan
 Bila pada pemeriksaan colok dubur dapat dirasakan keberadaan benda
asing tersebut, biasanya disuntikkan bius lokal di bawah kulit dan lapisan
anus untuk mematikan rasa di daerah tersebut. Anus kemudian dapat
dilebarkan dengan pelebar anus dan bendanya dapat dijangkau dan
dikeluarkan. Gerakan normal dinding usus besar (peristaltik) biasanya
akan membawa benda asing turun sehingga memungkinkan
dilakukannya pengeluaran benda tersebut.Jika benda asing tersebut tidak
teraba atau tidak dapat diambil melalui anus, maka perlu
dilakukan pembedahan.
 Penderita diberi bius lokal atau bius total, sehingga bendanya dapat
diambil dengan lembut melaluianus atau melalui pembedahan pada usus
besar.Setelah benda dikeluarkan, dilakukan sigmoidoskopi untuk
menentukan apakah rektum telah mengalami perforasi atau cedar
lainnya.
Anatomi dan
Fisiologi
System
Pernapasan
a)Benda Asing di Faring
Pada umumnya berupa benda tajam seperti duri ikan dan
tulang. Selain pada farings, juga sering pada tonsil atau pada
daerah antara pangkal lidah dan epiglotis (Valekule Epiglotika). Ini
Prosedur bukan merupakan kasus darurat dan akibatnya tidak fatal,
melainkan hanya menyebabkan kesakitan.
pemeriksaan b) Benda Asing di Laring
pada Saluran Terjadi pada waktu makan dan tersedak. Benda asing bisa masuk
saat seseorang melakukan inspirasi dan ikut masuk. Namun
Pernapasan apabila benda tersebut menyinggung mukosa, maka akan terjadi
batuk. Bila korpal menyangkut di glotis (celah antara pita suara)
dapat berbahaya karena menyebabkan tidak dapat bernapas.
c) Benda Asing di Bronkus
Bronkus kanan lebih sering kemasukkan korpal dibandingkan
Prosedur dengan bronkus kiri. Sebab bronkus kanan memiliki kemiringan
lebih curam dan lubang yang lebih lebar. Trakea tidak tepat berada
pemeriksaan ditengah linea mediana, melainkan lebih condong ke kiri dan
akibat kecuraman tersebut, membuat bronkus kanan lebih lebar.
pada Saluran Untuk mendiagnosis dapat dilakukan anamnesis, auskultasi
bronkus, foto rontgen, dan bronkoskopi.
Pernapasan
1). Persiapan pasien
a). Tidak aada persiapan khusus pasien
b). Instruksikan pasien untuk melepaska benda-benda logam,
plastic dan benda-benda disekitar lengan yang dapat
Prosedur 2).
mengganggu gambaran radiografi
Persiapan alat
pemeriksaan a). Pesawat rontgen
pada Saluran b). Kaset + film 35x35 cm dibagi 2

Pernapasan c). Marker R/L dan marker untuk menandai lubang masuknya
benda asing tersebut
d). Apron
e). Plester
a. TEKNIK RADIOGRAFI THORAK PA
 Posisi pasien : berdiri membelakangi berkas sinar
 Posisi objek : - MSP tubuh pasien di pertengahan kaset
- ACROMION berjarak 3-5 cm dari tepi atas kaset
- Dagu di letakkan di atas bucky stand
- Tangan bertolak pinggang dan tarik ke depan
- Kedua bahu di atur sama tinggi
Teknik - BATAS ATAS; APEX PULMO

Radiografi  FFD : 150 cm


- BATAS BAWAH; DIAFRAGMA

 CR : horizontal tegak lurus kaset


 CP : Thorakal 4 (axiala)
 Kaset : 35x35 cm + GRID
 Kv : 58
 Mas :8
b.TEKNIK RADIOGRAFI THORAK LATERAL
 Posisi pasien : berdiri
 Posisi objek : - MSP tubuh sejajar kaset, tubuh true lateral
- Kedua tangan di angkat ke atas kepala dan di
lipat
- Ujung bahu 2 inchi dari batas atas tepi kaset
Teknik - BATAS ATAS; APEX PULMO
Radiografi - BATAS BAWAH; DIAFRAGMA
 FFD : 150 cm
 CR : horizontal tegak lurus kaset
 CP : torakal 4
 Kaset : 30x40 cm + GRID
Pemeriksaan orbita dengan kasus corpus alienum adalah
suatu teknik pemeriksaan radiologis yang dilakukan
untuk melihat gambaran anatomis dari orbita dengan
tujuan pemeriksaan untuk :
Prosedur
Pemeriksaan  Untuk mengetahui ada atau tidaknya benda asing
pada Mata (corpus alienum)
 Menentukan letak dan kedalaman corpus alienum
 Informasikan segala sesuatu tentang tindakan
pemeriksaan yang akan dilakukan, sehingga
pasien dapat mengikuti petunjuk petugas dan
Persiapan pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar.
pasien  Lepaskan benda yang dianggap dapat
mengganggu pemeriksaan dan hasil radiograf.
 Proyeksi PA Axial
Metode  Proyeksi PA oblique
pemeriksaan  Metode Paralaks
a. Proyeksi PA Axial
 Posisi Pasien : Pasien diposisikan prone/erect dengan MSP tubuh tepat
pada mid line meja pemeriksaan
 Posisi Objek : Kepala diposisikan true PA dengan menempatkan bahu
dan hidung menempel di atas kaset, OML tegak lurus dengan bidang
film
Teknik  Ukuran Kaset : 18x24 / 24x30
Radiografi  FFD : 90-100 cm
 CR : 30 derajat caudally
 CP : Pertengahan kedua orbita
 Kedua orbita tampak
 Petrous Ridge kiri dan kanan simetris
 Sinus frontalis dan sinas maxillaris Nampak terproyeksi
 Jarak batas lateral orbita dengan batas lateral kepala kiri dan
kanan simetris
Kriteria
Gambar
b. Proyeksi PA Oblique
 Posisi Pasien : Pasien diposisikan prone
 Posisi Objek : Kepala diposisikan oblique. dengan AML tegak lurus pada
kaset
 Ukuran Kaset : 18x24 cm
 CR : Tegak Lurus
 CP : Pertengahan orbita yang menempel pada kaset
 FFD : 100 cm
Kriteria
Gambar
 Pada metode ini eksposi dilakukan dua kali PA dan dua kali lateral
dengan posisi bola mata berbeda.
Metode  Tidak memerlukan peralatan khusus

Paralaks  Tujuannya untuk menentukan benda asing tersebut berada di


tengah, depan ataupun belakang dari otot intrinsik mata.
Proyeksi PA
 Posisi Pasien : Prone atau errect
 Posisi Objek : Posisikan dagu dan hidung menempel pada kaset
 CR : Tegak lurus kaset
 CP : Pertengahan kedua orbita
 Eksposi : Pada saat pasien melirik ke arah kanan dan kiri

Teknik  Kriteria Gambaran : Nampak gambaran kedua orbita dengan jelas


Proyeksi Lateral
Radiografi  Posisi Pasien : Oblique dengan outer cantus dari orbita yang sakit berada di
pertengahan kaset
 CR : Tegak lurus kaset
 CP : Outer Cantus
 Eksposi : Saat pasien melirik ke atas dan kebawah
Sumber :
google dan  https://prezi.com/m/n3k4h3ftkjza/teknik-lokalisir-benda-asing/
literature

Anda mungkin juga menyukai